Shalat Sunnah Menurut Tuntunan Rasulullah Saw



A. Shalat sunnah rawatib yang muakkad


Shalat sunnah rowatib merupakan shalat sunnah yang dijalankan sebelum (qobliyah) atau sehabis (ba'diyah) shalat lima waktu.

Shalat sunnah rowatib merupakan shalat sunnah yang dijalankan sebelum  Shalat Sunnah Menurut Tuntunan Rasulullah SAW
Sedang yang dimaksud Muakkad merupakan : Pekerjaan tersebut tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW.

Shalat-shalat tersebut yakni :
  1. Dua atau empat rakaat sebelum shalat Dhuhur
  2. Dua rakaat sehabis shalat Dhubur
  3. Dua rakaat sehabis shalat Maghrib
  4. Dua rakaat sehabis shalat 'Isya
  5. Dua rakaat sebelum shalat Shubuh.
Dalil-dalil Pelaksanaannya :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: حَفِظْتُ مِنَ النَّبِيّ ص عَشْرَ رَكَعَاتٍ، رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلمَغْرِبِ فِى بَيْتِهِ وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ وَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الصُّبْحِ. البخارى و مسلم
Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Saya hafal (ingat dengan betul) dari Nabi SAW sepuluh rakaat shalat sunnah; dua rakaat sebelum shalat Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah Maghrib di rumah ia dan dua rakaat sesudah 'Isya di rumah pula dan juga dua rakaat sebelum Shubuh’”. [HSR. Bukhari dan Muslim]

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ لاَ يَدَعُ اَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اْلغَدَاةِ. البخارى
Dari 'Aisyah RA bahwa Nabi SAW tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum shalat Dhuhurdan dua rakaat sebelum Shubuh. [HSR. Bukhari]

وَ عَنْهَا قَالَتْ: لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ ص عَلَى شَيْئٍ مِنَ النَّوَافِلِ اَشَدَّ تَعَاهُدًا مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيِ اْلفَجْرِ. البخارى و مسلم
Dan daripadanya pula, “Tidak ada Nabi SAW memperhatikan shalat-shalat Sunnah lebih dari pada dua rakaat Fajar”. [HSR. Bukhari dan Muslim]

و لمسلم: كَانَ اِذَا طَلَعَ اْلفَجْرُ لاَ يُصَلّى اِلاَّ رَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ.
Dan bagi Muslim, “Adalah ia apabila terbit Fajar tidak shalat melainkan dua rakaat yang ringan”.

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَرَأَ فِى رَكْعَتَيِ اْلفَجْرِ: قُلْ يَآاَيُّهَا اْلكفِرُوْنَ، وَ قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ. مسلم 
Dari Abu Hurairah RA, bahu-membahu Nabi SAW membaca, “Qulyaa ayyuhal kaafiruun dan Qul huwalloohu Ahad pada dua rakaat Fajar”. [HSR. Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمُ الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ فَلْيَضْطَجِعْ عَلَى جَنْبِهِ اْلاَيْمَنِ. احمد و ابو داود و الترمذى و صححه
Dari Abu Hurairah RA berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW, “Apabila seseorang dari padamu selesai shalat dua rakaat Qabliyah Shubuh, maka hendaklah ia berbaring atas lambung kanannya”. [HR. Ahmad, Abu Dawud dan dishahkannya oleh Tirmidzi]

Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib dan Shalat Sunnah Fajar

عَنْ اُمّ اْلمُؤْمِنِيْنَ اُمّ حَبِيْبَةَ رَمْلَةَ بِنْتِ اَبِى سُفْيَانَ رض قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلّى ِللهِ تَعَالَى كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيْضَةٍ اِلاَّ بَنَي اللهُ لَهُ بَيْتًا فِى اْلجَنَّةِ اَوْ اِلاَّ بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِى اْلجَنَّةِ. مسلم
Dari Ummul Mukminin Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sofyan RA ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tiada orang Muslim yang saban hari shalat Sunnah dua belas rakaat alasannya yakni Allah Ta'ala, melainkan Allah akan menyebarkan baginya rumah di syurga atau dibuatkan rumah baginya di surga”. [HR. Muslim]

عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: رَكْعَتَا اْلفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا. مسلم
Dari Aisyah RA dari Nabi SAW ia bersabda, “Dua rakaat Fajar itu lebih baik dari pada dunia seisinya”. [HR. Muslim]

Dan masih banyak lagi hadits-hadits dan riwayat-riwayat lain yang senada.

B. Shalat sunnah rawatib yang tidak muakkad

1. Dua rakaat sebelum Shalat Maghrib :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ اْلمُزَنِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ. صَلُّوْا قَبْلَ اْلمَغْرِبِ، ثُمَّ قَالَ فِى الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ كَرَاهِيَةً اَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً. البخارى
Dari Abdullah bin Mughoffal Al Muzani berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW, “Shalatlah Qabliyah Maghrib, shalatlah Qabliyah Maghrib”. Dan ia bersabda yang ketiga kalinya, “Bagi siapa yang mau”. Karena Rasulullah membenci orang membuatnya sebuah ketetapan. [HSR. Bukhari]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنَّا نُصَلّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوْبِ الشَّمْسِ وَ كَانَ النَّبِيُّ ص يَرَانَا فَلَمْ يَأْمُرْنَا وَ لَمْ يَنْهَنَا. مسلم
Dari Ibnu Abbas RA berkata : "Kami biasa shalat dua rakaat sehabis matahari terbenam, sedang Nabi SAW menyaksikan kami, tapi ia tidak mengutus kami dan tidak melarang kami". [HR. Muslim]

2. Dua Rakaat Sesudah (Ba'diyah) Dhuhur :

عَنْ اُمّ حَبِيْبَةَ رض قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ حَافَظَ عَلَى اَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ اَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ. ابو داود و الترمذى
Dari Ummu Habibah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tetap mengerjakanempat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sehabis Dhuhur, tentu Allah mengharamkan dia masuk neraka”. [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]

Keterangan :
Shalat sunnah sehabis Dhuhur (Ba'diyah Dhuhur) itu empat rakaat, dua rakaat Muakkad dan dua rakaat lainnya tidak Muakkad.

3. Shalat sunnah sebelum ‘Ashar

عَنْ عَلِيّ عَلَيْهِ السَّلاَمُ اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يُصَلّى قَبْلَ اْلعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ. ابو داود
Dari ‘Ali AS, bahu-membahu dulu Nabi SAW shalat dua raka’at sebelum shalat ‘Ashar. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 23, no. 1272] 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى اَرْبَعًا قَبْلَ اْلعَصْرِ. احمد و ابو داود و الترمذى و حسنه و ابن خزيمة و صححه، فى بلوغ المرام 382
Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Semoga Allah merahmati orang yang mengerjakan shalat sunnah empat raka’at sebelum ‘Ashar”. [HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan ia menghasankannya, dan Ibnu Khuzaimah, dan ia menshahihkannya, dalam Bulughul Maram no. 382]

Keterangan :
Hadits ihwal shalat sunnah qabliyah ‘Ashar empat raka’at ini ada ulama yang menilai hasan atau mengesahkannya. Namun ada pula yang melemahkannya. Bahkan Ibnu Taimiyah menolaknya dengan keras dan menilai hadits itu maudlu’, walloohu a’lam. [Zaadul Ma’aad juz 1, hal. 311]

4. Shalat sunnah sehabis ‘Ashar :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: وَ الَّذِيْ ذَهَبَ بِهِ مَا تَرَكَهُمَا حَتَّى لَقِيَ اللهَ وَ مَا لَقِيَ اللهَ تَعَالَى حَتَّى ثَقُلَ عَنِ الصَّلاَةِ. وَ كَانَ يُصَلّى كَثِيْرًا مِنْ صَلاَتِهِ قَاعِدًا تَعْنِي الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعَصْرِ. وَ كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلّيْهِمَا وَ لاَ يُصَلّيْهِمَا فِى اْلمَسْجِدِ مَخَافَةَ اَنْ يُثَقّلَ عَلَى اُمَّتِهِ. وَ كَانَ يُحِبُّ مَا يُخَفّفُ عَنْهُمْ. البخارى 1: 146
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Demi Allah, ia tidak pernah meninggalkan shalat 2 raka’at sehingga ia berjumpa dengan Allah dan ia tidak berjumpa dengan Allah Ta’ala sehingga ia terasa berat melaksanakan shalat. Dan ia sering melaksanakan shalatnya dengan duduk, yakni shalat 2 raka’at sehabis ‘Ashar, dan Nabi SAW biasa mengerjakan shalat 2 raka’at sehabis ‘Ashar itu tidak di dalam masjid, alasannya yakni takut akan memberatkan ummatnya dan ia bahagia terhadap sesuatu yang menghasilkan ringan bagi ummatnya”. [HR. Bukhari 1 : 146] 

عَنْ اُمّ سَلَمَةَ، صَلَّى النَّبِيُّ ص بَعْدَ اْلعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ وَ قَالَ: شَغَلَنِى نَاسٌ مِنْ عَبْدِ اْلقَيْسِ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ. البخارى
Dari Ummu Salamah RA, ia berkata : Nabi SAW pernah shalat dua raka’at sehabis ‘Ashar, kemudian ia bersabda, “Orang-orang dari suku ‘Abdul Qais sudah merepotkan saya dari shalat dua raka’at sehabis Dhuhur”. [HR. Bukhari 1 : 146] 

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ اْلعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَ عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ. مسلم 1: 566، البخارى 1: 146
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW melarang shalat ba’da ‘Ashar sehingga terbenam matahari, dan melarang shalat ba’da Shubuh sehingga terbit matahari. [HR. Muslim 1 : 566, Bukhari 1 : 146] 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: مَا تَرَكَ رَسُوْلُ اللهِ ص رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اْلعَصْرِ عِنْدِى قَطُّ. مسلم 1: 572، البخارى 1: 146
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Disisiku Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan (shalat) dua raka’at sehabis ‘Ashar”. [HR. Muslim 1 : 572, Bukhari 1 : 146] 

Keterangan :
1. Ibnu ‘Abbas, ‘Abdur Rahman bin Azhar dan Miswar bin Makhromah pernah mengutus Kuraib (bekas budak Ibnu ‘Abbas) untuk tiba terhadap ‘Aisyah menanyakan ihwal dua raka’at sehabis shalat ‘Ashar, alasannya yakni mereka itu pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW melarang melakukannya. Setelah Kuraib tiba terhadap ‘Aisyah, kemudian ‘Aisyah mengarahkan supaya ia menanyakan terhadap Ummu Salamah.
Ummu Salamah menjawab, “Aku pernah mendengar Nabi SAW melarangnya, kemudian saya menyaksikan ia mengerjakannya. Kemudian saya mengutus seorang jariyah untuk menanyakan hal tersebut terhadap Nabi SAW”. Kemudian jawab Nabi SAW, “Tadi beberapa orang kaum ‘Abdul Qais tiba kepadaku membicarakan ihwal kaumnya yang masuk Islam, sehingga mereka menyibukkanku dari melaksanakan dua raka’at sehabis Dhuhur. Dan (dua raka’at) yang saya lakukan sehabis ‘Ashar ini yakni (gantinya) dua raka’at sehabis Dhuhur itu. [Ringkasan hadits riwayat Muslim 1 : 571] 
2. ‘Aisyah berkata, “Disisiku Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah meninggalkan dua raka’at sehabis ‘Ashar”. [HR. Muslim juz 1, hal. 572, Bukhari juz 1, hal. 146]

Kesimpulan :
  1. Nabi SAW pernah melarang shalat sehabis shalat ‘Ashar. 
  2. Nabi SAW melaksanakan dua raka’at sehabis ‘Ashar pada awalnya selaku ganti dua raka’at sehabis Dhuhur yang tidak sempat ia kerjakan, kemudian shalat dua raka’at sehabis ‘Ashar tersebut menjadi kebiasaan ia yang tidak pernah ia tinggalkan.
Semoga dapat diketahui dan bermanfaat....

Sumber:https://ceritateladanmuslim.blogspot.com//search?q=shalat-sunnah-rawatib

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel