Biografi Singkat Shalahuddin Al-Ayyubi (1137 - 1193 M)
Tuesday, July 21, 2020
Edit
Salahuddin Yusuf bin Ayub atau masyhur dengan sebutan Shalahudin ialah putra Najm ad-Din bin Ayyub (Najmuddin bin Ayyub) dari bangsa Azerbaijan. Shalahudin merupakan keturunan suku Kurdi yang hidup dalam sebuah kastil di Takreet yang berada di tepian sungai Tirgis (Irak) dan mengelola kastil itu. Dia lahir di kastil tersebut pada tahun 1137 M atau 532 H.
Sejak dilahirkan, ia diajak ayahnya hijrah ke kawasan Mosul lantaran di dalam kastil tersebut terjadi konflik. Sesampainya di Mosul keluarga Najm ad-Din bertemu dengan Nuruddin Zangi - seorang gubernur di Suriah – kemudian membantu Zangi dalam aneka macam urusan. Nuruddin Zangi ialah seorang berbangsa Arab yang berusaha menyatukan masyarakat muslim yang telah bercerai berai membentuk kerajaan masing-masing, antara lain Suriah, Aleppo, Tripoli, Horns, Yarussalem, Damaskus, Antiokhia. Setelah pertemuan itu, Najmuddin bin Ayyub dipercaya oleh Nuruddin Zangki untuk memimpin garnisun di Baalbek.
Pada masa mudanya, Shalahudin Yusuf al-Ayyubi ialah sosok yang belum dikenal oleh banyak masyarakat luas. Selain kurang dikenal oleh masyarakat, pendidikannya pun tidak banyak diketahui. Orang mengetahuinya hanya sebatas bahwa ia suka melaksanakan diskusi wacana masalah-masalah ilmu agama, contohnya ilmu fikih, AlQur’an, ilmu hadits dan ilmu kalam.
Seiring dengan keberhasilan Shalahudin menaklukkan Damascus, ia dibawa menghadap Nuruddin Zangi oleh ayahnya. Dari pertemuan itulah sosok Salahudin Yusuf al-Ayyubi menjadi terkenal lantaran sering tampil di tengah masyarakat, terlebih lagi saat hendak bertolak ke Mesir dalam rangka mengikuti pamannya, yaitu Asaduddin Syirkuh untuk sebuah kiprah kemiliteran.
Berdirinya Dinasti Ayyubiyah berawal dari adanya serbuan pasukan salib terhadap wilayah Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Ayyubiyah tidak berbenturan dengan Dinasti Abbasiyah (mengakui kedaulatannya) dan bekerjasama dengan kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Hal itu berbeda dengan Dinasti Fatimiyah yang tidak mau tunduk kepada Dinasti Abbasiyah dan berseberangan politik dengan Dinasti Abbasiyah.
Di kalangan Muslim maupun Kristen, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ialah sosok yang sangat populer. Hal ini dikarenakan beberapa hal, diantaranya Salahuddin merupakan pimpinan yang bijaksana, memiliki pasukan militer yang tangguh dan berwibawa di depan lawan, serta memiliki sifat ksatria juga santun dan pemaaf. Misalnya sebagaimana yang ditunjukkan saat terjadi perang salib. Shalahuddin Al Ayyubi terkenal sebagai penguasa sekaligus sebagai ulama. Kemampuan Shalahuddin sanggup dilihat dari komentar dan catatan kaki yang ditulisnya pada kitab hadits riwayat Abu Dawud.
Hingga sekarang keluhuran kecerdikan dan kegagahan Shalahudin masih dikenang kaum orientalis Barat, terlebih lagi kaum Muslimin. Dr Jonathan Phillips seorang pengajar di University of London dan penulis aneka macam macam buku mengenai Perang Salib menuturkan bahwa Shalahuddin ialah salah satu tokoh terpenting bagi kaum Muslimin.
Orang-orang Barat menyebut Shalahuddin Al-Ayyubi dengan nama Saladin. Ada pula menyebut Salah ad-Din. Dia terkenal sebagai seorang jenderal dan satria bagi kaum muslim Kurdi dari Tikrit. Kekuasaan Dinasti Ayyubiyah mencakup kawasan Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Hijaz, dan Diyar Bakr.
Pada masa pemerintahan Shalahuddin Al-Ayyubi banyak disibukkan dengan peperangan, disebabkan upayanya untuk membantu Mesir dan beberapa negara Islam lainnya dari serangan tentara Salib yang terang-terangan telah menyulut peperangan.
Meski demikian, Shalahuddin Al Ayyubi tidak meninggalkan kebijakannya dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat. Pembangunan, pendidikan, kepentingan rakyat, permasalahan pengadilan, dan keadaan dalam negeri secara umum tetap berjalan. Pemerintahan Shalahuddin Al Ayyubi merupakan yang kompleks. Keadaan yang kompleks itu mencakup keadaan keagamaan, keilmuwan, pertanian, perdagangan dan industri, dan keadaan kehidupan sosial.
Sejak dilahirkan, ia diajak ayahnya hijrah ke kawasan Mosul lantaran di dalam kastil tersebut terjadi konflik. Sesampainya di Mosul keluarga Najm ad-Din bertemu dengan Nuruddin Zangi - seorang gubernur di Suriah – kemudian membantu Zangi dalam aneka macam urusan. Nuruddin Zangi ialah seorang berbangsa Arab yang berusaha menyatukan masyarakat muslim yang telah bercerai berai membentuk kerajaan masing-masing, antara lain Suriah, Aleppo, Tripoli, Horns, Yarussalem, Damaskus, Antiokhia. Setelah pertemuan itu, Najmuddin bin Ayyub dipercaya oleh Nuruddin Zangki untuk memimpin garnisun di Baalbek.
Pada masa mudanya, Shalahudin Yusuf al-Ayyubi ialah sosok yang belum dikenal oleh banyak masyarakat luas. Selain kurang dikenal oleh masyarakat, pendidikannya pun tidak banyak diketahui. Orang mengetahuinya hanya sebatas bahwa ia suka melaksanakan diskusi wacana masalah-masalah ilmu agama, contohnya ilmu fikih, AlQur’an, ilmu hadits dan ilmu kalam.
Seiring dengan keberhasilan Shalahudin menaklukkan Damascus, ia dibawa menghadap Nuruddin Zangi oleh ayahnya. Dari pertemuan itulah sosok Salahudin Yusuf al-Ayyubi menjadi terkenal lantaran sering tampil di tengah masyarakat, terlebih lagi saat hendak bertolak ke Mesir dalam rangka mengikuti pamannya, yaitu Asaduddin Syirkuh untuk sebuah kiprah kemiliteran.
Berdirinya Dinasti Ayyubiyah berawal dari adanya serbuan pasukan salib terhadap wilayah Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Ayyubiyah tidak berbenturan dengan Dinasti Abbasiyah (mengakui kedaulatannya) dan bekerjasama dengan kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Hal itu berbeda dengan Dinasti Fatimiyah yang tidak mau tunduk kepada Dinasti Abbasiyah dan berseberangan politik dengan Dinasti Abbasiyah.
Di kalangan Muslim maupun Kristen, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ialah sosok yang sangat populer. Hal ini dikarenakan beberapa hal, diantaranya Salahuddin merupakan pimpinan yang bijaksana, memiliki pasukan militer yang tangguh dan berwibawa di depan lawan, serta memiliki sifat ksatria juga santun dan pemaaf. Misalnya sebagaimana yang ditunjukkan saat terjadi perang salib. Shalahuddin Al Ayyubi terkenal sebagai penguasa sekaligus sebagai ulama. Kemampuan Shalahuddin sanggup dilihat dari komentar dan catatan kaki yang ditulisnya pada kitab hadits riwayat Abu Dawud.
Hingga sekarang keluhuran kecerdikan dan kegagahan Shalahudin masih dikenang kaum orientalis Barat, terlebih lagi kaum Muslimin. Dr Jonathan Phillips seorang pengajar di University of London dan penulis aneka macam macam buku mengenai Perang Salib menuturkan bahwa Shalahuddin ialah salah satu tokoh terpenting bagi kaum Muslimin.
Orang-orang Barat menyebut Shalahuddin Al-Ayyubi dengan nama Saladin. Ada pula menyebut Salah ad-Din. Dia terkenal sebagai seorang jenderal dan satria bagi kaum muslim Kurdi dari Tikrit. Kekuasaan Dinasti Ayyubiyah mencakup kawasan Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Hijaz, dan Diyar Bakr.
Pada masa pemerintahan Shalahuddin Al-Ayyubi banyak disibukkan dengan peperangan, disebabkan upayanya untuk membantu Mesir dan beberapa negara Islam lainnya dari serangan tentara Salib yang terang-terangan telah menyulut peperangan.
Meski demikian, Shalahuddin Al Ayyubi tidak meninggalkan kebijakannya dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat. Pembangunan, pendidikan, kepentingan rakyat, permasalahan pengadilan, dan keadaan dalam negeri secara umum tetap berjalan. Pemerintahan Shalahuddin Al Ayyubi merupakan yang kompleks. Keadaan yang kompleks itu mencakup keadaan keagamaan, keilmuwan, pertanian, perdagangan dan industri, dan keadaan kehidupan sosial.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana biografi singkat Shalahuddin Al-Ayyubi (1137 - 1193 M). Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Akhlak Tasawuf Kelas XII MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2016. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.