Biografi Singkat Rasyid Ridha Dan Pemikirannya Dalam Pembaharuan Islam
Tuesday, July 21, 2020
Edit
Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al-Qalmuni Al-Husaini (Rasyid Ridha) yaitu murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir di Suriah Utsmaniyah pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari Kota Tripoli (Suria). Menurut keterangan, ia berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad Saw. Oleh lantaran itu, ia menggunakan gelar Al-Sayyid di depan namanya.
Rasyid Ridha meninggal di Mesir, 22 Agustus 1935 dikenal sebagai Rasyid Ridha yaitu seorang intelektual muslim dari Suriah yang membuatkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Semasa kecil, ia dimasukkan ke madrasah tradisional di al-Qalamun untuk mencar ilmu menulis, berhitung dan membaca alQur’an. Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di Madrasah Al-Wataniah Al Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis, dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga pengetahuan-pengetahuan modern.
Sekolah ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di masa itu sekolah-sekolah misi Katolik telah mulai bermunculan di Suria dan banyak menarik perhatian orang renta untuk memasukkan belum dewasa mereka mencar ilmu di sana. Dalam perjuangan menandingi daya tarik sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh Husain Al-Jisr mendirikan Sekolah Nasional Islam tersebut. Karena menerima tantangan dari pemerintah Kerajaan Utsmani, umur sekolah itu tidak panjang.
Rasyid Rida meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Tetapi dalam pada itu, kekerabatan dengan Al-Syaikh Husain AlJisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa muda. Selanjutnya, ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majallah Al-Urwah Al-Wusá¹a. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan Al-Afghani di Istambul, tetapi niat itu tidak terwujud.
Sewaktu Muhammad Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia menerima kesempatan baik untuk berjumpa dan berdialog dengan murid Al-Afghani yang terdekat ini. Perjumpaan-pèrjumpaan dan dialognya dengan Muhammad Abduh meninggalkan kesan yang baik dalam dirinya. Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang diperolehnya dari Al- Syaikh Husain Al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide Al-Afghani dan Muhammad Abduh amat memengaruhi jiwanya.
Ia mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan itu dikala masih berada di Suria, tetapi usaha-usahanya menerima tantangan dari pihak Kerajaan Utsmani. Ia merasa terikat dan tidak bebas. Oleh lantaran itu, ia tetapkan pindah ke Mesir, akrab dengan Muhammad Abduh. Pada bulan Januari 1898, ia hingga di negeri gurunya ini.
Beberapa bulan kemudian, ia mulà i menerbitkan majalah yang termasyhur, Al-Manar. Di dalam nomor pertama, dijelaskan bahwa tujuan Al-Manar sama dengan tujuan Al-Urwah Al-Wusá¹a, antara lain mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhyul dan bid’ah-bid’ah yang masuk ke dalam badan Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat dalam kalangan umat Islam, serta paham-paham salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara-negara Barat.
Majalah ini banyak menyiarkan ide-ide Muhammad Abduh. Guru memperlihatkan ide-ide kepada murid dan kemudian muridlah yang menjelaskan dan menyiarkannya kepada umum melalui lembaran-lembaran Al-Manar. Tetapi, selain dari ide-ide, Al-Manar juga mengandung artikel-artikel yang dikarang Muhammad Abduh sendiri. Demikian juga goresan pena pengarang-pengarang lain.
Beberapa pemikiran Rasyid Rida perihal pembaruan Islam yaitu sebagai berikut.
a. Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b. Umat Islam harus meninggalkan perilaku dan pemikiran kaum Jabariyah.
c. Akal sanggup dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan prinsip umum.
d. Umat Islam menguasai sains dan teknologi kalau ingin maju.
e. Kemunduran umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam pedoman Islam.
f. Kebahagiaan dunia dan alam abadi diperoleh melalui aturan yang diciptakan Allah Swt.
g. Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h. Khalifah yaitu penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik.
i. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan sumbangan para ulama dalam menerapkan prinsip aturan Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
Rasyid Ridha meninggal di Mesir, 22 Agustus 1935 dikenal sebagai Rasyid Ridha yaitu seorang intelektual muslim dari Suriah yang membuatkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Semasa kecil, ia dimasukkan ke madrasah tradisional di al-Qalamun untuk mencar ilmu menulis, berhitung dan membaca alQur’an. Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di Madrasah Al-Wataniah Al Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis, dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga pengetahuan-pengetahuan modern.
Sekolah ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di masa itu sekolah-sekolah misi Katolik telah mulai bermunculan di Suria dan banyak menarik perhatian orang renta untuk memasukkan belum dewasa mereka mencar ilmu di sana. Dalam perjuangan menandingi daya tarik sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh Husain Al-Jisr mendirikan Sekolah Nasional Islam tersebut. Karena menerima tantangan dari pemerintah Kerajaan Utsmani, umur sekolah itu tidak panjang.
Rasyid Rida meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Tetapi dalam pada itu, kekerabatan dengan Al-Syaikh Husain AlJisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa muda. Selanjutnya, ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majallah Al-Urwah Al-Wusá¹a. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan Al-Afghani di Istambul, tetapi niat itu tidak terwujud.
Sewaktu Muhammad Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia menerima kesempatan baik untuk berjumpa dan berdialog dengan murid Al-Afghani yang terdekat ini. Perjumpaan-pèrjumpaan dan dialognya dengan Muhammad Abduh meninggalkan kesan yang baik dalam dirinya. Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang diperolehnya dari Al- Syaikh Husain Al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide Al-Afghani dan Muhammad Abduh amat memengaruhi jiwanya.
Ia mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan itu dikala masih berada di Suria, tetapi usaha-usahanya menerima tantangan dari pihak Kerajaan Utsmani. Ia merasa terikat dan tidak bebas. Oleh lantaran itu, ia tetapkan pindah ke Mesir, akrab dengan Muhammad Abduh. Pada bulan Januari 1898, ia hingga di negeri gurunya ini.
Beberapa bulan kemudian, ia mulà i menerbitkan majalah yang termasyhur, Al-Manar. Di dalam nomor pertama, dijelaskan bahwa tujuan Al-Manar sama dengan tujuan Al-Urwah Al-Wusá¹a, antara lain mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhyul dan bid’ah-bid’ah yang masuk ke dalam badan Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat dalam kalangan umat Islam, serta paham-paham salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara-negara Barat.
Majalah ini banyak menyiarkan ide-ide Muhammad Abduh. Guru memperlihatkan ide-ide kepada murid dan kemudian muridlah yang menjelaskan dan menyiarkannya kepada umum melalui lembaran-lembaran Al-Manar. Tetapi, selain dari ide-ide, Al-Manar juga mengandung artikel-artikel yang dikarang Muhammad Abduh sendiri. Demikian juga goresan pena pengarang-pengarang lain.
Beberapa pemikiran Rasyid Rida perihal pembaruan Islam yaitu sebagai berikut.
a. Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b. Umat Islam harus meninggalkan perilaku dan pemikiran kaum Jabariyah.
c. Akal sanggup dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan prinsip umum.
d. Umat Islam menguasai sains dan teknologi kalau ingin maju.
e. Kemunduran umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam pedoman Islam.
f. Kebahagiaan dunia dan alam abadi diperoleh melalui aturan yang diciptakan Allah Swt.
g. Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h. Khalifah yaitu penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik.
i. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan sumbangan para ulama dalam menerapkan prinsip aturan Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal biografi singkat Rasyid Rida dan pemikirannya dalam pembaharuan Islam. . Sumber Buku Pendidikan Agama Islam Kelas XI SMK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.