Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal Dan Biografi Muhammad Iqbal (1873-1935 M)
Tuesday, July 21, 2020
Edit
Riwayat Hidup Muhammad Iqbal.
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 22 Februari 1873 M di Sialkot, Punjab Barat Pakistan. Dan meninggal dunia di tahun 1935 M. Muhammad Iqbal lahir dari keturunan kelas Brahmana Khasmir (kelas sosial tertinggi di India). Ayahnya yaitu Muhammad Nur yang populer sebagai orang saleh. Pendidikan agama sudah ditanamkan dalam diri Muhammad Iqbal semenjak kecil oleh ayahnya.
Selain dari ayahnya, Muhammad Iqbal berguru agama dengan Mir Hassan sekaligus berguru menciptakan sajak. Melalui derma Mir Hassan, Muhammad Iqbal kemudian masuk sekolah Scotiis Mission School. Setelah selesai, Muhammad Iqbal melanjutkan studinya di Government College dan di tahun 1897 M memperoleh gelar sarjana muda (BA). Pada tahun 1905 M, Iqbal mendapatkan gelar MA dalam bidang filsafat. Muhammad Iqbal juga mempunyai prestasi, terbukti dengan menerima beasiswa dan menerima dua medali emas terkait penguasaan bahasa Inggris dan Arab.
Selama masih di perguruan tinggi tinggi Government College, Muhammad Iqbal bertemu dengan tokoh orintalis yang sekaligus menjadi guru besar di perguruan tinggi tinggi tersebut, yaitu Sir Thomas W. Arnold (w. 1930 M). Dua tahun kemudian Muhammad Iqbal pindahke Munich Jerman, dan memperoleh gelar Ph.D di dalam filsafat dengan judul disertasi the Development of Metaphysics in Persia (perkembangan metafisika di Persia).
Pada tahun 1930, Muhammad Iqbal terjun dalam bidang politik dan menjadi salah satu yang besar lengan berkuasa dalam Partai Liga Muslim India, serta menjadi ketua konferensi tahunan Liga Muslim di Allahabad. Karir Iqbal semakin bersinar dan namanya semakin dikenal sehabis dirinya mendapatkan gelar sir dari pemerintahan kerajaan Inggris di London. Gelar tersebut diberikan atas tawaran wartawan Inggris yang mengamati sepak terjang Iqbal, khususnya terkait wangsit kebangsaan.
Kemudian di tahun 1931 M dan tahun 1932 M, Muhammad Iqbal membahas konstitusi gres bagi India dalam konfrensi meja lingkaran di London. Dan tahun 1933 M Muhammad Iqbal diundang ke Afganistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul.
Muhammad Iqbal yaitu negarawan matang, dan pandangan-pandangannya populer kritis khususnya terhadap bahaya barat salah satunya budaya. Bagi Muhammad Iqbal, budaya barat yaitu budaya imperialism, anti spiritual, dan jauh dari norma insani. Muhammad Iqbal meyakini faktor terpenting reformasi dalam diri insan yaitu jati diri insan itu sendiri. Pemahamannya tersebut dilandasi atas aliran Islam sehingga Muhammad Iqbal terus berjuang dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada umat Islam. Muhammad Iqbal memandang peradaban islam waktu itu sedang terhambat, tertinggal dan terbelenggu oleh imperalisme. Hal ini dikarenakan umat islam mengalami kehilangan rasa percaya diri dalam menghadapi budaya barat itu sendiri, terlihat pada proses imitasi budaya barat yang terus dilakukan.
Sebelum tutup usia di tahun 1935 M, Muhammad Iqbal mengundurkan diri dari pekerjaannya dan memfokuskan diri untuk menciptakan sajak-sajak yang bermuatan teologis dan filosofis. Karya Muhammad Iqbal antara lain yaitu: syikwa (keluhan), jawab-i-syikwa (jawaban keluhan), bang-i dara (panggilan lonceng), asrar-i (rahasia pribadi), rumudzi bekhudi (misteri penyangkalan diri), dan sebuah buku kumpulan ceramah semenjak tahun 1982 M sekaligus sebagai karya terbesarnya dalam bidang filsafat yaitu, the reconstruction of religius thought in Islam.
Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal.
Muhammad Iqbal lebih populer sebagai filosof dibandingkan sebagai teolog. Walaupun sulit menemukan pandangan-pandangannya mengenai wacana-wacana kalam klasik, menyerupai fungsi kecerdikan dan wahyu, perbuatan tuhan, perbuatan manusia, dan kewajiban-kewajiban tuhan. Tetapi Muhammad Iqbal sering menyinggung beberapa aliran kalam klasik yang pernah ada di dalam agama Islam.
Baca Juga:
Muhammad Iqbal menyampaikan bahwa al-Quran diturunkan secara global. Dengan tujuan membangkitkan kesadaran insan supaya bisa menerjemahkan dan menjabarkan nas-nas al-Quran yang masih global dalam realita kehidupan dan dinamika masyarakat yang selalu berubah. Inilah yang dalam rumusan fikih disebut ijtihad yang oleh Iqbal disebut prinsip gerak dalam struktur islam. Muhammad Iqbal menekankan akan pentingnya ijtihad dimasa sekarang, khususnya terkait perkembangan zaman.
1. Hakikat Teologi.
Muhammad Iqbal melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi kepada keimanan dan menurut esensi tauhid. Di dalamnya terdapat jiwa yang bergerak berupa persamaan, kesetiakawanan dan kebebasan dan kemerdekaan. Selain itu, Muhammad Iqbal dalam ontologi teologinya melihat adanya penyimpangan (anomali) yang menempel pada literatur ilmu kalam klasik.
2. Pembuktian Tuhan.
Muhammad Iqbal menolak argumen teleologis yang berusaha mengambarkan eksistensi yang kuasa yang mengatur ciptaanNya dari sebelah luar, tetapi mendapatkan landasan teleologis yang menafsirkan yang kuasa yang imanen (tetap ada) bagi alam. Selain itu, Iqbal menolak argumen kosmologis (sebab-musabab) maupun secara ontologis (logika).
3. Jati Diri Manusia.
Manusia hidup untuk mengetahui kepribadiannya serta menguatkan dan membuatkan bakat-bakatnya, lantaran hakikat hidup yaitu bergerak dan gerak yaitu perubahan. Secara umum Muhammad Iqbal menyampaikan bahwa insan itu dinamis sebagaimana kehidupan dunia.
4. Dosa.
Muhammad Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa alQuran menampilkan aliran perihal kebebasan ego insan yang bersifat kreatif. Maka kewajiban insan yaitu membenarkan adanya kepercayan ini. Namun, ratifikasi terhadap kemandirian (manusia) itu melibatkan ratifikasi terhadap semua ketidaksempurnaan yang timbul dari keterbatasan dan kemandirian itu. Artinya setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia, insan itu sendiri akan mendapatkan hasil atau konsekuensi dari tindakan itu sendiri.
5. Surga dan Neraka.
Muhammad Iqbal meyakini nirwana dan neraka, selanjutnya nirwana dan neraka dikatakan sebagai sebuah keadaan. Pandangannya merujuk pada rumusan alQuran, bahwa nirwana yaitu kegembiraan lantaran mendapatkan kemenangan dalam mengatasi banyak sekali dorongan yang menuju kepada perpecahan. Sedangkan neraka yaitu api Allah Swt yang menyala-nyala dan yang membumbung ke atas hati, dengan sederhana dikatakan sebagai penyiksaan.
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 22 Februari 1873 M di Sialkot, Punjab Barat Pakistan. Dan meninggal dunia di tahun 1935 M. Muhammad Iqbal lahir dari keturunan kelas Brahmana Khasmir (kelas sosial tertinggi di India). Ayahnya yaitu Muhammad Nur yang populer sebagai orang saleh. Pendidikan agama sudah ditanamkan dalam diri Muhammad Iqbal semenjak kecil oleh ayahnya.
Selain dari ayahnya, Muhammad Iqbal berguru agama dengan Mir Hassan sekaligus berguru menciptakan sajak. Melalui derma Mir Hassan, Muhammad Iqbal kemudian masuk sekolah Scotiis Mission School. Setelah selesai, Muhammad Iqbal melanjutkan studinya di Government College dan di tahun 1897 M memperoleh gelar sarjana muda (BA). Pada tahun 1905 M, Iqbal mendapatkan gelar MA dalam bidang filsafat. Muhammad Iqbal juga mempunyai prestasi, terbukti dengan menerima beasiswa dan menerima dua medali emas terkait penguasaan bahasa Inggris dan Arab.
Selama masih di perguruan tinggi tinggi Government College, Muhammad Iqbal bertemu dengan tokoh orintalis yang sekaligus menjadi guru besar di perguruan tinggi tinggi tersebut, yaitu Sir Thomas W. Arnold (w. 1930 M). Dua tahun kemudian Muhammad Iqbal pindahke Munich Jerman, dan memperoleh gelar Ph.D di dalam filsafat dengan judul disertasi the Development of Metaphysics in Persia (perkembangan metafisika di Persia).
Pada tahun 1930, Muhammad Iqbal terjun dalam bidang politik dan menjadi salah satu yang besar lengan berkuasa dalam Partai Liga Muslim India, serta menjadi ketua konferensi tahunan Liga Muslim di Allahabad. Karir Iqbal semakin bersinar dan namanya semakin dikenal sehabis dirinya mendapatkan gelar sir dari pemerintahan kerajaan Inggris di London. Gelar tersebut diberikan atas tawaran wartawan Inggris yang mengamati sepak terjang Iqbal, khususnya terkait wangsit kebangsaan.
Kemudian di tahun 1931 M dan tahun 1932 M, Muhammad Iqbal membahas konstitusi gres bagi India dalam konfrensi meja lingkaran di London. Dan tahun 1933 M Muhammad Iqbal diundang ke Afganistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul.
Muhammad Iqbal yaitu negarawan matang, dan pandangan-pandangannya populer kritis khususnya terhadap bahaya barat salah satunya budaya. Bagi Muhammad Iqbal, budaya barat yaitu budaya imperialism, anti spiritual, dan jauh dari norma insani. Muhammad Iqbal meyakini faktor terpenting reformasi dalam diri insan yaitu jati diri insan itu sendiri. Pemahamannya tersebut dilandasi atas aliran Islam sehingga Muhammad Iqbal terus berjuang dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada umat Islam. Muhammad Iqbal memandang peradaban islam waktu itu sedang terhambat, tertinggal dan terbelenggu oleh imperalisme. Hal ini dikarenakan umat islam mengalami kehilangan rasa percaya diri dalam menghadapi budaya barat itu sendiri, terlihat pada proses imitasi budaya barat yang terus dilakukan.
Sebelum tutup usia di tahun 1935 M, Muhammad Iqbal mengundurkan diri dari pekerjaannya dan memfokuskan diri untuk menciptakan sajak-sajak yang bermuatan teologis dan filosofis. Karya Muhammad Iqbal antara lain yaitu: syikwa (keluhan), jawab-i-syikwa (jawaban keluhan), bang-i dara (panggilan lonceng), asrar-i (rahasia pribadi), rumudzi bekhudi (misteri penyangkalan diri), dan sebuah buku kumpulan ceramah semenjak tahun 1982 M sekaligus sebagai karya terbesarnya dalam bidang filsafat yaitu, the reconstruction of religius thought in Islam.
Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal.
Muhammad Iqbal lebih populer sebagai filosof dibandingkan sebagai teolog. Walaupun sulit menemukan pandangan-pandangannya mengenai wacana-wacana kalam klasik, menyerupai fungsi kecerdikan dan wahyu, perbuatan tuhan, perbuatan manusia, dan kewajiban-kewajiban tuhan. Tetapi Muhammad Iqbal sering menyinggung beberapa aliran kalam klasik yang pernah ada di dalam agama Islam.
Baca Juga:
- Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Alam, Manusia, Akal, Wahyu, Kebebasan Manusia, Perbuatan Tuhan dan Iman.
- Pemikiran Pemikiran Sayyid Ahmad Khan (Ulama Modern)
Muhammad Iqbal menyampaikan bahwa al-Quran diturunkan secara global. Dengan tujuan membangkitkan kesadaran insan supaya bisa menerjemahkan dan menjabarkan nas-nas al-Quran yang masih global dalam realita kehidupan dan dinamika masyarakat yang selalu berubah. Inilah yang dalam rumusan fikih disebut ijtihad yang oleh Iqbal disebut prinsip gerak dalam struktur islam. Muhammad Iqbal menekankan akan pentingnya ijtihad dimasa sekarang, khususnya terkait perkembangan zaman.
1. Hakikat Teologi.
Muhammad Iqbal melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi kepada keimanan dan menurut esensi tauhid. Di dalamnya terdapat jiwa yang bergerak berupa persamaan, kesetiakawanan dan kebebasan dan kemerdekaan. Selain itu, Muhammad Iqbal dalam ontologi teologinya melihat adanya penyimpangan (anomali) yang menempel pada literatur ilmu kalam klasik.
2. Pembuktian Tuhan.
Muhammad Iqbal menolak argumen teleologis yang berusaha mengambarkan eksistensi yang kuasa yang mengatur ciptaanNya dari sebelah luar, tetapi mendapatkan landasan teleologis yang menafsirkan yang kuasa yang imanen (tetap ada) bagi alam. Selain itu, Iqbal menolak argumen kosmologis (sebab-musabab) maupun secara ontologis (logika).
3. Jati Diri Manusia.
Manusia hidup untuk mengetahui kepribadiannya serta menguatkan dan membuatkan bakat-bakatnya, lantaran hakikat hidup yaitu bergerak dan gerak yaitu perubahan. Secara umum Muhammad Iqbal menyampaikan bahwa insan itu dinamis sebagaimana kehidupan dunia.
4. Dosa.
Muhammad Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa alQuran menampilkan aliran perihal kebebasan ego insan yang bersifat kreatif. Maka kewajiban insan yaitu membenarkan adanya kepercayan ini. Namun, ratifikasi terhadap kemandirian (manusia) itu melibatkan ratifikasi terhadap semua ketidaksempurnaan yang timbul dari keterbatasan dan kemandirian itu. Artinya setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia, insan itu sendiri akan mendapatkan hasil atau konsekuensi dari tindakan itu sendiri.
5. Surga dan Neraka.
Muhammad Iqbal meyakini nirwana dan neraka, selanjutnya nirwana dan neraka dikatakan sebagai sebuah keadaan. Pandangannya merujuk pada rumusan alQuran, bahwa nirwana yaitu kegembiraan lantaran mendapatkan kemenangan dalam mengatasi banyak sekali dorongan yang menuju kepada perpecahan. Sedangkan neraka yaitu api Allah Swt yang menyala-nyala dan yang membumbung ke atas hati, dengan sederhana dikatakan sebagai penyiksaan.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal pemikiran pemikiran kalam Muhammad Iqbal dan biografi Muhammad Iqbal (1873-1935 M). Sumber buku Siswa Kelas XII MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.