Pengertian Dan Makna Pembaharuan (Tajdid) Di Dunia Islam
Wednesday, July 22, 2020
Edit
Pengertian dan Makna Tajdid (Pembaharuan)
Pembaharuan dalam bahasa Indonesia seringkali disebut dengan modernisasi atau modernisme. Pembaharuan sendiri bermakna menyesuaikan dan mengubah aliran, pikiran, gerakan paham, adab istiadat, institusi usang dan lain sebagainya dengan suasana gres yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Pembaharuan Islam yaitu upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan perkembangan gres yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam disebut tajdid, secara harfiah tajdid berarti pembaharuan dan pelakunya disebut mujaddid.
Dalam pengertian itu, semenjak awal sejarahnya, Islam sesungguhnya telah mempunyai tradisi pembaharuan alasannya yaitu dikala menemukan dilema baru, kaum muslim segera menawarkan tanggapan yang didasarkan atas doktrin-doktrin dasar kitab dan sunnah. Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa “Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini (Islam) pada permulaan setiap era orang-orang yang akan memperbaiki, memperbaharui, agamanya” (HR. Abu Daud).
Dari kata tajdid ini selanjutnya muncul istilah-istilah lain yang intinya lebih merupakan bentuk tajdid. Diantaranya yaitu reformasi, purifikasi, modernisme dan sebagainya. Istilah yang bermacam-macam itu mengindikasikan bahwa hal itu terdapat variasi entah pada aspek metodologi, iman maupun solusi, dalam gerakan tajdid yang muncul di dunia Islam.
Dilihat dari proses kelahirannya, gerakan pembaharuan Islam sanggup ditelusuri akarnya pada iman Islam itu sendiri. Akan tetapi, ia mendapat momentum dikala Islam berhadapan dengan modernitas pada era ke-19. Kontak eksklusif antara Islam dan modernitas yang berlangsung semenjak Islam sebagai kekuatan politik mulai merosot pada era ke-18 merupakan kegiatan yang menyita banyak energi di kalangan intelektual muslim.
Pembaharuan di Dunia Islam
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul sehabis mereka sadar mengalami kemunduran dibandingkan dengan barat. Sebelum periode modern, kontak dengan barat sesungguhnya sudah ada, terlebih antara Kerajaan Usmani yang mempunyai tempat kekuasaan di daratan Eropa dengan beberapa negara barat. Tapi, pembaharuan yang diusahakan pemuka-pemuka Usmani era kedelapan belas mendapat penolakan, bahkan dari para ulamanya. Usaha tersebut dilanjutkan di era kesembilan belas dan inilah kemudian yang membawa kepada perubahan besar di Turki.
Kontak dengan kebudayaan barat tersebut ditambah semakin meningkat dikala kekuatan Mesir sanggup dipatahkan oleh Napoleon. Hal itu membuka mata pemukapemuka Islam Mesir untuk mengadakan pembaharuan. Dimana perjuangan pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M) seorang perwira Turki.
Pembaharuan ini menegaskan bahwa paham-paham yang dihasilkan para ulama di masa kemudian mempunyai kekurangan. Mungkin kekurangan itu dipengaruhi oleh kecenderungan subjektif, pengetahuan, situasi sosial, dan lain sebagainya. Sehingga, sebagian paham tidak lagi relevan, dan dibutuhkan pembaharuan di dalamnya.
Selain itu pembaharuan dalam Islam sanggup pula berarti mengubah keadaan umat biar mengikuti anutan yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan alasannya yaitu terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, maka pembaharuan Islam mengandung maksud mengembalikan perilaku dan pandangan hidup umat biar sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Pembaharuan dalam bahasa Indonesia seringkali disebut dengan modernisasi atau modernisme. Pembaharuan sendiri bermakna menyesuaikan dan mengubah aliran, pikiran, gerakan paham, adab istiadat, institusi usang dan lain sebagainya dengan suasana gres yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Pembaharuan Islam yaitu upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan perkembangan gres yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam disebut tajdid, secara harfiah tajdid berarti pembaharuan dan pelakunya disebut mujaddid.
Dalam pengertian itu, semenjak awal sejarahnya, Islam sesungguhnya telah mempunyai tradisi pembaharuan alasannya yaitu dikala menemukan dilema baru, kaum muslim segera menawarkan tanggapan yang didasarkan atas doktrin-doktrin dasar kitab dan sunnah. Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa “Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini (Islam) pada permulaan setiap era orang-orang yang akan memperbaiki, memperbaharui, agamanya” (HR. Abu Daud).
Dari kata tajdid ini selanjutnya muncul istilah-istilah lain yang intinya lebih merupakan bentuk tajdid. Diantaranya yaitu reformasi, purifikasi, modernisme dan sebagainya. Istilah yang bermacam-macam itu mengindikasikan bahwa hal itu terdapat variasi entah pada aspek metodologi, iman maupun solusi, dalam gerakan tajdid yang muncul di dunia Islam.
Dilihat dari proses kelahirannya, gerakan pembaharuan Islam sanggup ditelusuri akarnya pada iman Islam itu sendiri. Akan tetapi, ia mendapat momentum dikala Islam berhadapan dengan modernitas pada era ke-19. Kontak eksklusif antara Islam dan modernitas yang berlangsung semenjak Islam sebagai kekuatan politik mulai merosot pada era ke-18 merupakan kegiatan yang menyita banyak energi di kalangan intelektual muslim.
Pembaharuan di Dunia Islam
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul sehabis mereka sadar mengalami kemunduran dibandingkan dengan barat. Sebelum periode modern, kontak dengan barat sesungguhnya sudah ada, terlebih antara Kerajaan Usmani yang mempunyai tempat kekuasaan di daratan Eropa dengan beberapa negara barat. Tapi, pembaharuan yang diusahakan pemuka-pemuka Usmani era kedelapan belas mendapat penolakan, bahkan dari para ulamanya. Usaha tersebut dilanjutkan di era kesembilan belas dan inilah kemudian yang membawa kepada perubahan besar di Turki.
Kontak dengan kebudayaan barat tersebut ditambah semakin meningkat dikala kekuatan Mesir sanggup dipatahkan oleh Napoleon. Hal itu membuka mata pemukapemuka Islam Mesir untuk mengadakan pembaharuan. Dimana perjuangan pembaharuan dimulai oleh Muhammad Ali Pasya (1765-1848 M) seorang perwira Turki.
Pembaharuan ini menegaskan bahwa paham-paham yang dihasilkan para ulama di masa kemudian mempunyai kekurangan. Mungkin kekurangan itu dipengaruhi oleh kecenderungan subjektif, pengetahuan, situasi sosial, dan lain sebagainya. Sehingga, sebagian paham tidak lagi relevan, dan dibutuhkan pembaharuan di dalamnya.
Selain itu pembaharuan dalam Islam sanggup pula berarti mengubah keadaan umat biar mengikuti anutan yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Hal ini perlu dilakukan alasannya yaitu terjadi kesenjangan antara yang dikehendaki Al-Qur’an dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, maka pembaharuan Islam mengandung maksud mengembalikan perilaku dan pandangan hidup umat biar sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal pengertian dan makna pembaharuan (tajdid) di dunia Islam. Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XII MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2016. Kujnjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.