Kebijakan Shalahuddin Al-Ayyubi Di Kurun Pemerintahannya (Kisah Shalahuddin Al-Ayyubi)

1. Kondisi Keagamaan.
Hal yang pertama dibenahi oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dikala memasuki Mesir yakni pemerintahan dalam negeri lantaran semasa kekhalifahan Fathimiyah dalam keadaan sangat terpuruk. Shalahuddin Al Ayyubi menghilangkan kekhalifahan Fathimiyah yang didominasi oleh orang-orang Syiah dan berkiblat pada mazhab Syi’ah. Langkah selanjutnya sesudah peniadaan kekhalifahan Fathimiyah merombak tatanan sosial dengan cara mengoptimalkan kinerja para juru dakwah supaya masyarakat kembali kepada aliran Sunni.

Shalahuddin Al Ayyubi mengalih-fungsikan masjid Al Azhar dari masjid saja menjadi forum pendidikan yang mengajarkan mazhab Sunni. Dia juga membangun madrasah-madrasah serta meningkatkan perhatiannya kepada perkembangan mazhab Sunni. Hal itu tentu mengakibatkan rasa tidak bahagia dari kaum Syiah sehingga mereka mengadakan pemberontakan, tetapi upaya revolusi pengikut Syiah itu sanggup diredam.

2. Keadaan Keilmuwan.
Keadaan perkembangan ilmu pengetahuan menjadi prioritas perhatian dalam kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi dan seluruh sultan yang memimpin Dinasti Ayyubiah, sehingga Shalahuddin Al-Ayyubi sangat mendorong tugas serta ulama dalam pembangunan.

Jasa-jasa Shalahuddin Al Ayyubi di bidang ilmu pengetahuan ini antara lain membangun madrasah-madrasah, institut, dan Universitas. Ia juga mendirikan majelis-majelis keilmuwan, dan sering menyantuni kaum fakir miskin yang berprestasi di bidang keilmuwan dengan impian mereka bisa membuat karya-karya, menulis buku, dan memperlihatkan pelajaran.

3. Kondisi Kehidupan Sosial.
di bawah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi Dinasti Ayyubiyah merombak total gaya kehidupan sosial Daulah Abbasiyah dan Daulah Fathimiyah. Pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah para pemimpinnya populer boros dan berlebihan. Hal sama dengan yang dilakukan oleh para pimpinan Daulah Fathimiyah. Pada pemerintahan Dinasti Fathimiyah, para pemimpinnya sering mengadakan pesta peringatan keagamaan dengan bermacam acara. Mereka tidak pernah meninggalkan program makan-makan bagi masyarakat luas dalam program pesta itu.

Dinasti Ayyubiyah menjauhi cara-cara pemborosan yang demikian itu. Shalahuddin Al-Ayyubi lebih berkonsentrasi melaksanakan jihad. Anggaran negara banyak yang dialokasikan untuk memperkuat sektor militer, contohnya untuk membuat peralatan perang dan membekali para pasukan perang.

Shalahuddin Al-Ayyubi memang masih mengikuti kemauan masyarakat yang bahagia dengan banyak sekali pesta keagamaan, tetapi biaya untuk acara-acara tersebut sangat sedikit. Kebiasaan Shalahuddin Al-Ayyubi mengutamakan bidang militer ini dimulai dikala beliau berkuasa di Mesir.

Adapun kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh para pemimpin pemerintah Dinasti Ayyubiyah yakni memuliakan tamu, membekali para ibnu sabil, memberi makan setiap hari kepada para pelajar yang menuntut ilmu di forum pendidikan Al Azhar dan semua madrasah yang didirikannya. Dengan demikian kondisi kehidupan sosial di Mesir di bawah pemerintahan Dinasti Ayyubiyah sangat sederhana atau tidak boros, tetapi tidak pula kekurangan.

4. Kondisi Pertanian.
Mesir populer dengan sungai Nil, sehingga di sekitarnya masyarakat bermata pencaharian sebagai petani atau bisa dikatakan bahwa Mesir merupakan negara agraris. Dengan koindisi ini Shalahuddin Al-Ayyubi sangat memperhatikan pertanian ini antara lain dengan membangun sarana pengairan, membuat kanal-kanal, dan memperbaiki jalan-jalan.

Selain bentuk perhatian tersebut, Shalahuddin Al Ayyubi juga mendukung potensi mereka dan menaruh perhatian pada keadaan penghidupan para petani. Perhatian dan sumbangan tersebut ternyata kurang cukup memenuhi impian perekonomian yang disebabkan oleh kecenderungan pengelolaan lahan pertanian yang hanya mengambil air limpahan. Irigasi yang dibangun dan mata air tidak mencukupi untuk mengaliri lahan-lahan pertanian. Hal ini mengakibatkan kondisi ekonomi Mesir sempat terpuruk, sampai-sampai pernah terjadi kelaparan pada masa kekuasaan Shalahuddin Al Ayyubi yang disebabkan adanya kekurangan air.

Shalahuddin Al-Ayyubi segera mangambil tindakan menyediakan kemudahan untuk mencari sumber-sumber air untuk memulihkan kondisi pertanian. Dengan upaya itu kebutuhan air bagi masyarakat sanggup tercukupi sehingga kondisi perekonomian mulai berangsur pulih.

Kelemahan yang ada pada Shalahuddin Al Ayyubi yakni ia memperlihatkan tanah pertanian kepada anak-anaknya. Kaprikornus beliau menerapkan feodalisme dalam pemerintahannya di bidang pertanian ini dan menganggap bahwa para petani yakni pembantu dan hamba sahaya baginya.

5. Kondisi Perdagangan dan Industri.
Sultan Nuruddin Zangi menginginkan supaya Syam dan Mesir sanggup menjadi satu. Keinginan itu disambut oleh Shalahuddin Al Ayyubi sebagai penguasa Mesir atas tunjukan Nuruddin Zangi kala itu. Hubungan perdagangan kedua negara itu pun terjalin dengan baik dan saling memberi keuntungan. Mesir yang kaya dengan hasil pertaniannya mengekspor materi makanan, buah-buahan, sutera, serta hasil kerajinan keramik dan tembaga. Di kesempatan lain Mesir mengimpor barangbarang tenunan, karpet, kulit dan kayu.

Shalahuddin Al-Ayyubi juga menyebarkan pelbagai bidang industri. Pada sektor industri kecil antara lain industri penyamakan kulit, industri sabun, industri tenun, serta penyulingan zaitun dan minyak simsim. Adapun kota-kota yang menjadi pusat industri antara lain kota Akhmim di Shaid, Dimyati di Wajhil-Bahri, dan Bahnisa di Mesir cuilan tengah. Kota-kota tersebut menjadi populer sebagai buah perjuangan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam memajukan perdagangan dan industri.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal kebijakan Shalahuddin Al-Ayyubi di masa pemerintahannya (Kisah Shalahuddin Al-Ayyubi). Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Akhlak Tasawuf Kelas XII MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2016. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel