Macam-Macam Nafsu Berdasarkan Al-Qur’An


Kata nafsu bahasa berasal dari bahasa Arab, Nafsun (kata mufrad) jama’nya, anfus atau Nufusun sanggup diartikkan ruh, nyawa, badan dari seseorang, darah, niat, orang dan kehendak atau harapan (kecenderungan, dorongan) hati yang kuat.

Secara istilah nafsu, ialah laṭhifah/ sesuatu yang lembut pada diri seseorang yang mnimbulkan harapan seseorang atau dorongan-dorongan hati yang berpengaruh untuk memuaskan kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Misalnya harapan makan, minum, disanjung dihargai dansebagainya. Karena itu sering disebut dengan hawa nafsu.

Ketika kita menelaah ayat-ayat al-Quran, kita temukan ayat-ayat tersebut menawarkan banyak sekali keadaan jiwa insan dan menamainya dengan nama-nama yang berbeda yang mencerminkan tingkatan kondisi jiwa/nafsu , adapun 3 macam nafsu tersebut sebagai berikut:

1. Nafsu Ammarah.
Diambil dari Ayat al-Qur’an Surat Yusuf: 53

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang." (QS. Yusuf:53)

Nafsu ini memerintahkan seseorang kepada keburukan, dan apabila ia mengajak kepada kebaikan, bahwasanya di balik kebaikan itu menyimpan maksud yang buruk, maka hasil risikonya juga buruk. Maka setiap harapan nafsu harus dicurigai, dilarang begitu saja menerima.

2. Nafsu Lawwamah; 
Berdasarkan ayat al-Qur’an Surat al-Qiyamah 2 :

وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

"Dan saya bersumpah dengan jiwa yang amat meratapi (dirinya sendiri)." (QS. Al-Qiyamah: 2)

Yang dimaksud dengan an-nafs al-lawwamah ialah jiwa orang Mukmin yang mencelanya di dunia atas kemaksiatan, memandang berat ketaatan, dan memberinya manfaat pada Hari Kiamat. Ketika seseorang memerangi nafsu ini dan ditekan terus supaya nafsu ini ikut kepada suatu yang benar berdasarkan syari’at ,maka seorang pun takkan bisa mengalahkan nafsu ini. Kemudian nafsu ini akan kembali ke pemiliknya dengan dicela-cela dirinya.

3. Nafsu Mutmainnah:
Diambil dari Ayat al-Qur’an Surat Al-Fajr 27-28.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya." (QS Al-Fajr 27-28).

An-Nafs al-muthmainnah ialah yang bahagia kepada Tuhannya dan ridha terhadap apa yang diridhai-Nya. Disifatinya jiwa itu dengan rādḥiyah (ridha), alasannya ketenangannya kepada Tuhannya mendatangkan keridhaannya atas apa yang telah menjadi takdir dan qadha.

Dengan demikian, peristiwa tidak membuatnya murka dan kemaksiatan tidak membuatnya berpaling. Apabila hamba ridha kepada Tuhannya maka Tuhan pun ridha kepadanya. Oleh alasannya itu, firman-Nya: raḍhiyah (ridha) diikuti dengan firman-Nya: marḍhiyyah (diridhai).

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal pembagian nafsu berdasarkan Al-Qur'an. Sumber Buku Akhlak Kelas XI Aliyah kementerian Agama republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel