Biografi Singkat Bubuk Yazid Al-Bustami (Tokoh Tasawuf)
Tuesday, July 21, 2020
Edit
Abu Yazid al-Bustami lahir di Bustam, bab timur bahari Persia tahun: 188 H – 261 H/874 – 947 M. Nama lengkapnya yaitu Abu Yazid Thaifur bin Isa bin Adam bin Surusyan. Semasa kecilnya ia dipanggil Thaifur, kakeknya berjulukan Surusyan yang menganut fatwa Zoroaster yang telah memelukIslam dan ayahnya salah seorang tokoh masyarakat di Bustam.
Keluarga Abu Yazid termasuk keluarga yang berada di wilayahnya tetapi ia lebih menentukan hidup sederhana. Sejak dalam kandungan Ibunya, konon kabarnya Abu Yazid telah memiliki kelainan. Ibunya berkata bahwa dikala dalam perutnya, Abu Yazid akan memberontak sehingga Ibunya muntah bila menyantap makanan yang diragukan kehalalannya.
Sewaktu menginjak usia remaja, Abu Yazid terkenal sebagai murid yang pandai dan seorang anak yang patuh mengikuti perintah agama dan berbakti kepada orang tuanya, suatu kali gurunya menerangkan suatu ayat dari surat Luqman yang berbunyi : “Berterima kasihlah kepada Aku dan kepada kedua orang tuamu” ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Ia kemudian berhenti mencar ilmu dan pulang untuk menemuia Ibunya, sikapnya ini menggambarkan bahwa ia selalu berusaha memenuhi setiap panggilan Allah.
Perjalanan Abu Yazid untuk menjadi seorang sufi memakan waktu puluhan tahun, sebelum menandakan dirinya sebagai seorang sufi, ia terlebih dahulu telah menjadi seorang fakih dari madzhab Hanafi. Salah seorang gurunya yang terkenal yaitu Abu Ali as-Sindi, ia mengajarkan ilmu tauhid, ilmu hakikat dan ilmu lainnya kepada Abu Yazid. Hanya saja fatwa sufi Abu Yazid tidak ditemukan dalam bentuk buku.
Dalam perjalanan kehidupan Zuhud, selama 13 tahun, Abu Yazid mengembara di gurun-gurun pasir di Syam, hanya dengan tidur, makan, dan minum yang sedikit sekali.
Abu Yazid hidup dalam keluarga yang taat beragama, Ibunya seorang yang taat dan zahidah, dua saudaranya Ali dan Adam termasuk sufi meskipun tidak terkenal sebagaimana Abu Yazid.
Abu Yazid dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, semenjak kecil kehidupannya sudah dikenal saleh. Ibunya secara teratur mengirimnya ke masjid untuk mencar ilmu ilmu-ilmu agama. Setelah besar ia melanjutkan pendidikannya ke banyak sekali daerah. Ia mencar ilmu agama berdasarkan mazhab Hanafi. Setelah itu, ia memperoleh pelajaran ilmu tauhid. Namun pada balasannya kehidupannya berubah dan memasuki dunia tasawuf.
Abu Yazid yaitu orang yang pertama yang mempopulerkan sebutan alFana dan al-Baqa` dalam tasawuf. Ia yaitu syaikh yang paling tinggi maqam dan kemuliannya, ia sangat istimewa di kalangan kaum sufi. Ia diakui salah satu sufi terbesar. Karena ia menggabungkan penolakan kesenangan dunia yang ketat dan kepatuhan pada agama dengan gaya intelektual yang luar biasa.
Abu Yazid pernah berkata: “Kalau kau lihat seseorang sanggup melaksanakan pekerjaan keramat yang besar-besar, walaupun ia sanggup terbang ke udara, maka janganlah kau tertipu sebelum kau lihat bagaimana ia mengikuti suruhan dan menghentikan dan menjaga batas-batas syari`at."
Dalam perkataan ini jelaslah bahwa tasawuf ia tidak keluar dari pada garis-garis syara` tetapi selain dari perkataan yang terang dan terang itu, terdapat pul akata-kata ia yang ganjil-ganjil dan memiliki pengertian yang dalam. Dari lisan ia seringkali menawarkan ucapan-ucapan yang berisikan kepercayaan bahwa hamba dan yang kuasa sewaktu-waktu sanggup berpadu dan bersatu. Inilah yang dinamakan Mazhab Hulul atau Perpaduan.
Abu Yazid meninggal dunia pada tahun 261 H/947 M, jadi ia meninggal dunia di usia 73 tahun dan dimakamkan di Bustam, dan makamnya masih ada hingga sekarang.
Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid yaitu Fana` dan Baqa`. Secara harfiah fana` berarti meninggal dan musnah, dalam kaitan dengan sufi, maka sebutan tersebut biasanya dipakai dengan proposisi: fana`an yang artinya kosong dari segala sesuatu, melupakan atau tidak menyadari sesuatu. Sedangkan dari segi bahasa kata fana` berasal dari kata bahasa Arab yakni faniya-yafna yang berarti musnah, lenyap, hilang atau hancur. Dalam istilah tasawuf, fana' adakalanya diartikan sebagai keadaaan watak yang luhur.
Keluarga Abu Yazid termasuk keluarga yang berada di wilayahnya tetapi ia lebih menentukan hidup sederhana. Sejak dalam kandungan Ibunya, konon kabarnya Abu Yazid telah memiliki kelainan. Ibunya berkata bahwa dikala dalam perutnya, Abu Yazid akan memberontak sehingga Ibunya muntah bila menyantap makanan yang diragukan kehalalannya.
Sewaktu menginjak usia remaja, Abu Yazid terkenal sebagai murid yang pandai dan seorang anak yang patuh mengikuti perintah agama dan berbakti kepada orang tuanya, suatu kali gurunya menerangkan suatu ayat dari surat Luqman yang berbunyi : “Berterima kasihlah kepada Aku dan kepada kedua orang tuamu” ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Ia kemudian berhenti mencar ilmu dan pulang untuk menemuia Ibunya, sikapnya ini menggambarkan bahwa ia selalu berusaha memenuhi setiap panggilan Allah.
Perjalanan Abu Yazid untuk menjadi seorang sufi memakan waktu puluhan tahun, sebelum menandakan dirinya sebagai seorang sufi, ia terlebih dahulu telah menjadi seorang fakih dari madzhab Hanafi. Salah seorang gurunya yang terkenal yaitu Abu Ali as-Sindi, ia mengajarkan ilmu tauhid, ilmu hakikat dan ilmu lainnya kepada Abu Yazid. Hanya saja fatwa sufi Abu Yazid tidak ditemukan dalam bentuk buku.
Dalam perjalanan kehidupan Zuhud, selama 13 tahun, Abu Yazid mengembara di gurun-gurun pasir di Syam, hanya dengan tidur, makan, dan minum yang sedikit sekali.
Abu Yazid hidup dalam keluarga yang taat beragama, Ibunya seorang yang taat dan zahidah, dua saudaranya Ali dan Adam termasuk sufi meskipun tidak terkenal sebagaimana Abu Yazid.
Abu Yazid dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, semenjak kecil kehidupannya sudah dikenal saleh. Ibunya secara teratur mengirimnya ke masjid untuk mencar ilmu ilmu-ilmu agama. Setelah besar ia melanjutkan pendidikannya ke banyak sekali daerah. Ia mencar ilmu agama berdasarkan mazhab Hanafi. Setelah itu, ia memperoleh pelajaran ilmu tauhid. Namun pada balasannya kehidupannya berubah dan memasuki dunia tasawuf.
Abu Yazid yaitu orang yang pertama yang mempopulerkan sebutan alFana dan al-Baqa` dalam tasawuf. Ia yaitu syaikh yang paling tinggi maqam dan kemuliannya, ia sangat istimewa di kalangan kaum sufi. Ia diakui salah satu sufi terbesar. Karena ia menggabungkan penolakan kesenangan dunia yang ketat dan kepatuhan pada agama dengan gaya intelektual yang luar biasa.
Abu Yazid pernah berkata: “Kalau kau lihat seseorang sanggup melaksanakan pekerjaan keramat yang besar-besar, walaupun ia sanggup terbang ke udara, maka janganlah kau tertipu sebelum kau lihat bagaimana ia mengikuti suruhan dan menghentikan dan menjaga batas-batas syari`at."
Dalam perkataan ini jelaslah bahwa tasawuf ia tidak keluar dari pada garis-garis syara` tetapi selain dari perkataan yang terang dan terang itu, terdapat pul akata-kata ia yang ganjil-ganjil dan memiliki pengertian yang dalam. Dari lisan ia seringkali menawarkan ucapan-ucapan yang berisikan kepercayaan bahwa hamba dan yang kuasa sewaktu-waktu sanggup berpadu dan bersatu. Inilah yang dinamakan Mazhab Hulul atau Perpaduan.
Abu Yazid meninggal dunia pada tahun 261 H/947 M, jadi ia meninggal dunia di usia 73 tahun dan dimakamkan di Bustam, dan makamnya masih ada hingga sekarang.
Ajaran tasawuf terpenting Abu Yazid yaitu Fana` dan Baqa`. Secara harfiah fana` berarti meninggal dan musnah, dalam kaitan dengan sufi, maka sebutan tersebut biasanya dipakai dengan proposisi: fana`an yang artinya kosong dari segala sesuatu, melupakan atau tidak menyadari sesuatu. Sedangkan dari segi bahasa kata fana` berasal dari kata bahasa Arab yakni faniya-yafna yang berarti musnah, lenyap, hilang atau hancur. Dalam istilah tasawuf, fana' adakalanya diartikan sebagai keadaaan watak yang luhur.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal biografi singkat Abu Yazid al-Bustami (tokoh tasawuf). Sumber Buku Akhlak Kelas XI MA Hal 142-143 Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.