Memahami Makna Al-Asma’ Al-Husna Ar-Ra’Uf, Al-Barr Dan Al-Fattah
Tuesday, July 21, 2020
Edit
Ar-Ra’uf (Maha Dermawan).
Ar-Ra’uf adalah salah satu dari Asmaul Husna. Allah Swt memiliki nama Ar-Ra'uf yang artinya Maha Belas Kasih dan Maha Memberi kepada hamba-hambaNya. Allah Swt sudah amat termasyhur akan kedermawanannya, sehingga makna Ar-Ra'uf sanggup dimaknai dengan Maha Dermawan juga.
Allah Swt Maha Memberi dan selalu memberi walaupun tidak diminta, walau hamba tidak mau beribadah dan berdoa kepadaNya, maka Allah Swt setap akan memberi di dunia ini.
Inilah wujud cinta Allah Swt kepada hambaNya di dunia.Ya, bukti cinta yakni memberi. Allah-lah yang paling banyak memberi karunia pada hambaNya. Tetapi di akhirat, Allah Swt hanya memperlihatkan rahmatnya paa orang-orang Mukmin saja.
Sifat kasih sayang Allah ini yaitu Ar-Ra'uf, sudah diamalkan dengan tepat oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam Al-Quran, saking baiknya pelaksanaan amal Nabi Muhammad Saw., hingga pada kesannya Allah Swt menyebutkan dan memuji Nabi, kemudian juga menulis sikap Nabi sama dengan yang diinginkan oleh Allah Swt. Allah Swt berfirman dalam Q.S at-Taubah 9:28.
“Sesungguhnya telah tiba kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (QS. at-Taubah 9:128).
Al-Barr: (Maha Baik).
Dialah Allah Swt, Tuhan Yang Maha Dermawan, Yang Maha melimpahkan kebaikan. Dan Dialah Allah Swt menganugerahkan aneka anugerah untuk kemaslahatan makhluk-Nya, anugerah yang sangat luas dan tidak terhingga. Walaupun terhadap insan yang durhaka kepada-Nya, namun Dia tetap melimpahkan kebaikan-Nya kepada mereka. Firman Allah Swt. :
”Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” (QS. Ath-Thur 52:28)
Penggunaan sifat al-Barr dengan al-Rahim untuk mengisyaratkan bahwa aneka kebaikan itu diberikan Allah Swt atas kasih sayangNya yang melimpah. Dan Dia tak mengharapkan imbalan apapun dari kebaikan pada makhlukNya.
Allah Swt yakni Maha Baik, dalam memperlakukan hambaNya selalu baik. Bahkan dalam kemaslahatan suatu penyakit umpamanya, Allah Swt Maha Baik dalam hal memperlihatkan yang baik terhadap hamba tersebut. Orang yang mengalami sakit apapun bentuknya, manakala ia tulus dalam menjalaninya, maka penyakit inipun akan menjadi penghapus dosanya bagi mereka yang mengalaminya.
Sakit dalam pandangan Allah Swt yakni merupakan cara untuk membersihkan hamba dari dosa-dosa. Nabi Bersabda bahwasannya semua yang menimpa insan tiada lain bertujuan untuk menyempurnakan insan sehingga sewaktu mereka akan menghadap Allah Swt nanti dalam keadaan suci bersih. Nabi bersabda bahwasannya termasuk duri yang terinjak oleh manusia, bilamana hamba tersebut merasa tulus maka ia akan menjadi penghapus akan dosa-dosa hamba tersebut.
Allah Swt berfirman dalam aneka macam ayat dalam al-Quran bahwa Dia tidak akan berbuat zalim atau menganiaya hambaNya. Artinya apabila seorang hamba berbuat baik, niscaya Allah memperlihatkan pahala. Bahkan Allah Swt akan memperlihatkan pahala satu kebaikan dengan melipatkannya menjadi minimal 10 kali lipat, 70 kali lipat, seratus kali lipat,dan tujuh ratus kali lipat. Dan bahkan ada amal-amal yang diberi pahala oleh Allah Swt. seribu kali lipat bahkan tidak terhingga (bighairi hisab) contohnya yakni pahala berbuat sabar.
Allah Swt berfirman:
“Hal itu (keburukan) yakni disebabkan oleh tangan-tangan kalian. Dan sesungguhnya, tidaklah Allah itu berbuat zalim pada hamba-hambaNya”.(QS. Ali Imron 3:182)
Al-Fattah: (Maha Membuka, Maha Memberi Kemenangan).
Al-Fattah artinya yakni Allah Swt Maha Membuka akan pintu rahmatNya. Allah Swt membuka jalan bagi insan supaya mereka sanggup menggali karunia Allah Swt yang menyebar di alam semesta raya ini.
Allah Swt juga akan membukakan pintu-pintu kemenangan bagi hamba yang menjalankan perintahNya. Menurut al-Khattabi, al-Fatah yakni Maha Memberi keputusan aturan bagi hamba-hambaNya. Dalam surah as-Saba [34]: 26:
Katakanlah:”Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui”. (QS. as-Saba 34:26)
Ayat ini mengacu pada dikumpulkannya kita pada hari Qiyamat. Untuk diberi keputusan dengan benar dan adil.
Dikatakan al-Fatah al-Alim yakni Allah Swt Maha Memutuskan dengan ilmu dan PengetahuanNya yang meliputi segala sesuatu, lantaran Dia Maha mengetahui hakikat atas segala sesuatu.
Makna al-Fatah lainnya yakni Allah Swt Maha Memutuskan antara orang-orang Mukmin dan kafir.
Dalam surah al-A’raf 7: 89-91, Allah Swt berfirman:
“ Sungguh kami telah mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, kalau kami kembali kepada agamamu, setelah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali kalau Allah, Rabb kami menghendaki(nya). Pengetahuan Rabb kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi Keputusan yang sebaik-baiknya." (Q.S. al-A'raf :89)
Nabi Muhammad Saw diberi akad oleh Allah Swt berupa instruksi kemenangan bahwasannya Allah Swt akan memperlihatkan pada mereka kemenangan yang dekat, Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya Allah telah meridhai orang-orang Mukmin saat mereka berbaiat padamu di bawah pohon tersebut, kemudian Allah tahu akan isi hati mereka, kemudian Dia turunkan karunia pada mereka dan memperlihatkan pahala pada mereka dengan kemenangan yang dekat. Juga harta rampasan yang banyak yang mereka ambil. Dan sungguh Allah Maha Perkasa dan Bijaksana”. (QS. al-Fath 48:18-19)
Kata al-Fatah juga sanggup bermakna Allah Dzat yang Maha memberi Kemenangan.
Ar-Ra’uf adalah salah satu dari Asmaul Husna. Allah Swt memiliki nama Ar-Ra'uf yang artinya Maha Belas Kasih dan Maha Memberi kepada hamba-hambaNya. Allah Swt sudah amat termasyhur akan kedermawanannya, sehingga makna Ar-Ra'uf sanggup dimaknai dengan Maha Dermawan juga.
Allah Swt Maha Memberi dan selalu memberi walaupun tidak diminta, walau hamba tidak mau beribadah dan berdoa kepadaNya, maka Allah Swt setap akan memberi di dunia ini.
Inilah wujud cinta Allah Swt kepada hambaNya di dunia.Ya, bukti cinta yakni memberi. Allah-lah yang paling banyak memberi karunia pada hambaNya. Tetapi di akhirat, Allah Swt hanya memperlihatkan rahmatnya paa orang-orang Mukmin saja.
Sifat kasih sayang Allah ini yaitu Ar-Ra'uf, sudah diamalkan dengan tepat oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam Al-Quran, saking baiknya pelaksanaan amal Nabi Muhammad Saw., hingga pada kesannya Allah Swt menyebutkan dan memuji Nabi, kemudian juga menulis sikap Nabi sama dengan yang diinginkan oleh Allah Swt. Allah Swt berfirman dalam Q.S at-Taubah 9:28.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya telah tiba kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (QS. at-Taubah 9:128).
Al-Barr: (Maha Baik).
Dialah Allah Swt, Tuhan Yang Maha Dermawan, Yang Maha melimpahkan kebaikan. Dan Dialah Allah Swt menganugerahkan aneka anugerah untuk kemaslahatan makhluk-Nya, anugerah yang sangat luas dan tidak terhingga. Walaupun terhadap insan yang durhaka kepada-Nya, namun Dia tetap melimpahkan kebaikan-Nya kepada mereka. Firman Allah Swt. :
إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ ۖ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ
”Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” (QS. Ath-Thur 52:28)
Penggunaan sifat al-Barr dengan al-Rahim untuk mengisyaratkan bahwa aneka kebaikan itu diberikan Allah Swt atas kasih sayangNya yang melimpah. Dan Dia tak mengharapkan imbalan apapun dari kebaikan pada makhlukNya.
Allah Swt yakni Maha Baik, dalam memperlakukan hambaNya selalu baik. Bahkan dalam kemaslahatan suatu penyakit umpamanya, Allah Swt Maha Baik dalam hal memperlihatkan yang baik terhadap hamba tersebut. Orang yang mengalami sakit apapun bentuknya, manakala ia tulus dalam menjalaninya, maka penyakit inipun akan menjadi penghapus dosanya bagi mereka yang mengalaminya.
Sakit dalam pandangan Allah Swt yakni merupakan cara untuk membersihkan hamba dari dosa-dosa. Nabi Bersabda bahwasannya semua yang menimpa insan tiada lain bertujuan untuk menyempurnakan insan sehingga sewaktu mereka akan menghadap Allah Swt nanti dalam keadaan suci bersih. Nabi bersabda bahwasannya termasuk duri yang terinjak oleh manusia, bilamana hamba tersebut merasa tulus maka ia akan menjadi penghapus akan dosa-dosa hamba tersebut.
Allah Swt berfirman dalam aneka macam ayat dalam al-Quran bahwa Dia tidak akan berbuat zalim atau menganiaya hambaNya. Artinya apabila seorang hamba berbuat baik, niscaya Allah memperlihatkan pahala. Bahkan Allah Swt akan memperlihatkan pahala satu kebaikan dengan melipatkannya menjadi minimal 10 kali lipat, 70 kali lipat, seratus kali lipat,dan tujuh ratus kali lipat. Dan bahkan ada amal-amal yang diberi pahala oleh Allah Swt. seribu kali lipat bahkan tidak terhingga (bighairi hisab) contohnya yakni pahala berbuat sabar.
Allah Swt berfirman:
ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
“Hal itu (keburukan) yakni disebabkan oleh tangan-tangan kalian. Dan sesungguhnya, tidaklah Allah itu berbuat zalim pada hamba-hambaNya”.(QS. Ali Imron 3:182)
Al-Fattah: (Maha Membuka, Maha Memberi Kemenangan).
Al-Fattah artinya yakni Allah Swt Maha Membuka akan pintu rahmatNya. Allah Swt membuka jalan bagi insan supaya mereka sanggup menggali karunia Allah Swt yang menyebar di alam semesta raya ini.
Allah Swt juga akan membukakan pintu-pintu kemenangan bagi hamba yang menjalankan perintahNya. Menurut al-Khattabi, al-Fatah yakni Maha Memberi keputusan aturan bagi hamba-hambaNya. Dalam surah as-Saba [34]: 26:
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
Katakanlah:”Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui”. (QS. as-Saba 34:26)
Ayat ini mengacu pada dikumpulkannya kita pada hari Qiyamat. Untuk diberi keputusan dengan benar dan adil.
Dikatakan al-Fatah al-Alim yakni Allah Swt Maha Memutuskan dengan ilmu dan PengetahuanNya yang meliputi segala sesuatu, lantaran Dia Maha mengetahui hakikat atas segala sesuatu.
Makna al-Fatah lainnya yakni Allah Swt Maha Memutuskan antara orang-orang Mukmin dan kafir.
Dalam surah al-A’raf 7: 89-91, Allah Swt berfirman:
قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّهُ مِنْهَا ۚ وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا ۚ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۚ عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا ۚ رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ
“ Sungguh kami telah mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, kalau kami kembali kepada agamamu, setelah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali kalau Allah, Rabb kami menghendaki(nya). Pengetahuan Rabb kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi Keputusan yang sebaik-baiknya." (Q.S. al-A'raf :89)
Nabi Muhammad Saw diberi akad oleh Allah Swt berupa instruksi kemenangan bahwasannya Allah Swt akan memperlihatkan pada mereka kemenangan yang dekat, Allah Swt berfirman:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
وَمَغَانِمَ كَثِيرَةً يَأْخُذُونَهَا ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya Allah telah meridhai orang-orang Mukmin saat mereka berbaiat padamu di bawah pohon tersebut, kemudian Allah tahu akan isi hati mereka, kemudian Dia turunkan karunia pada mereka dan memperlihatkan pahala pada mereka dengan kemenangan yang dekat. Juga harta rampasan yang banyak yang mereka ambil. Dan sungguh Allah Maha Perkasa dan Bijaksana”. (QS. al-Fath 48:18-19)
Kata al-Fatah juga sanggup bermakna Allah Dzat yang Maha memberi Kemenangan.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana memahami makna al-Asma’u al-Husna: ar-Ra’uf, al-Barr dan al-Fattah. Semoga kita sanggup mengamalkan sifat Allah Swt ar-Ra’uf, al-Barr dan al-Fattah dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.