Biografi Dzun Nun Al-Misri Dan Ajarannya
Sunday, April 26, 2020
Edit
Dzun-Nun Al-Mishri ialah seorang tokoh sufi besar di era ketiga Hijriah. Beliau, yang mempunyai nama lengkap Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun al Mishri al-Akhimini Qibṭy, dilahirkan di Akhmim, sebuah kota kuno di tepi timur Sungai Nil dan dataran tinggi di Mesir, pada tahun 796 M (180 H).
"Al-Mishri" pada nama belakang Dzun-Nun berarti "Mesir", ialah panggilan atau gelar terhadap Beliau dari orang-orang yang memang banyak berasal dari non-Mesir. Beliau belajar, mengajar, mengembara dan mengadakan banyak perjalanan di banyak sekali wilayah di Jazirah Arab, Maghreb, Palestina dan Syria (Baghdad).
Salah satu murid Beliau ialah Sahl Al-Tustari, seorang sufi Persia yang memperkenalkan khazanah perihal Nur Muhammad (Hakikat Muhammadiyah) di dunia Tasawuf. Disebutkan pula di sebuah riwayat, sebetulnya Dzun-Nun memahami diam-diam bahasa hieroglyph, sebuah sistem goresan pena Mesir Purba yang banyak terdapat di banyak sekali piramida Mesir dan peninggalan bangunan kuno di Mesir, yang bahkan hingga sekarang tak sepenuhnya terkuak makna yang ada di dalamnya. Beliau meninggal di Kairo pada tahun 856 M (246 H).
Dzun Nun Al-Misri sebagai seorang sufi yang populer dan terkemuka diantara sufi-sufi lainnya pada era 3 Hijriah.
Sebagai spesialis tasawuf, Dzu al-Nun memandang bahwa ulama ulama Hadits dan Fikih menawarkan ilmunya kepada masyarakat sebagai salah satu hal yang menarik keduniaan disamping sebagai obor bagi agama. Pandangan hidupnya yang cukup sensitif barangkali yang menjadikan banyak yang menentangnya. Tidak hingga di situ, bahkan para Fuqaha mengadukannya kepada ulama Mesir yang menuduhnya sebagai orang yang zindiq, hingga pada karenanya beliau hingga memutuskan untuk sementara waktu pergi dari negerinya dan berkelana ke negeri lain.
Jasa-jasa Zun Nun yang paling besar ialah sebagai peletak dasar perihal jenjang perjalanan sufi menuju Allah Swt, yang disebut al-maqomat. Ajarannya memberi petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah Swt sesuai dengan pandangan sufi.
Disamping itu, beliau juga pencetus doktrin al-ma'rifah. Dalam hal ini ia membedakan antara pengetahuan dengan keyakinan. Menurutnya, pengetahuan merupakan hasil pengamatan inderawi, yaitu apa yang ia sanggup diterima melalui panca indera. Sedangkan keyakinan ialah hasil dari apa yang dipikirkan dan / atau diperoleh melalui intuisi.
Dia membagi tiga kualitas pengetahuan, yaitu:
1). Pengetahuan orang yang beriman perihal Allah Swt pada umumnya, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui ratifikasi atau syahadat.
2). Pengetahuan perihal keesaan Tuhan melalui bukti-bukti dan pendemonstrasian ilmiah dan hal ini merupakan milik orang-orangyang bijak, cendekia dan terpelajar.
3). Pengetahuan perihal sifat-sifat Yang Maha Esa, dan ini merupakan milik orang-orang yang sholeh (wali Allah) yang sanggup mengenal wajah Allah Swt dengan mata hatinya.
Ketika Zun Nun ditanya perihal bagaimana ia mengenal Tuhan, maka beliau menjawab: “Aku mengenal Tuhan alasannya ialah Tuhan sendiri, jikalau bukan alasannya ialah Tuhan, saya tidak akan mengenal Tuhan.”
Zun Nun menerangkan, bahwa ciri-ciri ma'rifat itu ialah seseorang mendapatkan segala sesuatu itu ialah atas nama Allah Swt dan memutuskan segala sesuatu itu dengan menyerahkan kepada Allah Swt, serta menyenangi segala sesuatu hanya semata-mata alasannya ialah Allah Swt.
Zun Nun al-Mishri berkata, “Al-Ḥikmah tidak akan pernah tinggal pada seseorang yang pada perutnya penuh dengan makanan.”
Pernah juga ditanya perihal taubat, kemudian dijawab, “Taubat orang awam ialah taubat dari perbuatan dosa, sedangkan tobat orang khusus ialah taubat dari kelengahan.”
"Al-Mishri" pada nama belakang Dzun-Nun berarti "Mesir", ialah panggilan atau gelar terhadap Beliau dari orang-orang yang memang banyak berasal dari non-Mesir. Beliau belajar, mengajar, mengembara dan mengadakan banyak perjalanan di banyak sekali wilayah di Jazirah Arab, Maghreb, Palestina dan Syria (Baghdad).
Salah satu murid Beliau ialah Sahl Al-Tustari, seorang sufi Persia yang memperkenalkan khazanah perihal Nur Muhammad (Hakikat Muhammadiyah) di dunia Tasawuf. Disebutkan pula di sebuah riwayat, sebetulnya Dzun-Nun memahami diam-diam bahasa hieroglyph, sebuah sistem goresan pena Mesir Purba yang banyak terdapat di banyak sekali piramida Mesir dan peninggalan bangunan kuno di Mesir, yang bahkan hingga sekarang tak sepenuhnya terkuak makna yang ada di dalamnya. Beliau meninggal di Kairo pada tahun 856 M (246 H).
Dzun Nun Al-Misri sebagai seorang sufi yang populer dan terkemuka diantara sufi-sufi lainnya pada era 3 Hijriah.
Sebagai spesialis tasawuf, Dzu al-Nun memandang bahwa ulama ulama Hadits dan Fikih menawarkan ilmunya kepada masyarakat sebagai salah satu hal yang menarik keduniaan disamping sebagai obor bagi agama. Pandangan hidupnya yang cukup sensitif barangkali yang menjadikan banyak yang menentangnya. Tidak hingga di situ, bahkan para Fuqaha mengadukannya kepada ulama Mesir yang menuduhnya sebagai orang yang zindiq, hingga pada karenanya beliau hingga memutuskan untuk sementara waktu pergi dari negerinya dan berkelana ke negeri lain.
Jasa-jasa Zun Nun yang paling besar ialah sebagai peletak dasar perihal jenjang perjalanan sufi menuju Allah Swt, yang disebut al-maqomat. Ajarannya memberi petunjuk arah jalan menuju kedekatan dengan Allah Swt sesuai dengan pandangan sufi.
Disamping itu, beliau juga pencetus doktrin al-ma'rifah. Dalam hal ini ia membedakan antara pengetahuan dengan keyakinan. Menurutnya, pengetahuan merupakan hasil pengamatan inderawi, yaitu apa yang ia sanggup diterima melalui panca indera. Sedangkan keyakinan ialah hasil dari apa yang dipikirkan dan / atau diperoleh melalui intuisi.
Dia membagi tiga kualitas pengetahuan, yaitu:
1). Pengetahuan orang yang beriman perihal Allah Swt pada umumnya, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui ratifikasi atau syahadat.
2). Pengetahuan perihal keesaan Tuhan melalui bukti-bukti dan pendemonstrasian ilmiah dan hal ini merupakan milik orang-orangyang bijak, cendekia dan terpelajar.
3). Pengetahuan perihal sifat-sifat Yang Maha Esa, dan ini merupakan milik orang-orang yang sholeh (wali Allah) yang sanggup mengenal wajah Allah Swt dengan mata hatinya.
Ketika Zun Nun ditanya perihal bagaimana ia mengenal Tuhan, maka beliau menjawab: “Aku mengenal Tuhan alasannya ialah Tuhan sendiri, jikalau bukan alasannya ialah Tuhan, saya tidak akan mengenal Tuhan.”
Zun Nun menerangkan, bahwa ciri-ciri ma'rifat itu ialah seseorang mendapatkan segala sesuatu itu ialah atas nama Allah Swt dan memutuskan segala sesuatu itu dengan menyerahkan kepada Allah Swt, serta menyenangi segala sesuatu hanya semata-mata alasannya ialah Allah Swt.
Zun Nun al-Mishri berkata, “Al-Ḥikmah tidak akan pernah tinggal pada seseorang yang pada perutnya penuh dengan makanan.”
Pernah juga ditanya perihal taubat, kemudian dijawab, “Taubat orang awam ialah taubat dari perbuatan dosa, sedangkan tobat orang khusus ialah taubat dari kelengahan.”
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal biografi Dzun Nun Al-Misri dan ajarannya. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.