Penemu Kamera Ternyata Seorang Muslim
Tuesday, September 12, 2017
Edit
- Surat kabar ternama di Inggris, The Independent pada edisi 11 Maret 2006 sempat menurunkan suatu postingan yang sungguh menawan bertajuk “Bagaimana para inventor muslim merubah dunia.”The Independent” 20 penemuan penting para ilmuwan Muslim menyebut sekitar yang dapat merubah peradaban umat manusia, salah satunya yakni penciptaan kamera obscura.
Jauh sebelum penduduk Barat menemukannya, prinsip-prinsip dasar pengerjaan kamera sudah dicetuskan seorang sarjana Muslim sekitar 1.000 tahun silam. Peletak prinsip kerja kamera itu yakni seorang saintis legendaris Muslim berjulukan Ibnu al-Haitham. Pada final era ke-10 M, al-Haitham sukses mendapatkan suatu kamera obscura. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling menumental. Penemuan yang sungguh inspiratif itu sukses ditangani al-Haithan bareng Kamaluddin al-Farisi. Keduanya sukses meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal di saat keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham bikin lubang kecil pada dinding yang memungkinkan gambaran matahari semi aktual diproyeksikan lewat permukaan datar.
Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang di saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan selaku “ruang gelap”. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya. Teori yang dipecahkan Al-Haitham itu sudah mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan terhadap para penonton.
“Kamera obscura pertama kali dibentuk ilmuwan Muslim, Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham, yang lahir di Basra (965-1039 M),” ungkap Nicholas J Wade dan Stanley Finger dalam karyanya berjudul The eye as an optical instrument: from camera obscura to Helmholtz’s perspective.
Dunia mengenal al-Haitham selaku perintis di bidang optik yang beken lewat bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk mengambarkan teori-teori dalam bukunya itu, sang
fisikawan Muslim legendaris itu kemudian menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dipahami dengan istilah kamera obscura, atau kamar gelap.
Bradley Steffens dalam karyanya berjudul Ibn al-Haytham:First Scientist mengungkapkan bahwa Kitab al-Manazir ialah buku pertama yang menerangkan prinsip kerja kamera obscura. “Dia ialah ilmuwan pertama yang sukses memproyeksikan seluruh gambar dari luar rumah ke dalam gambar dengan kamera obscura,” papar Bradley.
Istilah kamera obscura yang didapatkan al-Haitham pun diperkenalkan di Barat sekitar era ke-16 M. Lima era sehabis penemuan kamera obscura, Cardano Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh anutan al-Haitham mulai merubah lobang bidik lensa dengan lensa (camera).
Setelah itu, penggunaan lensa pada kamera onscura juga ditangani Giovanni Batista della Porta (1535-1615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa perumpamaan kamera obscura yang didapatkan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh Joseph Kepler (1571 – 1630 M). Kepler memajukan fungsi kamera itu dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga sanggup memperbesar proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).
Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berupa kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M. Setelah 900 tahun dari penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827.
Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat beling negatif untuk mengambil gambar dari prajurit Inggris selama Perang Crimean. Dia membuatkan plat-plat dalam perjalanan kamar gelapnya – yang dikonversi gerbong. Tahun 1888, George Eastman membuatkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik sekali. Eastman bikin kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.
Sebuah model kamera obscura digunakan dalam Perang Dunia I untuk menyaksikan pesawat melayang dan pengukuran kinerja. Pada Perang Dunia II kamera obscura juga digunakan untuk menyidik keakuratan navigasi perangkat radio. Begitulah penciptaan kamera obscura yang diraih al-Haitham bisa merubah peradaban dunia.
Peradaban dunia terbaru pasti sungguh berutang kecerdikan terhadap jago fisika Muslim yang lahir di Kota Basrah, Irak. Al-Haitham selama hidupnya sudah menulis lebih dari 200 karya ilmiah. Semua didedikasikannya untuk pertumbuhan peradaban manusia. Sayangnya, umat Muslim lebih terpikat pada pencapaian teknologi Barat, sehingga kurang menghargai dan mengapresiasi pencapaian ilmuwan Muslim di era kejayaan Islam.
Sebarkan!
Raih amal shalih, sebarkan informasi ini...