Saksi Pembunuhan Insan Pertama Di Bumi
Wednesday, August 2, 2017
Edit
Semua yang bernyawa akan mati, akulah salah satu makhluk yang menjadi saksi pembunuhan dua putra dari insan pertama dibumi yakni nabi Adam A.S. Tepatnya dikala Qabil membunuh Habil alasannya iri padanya. Qabil senantiasa benci pada Habil bahkan dari usia kanak-kanak. Hawa melahirkan Qabil dan Iqlima pada kelahiran pertama, sedangkan Habil dan Layutsa pada kelahiran kedua. Anak pria dari kelahiran pertama halal untuk anak wanita kelahiran kedua, anak wanita pertama halal untuk anak pria pada kelahiran kedua. Dengan begitu Qabil halal untuk Layutsa dan Habil halal untuk Iqlima. Habil senantiasa terlihat baik dan santun, sedangkan Qabil sebaliknya. Hal itu makin menjadi-jadi dikala ijab kabul sudah ditentukan.
Qabil yang merasa lahir bareng Iqlima ingin biar ia yang menikahinya, tetapi nabi Adam melarangnya alasannya Allah swt sudah menyeleksi pernikahannya dari waktu kelahiran. Aku tidak terlampau mengetahui ihwal dunia insan pada dikala itu kami para gagak sedang konsentrasi mencari gagak yang bersalah. Kami para gagak memiliki aturan sendiri yang diberikan oleh Allah swt. Pengadilan gagak akan digelar apabila salah seekor gagak mencuri sarang gagak lain, berupaya merampas betina gagak lain, atau merebut masakan gagak-gagak kecil. Setiap kesalahan memiliki hukumannya masing-masing. Jika problem mencuri sarang, kami merusak sarang yang dicurinya kemudian berteriak mencela habis-habisan sang pencuri dan menyuruhnya menghasilkan sarang gres untuk gagak yang sarangnya dicuri olehnya. Jika merebut betina gagak lain kami akan membunuh tersangka dengan paruh kami beramai-ramai. kalau merebut masakan dari gagak muda kami akan mencabuti bulu-bulu tersangka hingga terlihat menyerupai anak gagak. Pengadilan gagak digelar di tanah lapang atau kawasan terbukan yang luas. Bagi yang sudah hingga duluan akan menanti yang belum hadir hingga seluruhnya hadir barulah pengadilan bisa dimulai.
Selagi kami memburu gagak yang bersalah untuk di adili, Allah menyuruh nabi Adam biar putra-putranya menyediakan penyerahan untuk Allah swt. Bagi yang penyerahannya diterima berhak menikahi Iqlima. Hari penyerahanpun tiba, Habil tiba menenteng domba yang paling gemuk kemudian ditaruh diatas bukit sambil berdo'a biar korbannya diterima, sedangkan Qabil tiba menenteng gandum yang masih hijau atau belum masak sehabis menaruh korban ia pergi. Akhirnya korban Habil yang diterima. Qabil makin kesal dengan Habil dan berteriak, "Aku niscaya akan membunuhmu!". Allah sudah mendapatkan korban Habil dan menolak korban dari Qabil. Habil berkata pada saudaranya. "Allah cuma mendapatkan dari orang-orang yang bertaqwa."(Al-Maa'idah:27)
Qabil kembali berkata, "Aku akan membunuhmu..!". Sambil pergi ke arah gubuknya, Habil menjawab, "Sungguh kalau engkau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, saya sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya saya takut terhadap Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya saya ingin biar engkau kembali dengan dosaku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."(Al-Maa'idah:28-29)
Habil kembali pada istrinya Iqlima. Mereka sudah menikah dan hidup bareng beberapa hari. Tanda-tanda kehamilan sudah terlihat pada Iqlima. Qabil makin berangasan untuk membunuh Habil. Kami risikonya mendapatkan gagak yang bersalah dan mengawali pengadilan. Matahari mulai terbenam Qabil tiba terhadap Habil yang sedang tertidur diatas tanah sehabis bekerja. Tangan Qabil mengayunkan tulang rahang keledai yang besar dan memukulnya dengan cepat, Habil terbangun namun tidak berbuat apa-apa. Qabil menghantam Habil terus menerus. Pada pukulan kelima, Habil sudah tidak bergerak. Qabil menghentikan pukulannya alasannya Habil sudah mati. Ia duduk terpaku di depan jasad Habil.
Pengadilan gagak ditangguhkan besok dan saya pulang. Aku berdiri diatas pohon sambil menyaksikan Qabil yang kebingungan. Esoknya pengadilan gagak pun selesai dengan tersangka dijatuhi eksekusi mati. Aku menenteng bangkai gagak untuk di kuburkan. Aku tidak bermaksud melayang ke arah Qabil, namun sayapku mengarah dengan sendirinya mendekati Qabil yang sedang berlangsung menenteng jasad Habil. Aku ditugaskan oleh salah satu malaikat, "Wahai gagak, Allah mengutusmu untuk memamerkan pada anak Adam bagaimana cara menguburkan bangkai saudaranya."
Aku turun menenteng bebanku di hadapan Qabil. Aku letakkan bangkai gagak dan mulai menggali tanah, kurapatkan kedua sayap gagak itu dan kuangkat badannya dan kuletakkan di dalam galianku. Pandanganku berkata padanya. "Kami sudah membunuhnya dengan adil dan kami mengenali bahwa bangkainya tetap mesti dihargai, sementara engkau..." Aku mengaok keras di hadapannya. Kemudian saya melayang meninggalkannya, sambil melayang saya mendengar jeritan Qabil, "Aduhai celaka aku, mengapa saya tidak dapat berbuat menyerupai burung gagak ini, kemudian saya sanggup menguburkan jenazah saudaraku ini?"
Generasi mereka pun lahir dari keturunan Habil dan keturunan Qabil. Bisa jadi tradegi ini sanggup terulang di zaman ini. Aku merupakan saksi atas anak adam dan menjadi gurunya untuk beberapa saat.
Qabil yang merasa lahir bareng Iqlima ingin biar ia yang menikahinya, tetapi nabi Adam melarangnya alasannya Allah swt sudah menyeleksi pernikahannya dari waktu kelahiran. Aku tidak terlampau mengetahui ihwal dunia insan pada dikala itu kami para gagak sedang konsentrasi mencari gagak yang bersalah. Kami para gagak memiliki aturan sendiri yang diberikan oleh Allah swt. Pengadilan gagak akan digelar apabila salah seekor gagak mencuri sarang gagak lain, berupaya merampas betina gagak lain, atau merebut masakan gagak-gagak kecil. Setiap kesalahan memiliki hukumannya masing-masing. Jika problem mencuri sarang, kami merusak sarang yang dicurinya kemudian berteriak mencela habis-habisan sang pencuri dan menyuruhnya menghasilkan sarang gres untuk gagak yang sarangnya dicuri olehnya. Jika merebut betina gagak lain kami akan membunuh tersangka dengan paruh kami beramai-ramai. kalau merebut masakan dari gagak muda kami akan mencabuti bulu-bulu tersangka hingga terlihat menyerupai anak gagak. Pengadilan gagak digelar di tanah lapang atau kawasan terbukan yang luas. Bagi yang sudah hingga duluan akan menanti yang belum hadir hingga seluruhnya hadir barulah pengadilan bisa dimulai.
Selagi kami memburu gagak yang bersalah untuk di adili, Allah menyuruh nabi Adam biar putra-putranya menyediakan penyerahan untuk Allah swt. Bagi yang penyerahannya diterima berhak menikahi Iqlima. Hari penyerahanpun tiba, Habil tiba menenteng domba yang paling gemuk kemudian ditaruh diatas bukit sambil berdo'a biar korbannya diterima, sedangkan Qabil tiba menenteng gandum yang masih hijau atau belum masak sehabis menaruh korban ia pergi. Akhirnya korban Habil yang diterima. Qabil makin kesal dengan Habil dan berteriak, "Aku niscaya akan membunuhmu!". Allah sudah mendapatkan korban Habil dan menolak korban dari Qabil. Habil berkata pada saudaranya. "Allah cuma mendapatkan dari orang-orang yang bertaqwa."(Al-Maa'idah:27)
Qabil kembali berkata, "Aku akan membunuhmu..!". Sambil pergi ke arah gubuknya, Habil menjawab, "Sungguh kalau engkau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, saya sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya saya takut terhadap Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya saya ingin biar engkau kembali dengan dosaku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."(Al-Maa'idah:28-29)
Habil kembali pada istrinya Iqlima. Mereka sudah menikah dan hidup bareng beberapa hari. Tanda-tanda kehamilan sudah terlihat pada Iqlima. Qabil makin berangasan untuk membunuh Habil. Kami risikonya mendapatkan gagak yang bersalah dan mengawali pengadilan. Matahari mulai terbenam Qabil tiba terhadap Habil yang sedang tertidur diatas tanah sehabis bekerja. Tangan Qabil mengayunkan tulang rahang keledai yang besar dan memukulnya dengan cepat, Habil terbangun namun tidak berbuat apa-apa. Qabil menghantam Habil terus menerus. Pada pukulan kelima, Habil sudah tidak bergerak. Qabil menghentikan pukulannya alasannya Habil sudah mati. Ia duduk terpaku di depan jasad Habil.
Pengadilan gagak ditangguhkan besok dan saya pulang. Aku berdiri diatas pohon sambil menyaksikan Qabil yang kebingungan. Esoknya pengadilan gagak pun selesai dengan tersangka dijatuhi eksekusi mati. Aku menenteng bangkai gagak untuk di kuburkan. Aku tidak bermaksud melayang ke arah Qabil, namun sayapku mengarah dengan sendirinya mendekati Qabil yang sedang berlangsung menenteng jasad Habil. Aku ditugaskan oleh salah satu malaikat, "Wahai gagak, Allah mengutusmu untuk memamerkan pada anak Adam bagaimana cara menguburkan bangkai saudaranya."
Aku turun menenteng bebanku di hadapan Qabil. Aku letakkan bangkai gagak dan mulai menggali tanah, kurapatkan kedua sayap gagak itu dan kuangkat badannya dan kuletakkan di dalam galianku. Pandanganku berkata padanya. "Kami sudah membunuhnya dengan adil dan kami mengenali bahwa bangkainya tetap mesti dihargai, sementara engkau..." Aku mengaok keras di hadapannya. Kemudian saya melayang meninggalkannya, sambil melayang saya mendengar jeritan Qabil, "Aduhai celaka aku, mengapa saya tidak dapat berbuat menyerupai burung gagak ini, kemudian saya sanggup menguburkan jenazah saudaraku ini?"
Generasi mereka pun lahir dari keturunan Habil dan keturunan Qabil. Bisa jadi tradegi ini sanggup terulang di zaman ini. Aku merupakan saksi atas anak adam dan menjadi gurunya untuk beberapa saat.
"Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memamerkan kepadanya bagaimana semestinya menguburkan jenazah saudaranya. Qabil berkata, "Aduhai celaka aku, mengapa saya tidak dapat berbuat menyerupai burung gagak ini, kemudian saya sanggup menguburkan jenazah saudaraku ini?" (Al-Maa'idah:31)
Demikian dongeng ihwal burung gagak dan putra nabi Adam, mudah-mudahan bermanfaat
Referensi:
Kisah-kisah Hewan dalam Al-Quran 1, Ahmad Bahjat
Kisah-kisah Hewan dalam Al-Quran 1, Ahmad Bahjat