Kisah Sobat Nabi | Sejarah Perkembangan Islam Era Khulafaur Rasyidin
Thursday, April 30, 2020
Edit
Khalifah yaitu jabatan tertinggi dalam kepemimpinan Islam pacsa Rasulullah Saw. wafat. Mereka dipilih oleh umat Islam melalui musyawarah. Seorang khalifah wajib menjalankan kepemimpinan sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Khalifah tidak menjalankan fungsi kenabian, kiprah utama mereka dalam hal keagamaan yaitu memimpin shalat jum’at di masjid Nabawi dan menyam-paikan khutbah jum’at.
Tugas seorang khalifah selain sebagai kepala Negara, dia juga menjabat sebagai panglima pasukan Islam yang mempunyai kewenangan luas dalam hal pemerintahan. Dalam sejarah, kiprah Nabi Muhammad Saw. sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara diemban oleh empat teman terdekatnya secara berurutan. Termasuk dalam kiprah tersebut yaitu mengurus persoalan keagamaan umat Islam. Keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang menerima petunjuk. Keempat khalifah tersebut yaitu Abu Bakar As-Shiddiq (memerintah 632 – 834 M), Umar bin Khatab (634-644M), Usman bin Affan (644-656 M) dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M).
Tugas seorang khalifah selain sebagai kepala Negara, dia juga menjabat sebagai panglima pasukan Islam yang mempunyai kewenangan luas dalam hal pemerintahan. Dalam sejarah, kiprah Nabi Muhammad Saw. sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara diemban oleh empat teman terdekatnya secara berurutan. Termasuk dalam kiprah tersebut yaitu mengurus persoalan keagamaan umat Islam. Keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang menerima petunjuk. Keempat khalifah tersebut yaitu Abu Bakar As-Shiddiq (memerintah 632 – 834 M), Umar bin Khatab (634-644M), Usman bin Affan (644-656 M) dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M).
1. Khalifah Abu Bakar As Shiddiq.
a. Biografi Khalifah Abu Bakar As Shiddiq.
Nama orisinil dia yaitu Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa jahiliyah berjulukan Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan sebab ia yaitu orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa Arab, Bakar berarti dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar sering kali dipanggil Atiq atau yang tampan, sebab ketampanan wajahnya. Sementara Nabi memperlihatkan Abu Bakar gelar As-Shidiq , dikarenakan dia membenarkan kisah Isra’ Mi’raj Nabi Saw ketika banyak penduduk Mekkah mengingkarinya.
Abu Bakar lahir pada 572 M di Mekkah, tidak berapa usang setelah Nabi Muhammad Saw lahir. Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar semenjak kecil bersahabat dengan Nabi Saw. Persahabatan keduanya tak terpisahkan, baik sebelum maupun setelah Islam datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang menegakkan agama Allah Swt.
Biarpun hidup pada zaman jahiliyah, aneka macam kebaikan telah menempel pada Abu Bakar semenjak kecil. Lembut dalam bertutur kata, dan sopan dalam bertindak merupakan beberapa sifat bawaannya. Ia juga perasa dan sangat gampang tersentuh hatinya. Selain itu Abu Bakar dikenal cerdas dan berwasan luas.
Abu Bakar yaitu seorang teman Nabi yang populer akan kedermawanannya. Demi membela kaum muslimin yang tertindas di Mekkah, Abu Bakar tak segan-segan mengeluarkan hartanya. Salah satu dongeng populer yang menggambarkan kedermawanannya tentu saja ketika ia menebus Bilal bin Rabah dari tangan majikannya yaitu Umayyah bin Khalaf. Lewat mediator Abu Bakar, Allah Swt memberi pertolongan kepada hambaNya yang teguh imannya.
Melalui mediator Abu Bakar pula banyak penduduk Mekkah yang menyatakan diri masuk Islam, menyerupai Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam dan Ubaidillah bin Jarrah yaitu beberapa teman yang masuk Islam atas undangan Abu Bakar. Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal Awwalun.
Setelah masuk Islam, Abu Bakar menjadi salah satu pembela nabi yang paling kukuh, baik ketika di Mekkah maupun di Madinah. Abu Bakar yang menemani nabi melaksanakan hijrah ke Yatsrib (Madinah). Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar tinggal di Sunh, tempat di pinggiran kota Madinah. di kota tersebut, Abu Bakar dipersaudarakan dengan seorang dari suku Khazraj yang berjulukan Kharijah bin Zaid dari Bani Haritsah. Di rumah Kharijah tersebut Abu Bakar tinggal. Hubungan kedua orang ini bertambah erat ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah berjulukan Habibah. Di Madinah, Abu Bakar beralih profesi dari pedagang kain menjadi petani.
b. Proses Terpilihnya Khalifah Abu Bakar As Shiddiq.
Setelah Rasulullah Saw. wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema yang berat, sebab Nabi Saw sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya Rasul tersebut mengakibatkan umat Islam dalam kebingunan. Hal ini sebab Mereka sama sekali tidak siap kehilangan dia baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai.
Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan teman dari Anshar yang berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa dipakai sebagai pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani Sa’idah tersebut dipimpin seorang teman yang sangat dekat Rasulullah Saw., ia yaitu Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan perihal siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah Saw ia menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa golongan Ansharlah yang telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir Qusaisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para teman dari golongan Anshar. Pada dikala beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat muhajirin yang lain mengetahui pertemuan orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke Saqifah Bani Sa’idah.
Dan pada dikala orang-orang Muhajirin datang di Saqifah Bani Sa’idah , kaum Anshar nyaris bersepakat untuk untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada dikala tersebut para tokoh Muhajirin juga tiba maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun, kaum Muhajirin yang diwakili bubuk Bakar menolaknya dengan tegas membaiat Saad bin Ubadah. Abu Bakar menyampaikan pada golongan Anshar bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin. Alasan Abu Bakar yaitu merekalah yang lebih dulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan usaha yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi dan membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir Quraisy di Mekkah. Dengan usulan Abu Bakar ra. golongan Anshar tidak sanggup membantah usulannya.
Kaum Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum Nabi Saw dan para sahabatnya dari Mekkah mengajak masuk Islam, bukankah di antara mereka sering terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari sisi kualitas tentu saja para sahabat Muhajirin adalah manusia-manusia terbaik dan yang pantas menggantikan kedudukan Nabi Saw dan menjadi khalifah untuk memimpin kaum muslimin.
Pada dikala yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajirin di sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan supaya menentukan satu di antara keduannya untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya. dan keduanya justru balik menunjuk dan menentukan Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar mengayungkan tanganya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah. Dan risikonya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar Kecuali Saad bin Ubadah.
Lalu pada esok harinya, baiat terhadap Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya tersebut, Abu Bakar berpidato sebagai berikut:
“Saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku baik, bantu lah saya. Kebenaran yaitu suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya.”
Demikianlah, proses terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah sebagai pengganti Rasulullah Saw.
2. Khalifah Umar bin Khattab.
a. Biografi Khalifah Umar bin Khattab.
Umar ibnu Khatab putera dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi, salah satu kabilah suku Quraisy. Tidak ada yang tahu niscaya kapan Umar ibnu Khatab dilahirkan. Ia dibesarkan layaknya belum dewasa lainnya. Memasuki usia remaja, Umar menggembalakan unta ayahnya, Khattab bin Nufail, di pinggiran kota Mekkah. Selain bergulat, berkuda merupakan keahlian Umar lainnya.. Secara fisik, tubuh Umar kekar, kulitnya putih kemerah-merahan dan kumisnya lebat.
Seperti perjaka pada masa Jahiliyah lainnya, Umar bersahabat dengan minuman keras dan perempuan. Selain itu, Umar sangat gigih dalam membela agama nenek moyangnya. Tidak akan ia biarkan orang, siapa pun dia, mengusik agama nenek moyangnya. Maka ketika Rasulullah mulai mendakwahkan Islam, Umar merupakan seorang yang sangat getol memusuhi Rasulullah Saw. Pada waktu masa awal dakwah Islam di Mekkah, bersama Abu Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), Umar merupakan tokoh Quraisy yang sangat ditakuti oleh kaum muslimin , sebab kekejaman dan permusuhannya terhadap Islam. Umar pernah menghajar seorang budak wanita sebab budak tersebut memeluk Islam. Ia menghajar hingga capek dan bosan sendiri sebab terlalu banyak memukul. Sang budak risikonya dibeli oleh Abu Bakar dan dibebaskan.
Karena begitu berbahanya kedua orang tersebut (Umar bin Khatab dan Abul Hakam bin Hisyam) itu, sehingga Rasulullah Saw pernah berdoa kepada Allah Swt supaya salah satu dari keduanya masuk Islam. ”Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khatab” demikian doa Nabi Saw.
Doa Nabi terkabul dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam. Keislaman Umar terbukti membawa kemajuan pesat bagi Islam . Kaum muslimin menjadi berani terang-terangan melaksanakan salat dan thawaf. Umar juga tidak takut menantang paman sendiri, Abu Jahal, seorang paling membenci Islam. Ia menemui Abu Jahal dan terang-terangan mengaku telah memeluk agama Islam. Karena ketegasannya itu, Umar menerima julukan ”Al Faruq” yang artinya pembeda antara yang baik dan buruk.
Ketika Nabi menetapkan untuk hijrah ke Yastrib, Umar bersma kaum Muhajirin lainnya berangkat mendahului Rasulullah dan bubuk Bakar. Di kota Madinah, Umar dipersaudarakan dengan Utban bin Malik. Seperti Abu Bakar, Umar juga ikut menggarap tanah subur Madinah untuk ditanami aneka macam macam tanaman.
Karena sifatnya yang tegas, tidak jarang Umar mendebat Rasulullah, menyerupai dalam Perjanjian Hudaibiyah. Sebab, ia merasa perjanjian tersebut merugikan kaum muslimin. Namun di balik badannya yang kekar dan besar lengan berkuasa serta wataknya yang keras dan tegas, Umar menyimpan sifat lembut dan perasa. Hatinya gampang tersentuh hingga menangis terharu. Tak jarang para teman menyaksikan Umar menangis setelah shalat sebab teringat dosa-dosanya pada masa Jahiliyah.
b. Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.
Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukan Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu bakar berfikir untuk menunjuk satu orang penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab. Pandangannya yang jauh menciptakan Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang sempurna untuk menggantikannya.
Namun demikian, sebelum menentukan orang yang akan menjadi penggantinya, Abu Bakar meminta evaluasi dari para teman besar mengenai Umar. Ia bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin Hudhair al anshari, said bin Zaid, dan para teman lain dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya , para teman itu memuji dan menyanjung Umar.
Setelah semua sepakat mengenai Umar, Khalifah bubuk Bakar lantas memanggil Usman. Kepada Usman, Abu Bakar mendikte sebuah teks perintah yang menunjuk Umar sebagai pengggantinya, sebagai berikut :
”Bismilllahirrahmanirrahiim”. Ini yaitu pernyataan Abu Bakar, khalifah penerus kepemimpinan Muhammad Rasulullah Saw., dikala mengakhiri kehidupannya di dunia dan dikala memulai kehidupannya di akherat. Dalam keadaan dipercayai oleh orang kafir dan ditakuti oleh orang durhaka, gotong royong saya menganggkat Umar bin Khatab sebagai pemimpin kalian. Bahwasanya ia yaitu orang baik dan adil, sejauh pengetahuan dan pemnilaian diriku tentangnya. Bilamana dia kemuaidan seorang pendurhaka dan zalim, sungguh saya tidak pernah tahu akan hal yang bersifat gaib. Sungguh saya bermaksud baik dan segala sesuatu bergantung pada apa yang dilakukan . Dan orang yang zalim kelak akan mengetahui tempat mereka kembali”.
Maka demikiannlah, kaum muslimin pada tahun 634 M (13 H) membaiat Umar sebagai khalifah. Setelah dibaiat, Umar naik ke mimbar dan berpidato :
Kalau bukan sebab harapanku untuk menjadi yang terbaik di antara kamu, yang terkuat atas kamu, dan yang paling sadar akan apa yang “Wahai manusia, saya telah ditetapkan berkuasa atas kamu. Namun penting dalam menangani urusanmu, saya tidak akan mendapatkan amanat darimu. Cukuplah suka dan sedih bagi Umar menunggu perhitungan untuk memperlihatkan pertanggung balasan mengenai zakatmu, bagaimana saya menariknya darimu dan bagaimana akau menyalurkannya dan caraku memerintah kamu, bagaimana saya harus memerintah. Hanya Tuhanku yang menjadi penolongku, sebab Umar tidak akan sanggup menyandarkan pada kekuasaan ataupun taktik yang cerdas, kecuali bila Tuhan mempercepat rahmat, pertolongan dan dukungan kepada orang yang didukungnya”.
3. Khalifah Usman bin Affan.
a. Biografi Khalifah Usman bin Affan.
Usman bin Affan enam tahun lebih muda dari pada Nabi. Kabilahnya Bani Umayyah, merupakan kabilah Quraisy yang dihormati sebab kekayaannya. Kekayaan tersebut mereka peroleh dari usaha perdagangan. Keluarga Usman juga kaya raya. Pada usia remaja, Usman sudah mulai menjalankan usaha dagangnya ke aneka macam negeri. Abu Bakar, salah satu teman nabi dan sebagai teman dagang. Lewat Abu Bakar inilah Usman masuk Islam.
Akhirnya Usman mendapatkan undangan Rasulullah Saw memeluk Islam tanpa ragu.Tidak berapa lama, Usman menikah dengan Ruqayah, putri Rasululah Saw.. Keimanannya tak pernah goyah bahkan ketika ia disiksa oleh salah seorang pamannya dari Bani Umayyah untuk meninggalkan Islam dan kembali ke pangkuan agama nenek moyang.
Selain sifatnya lemah lembut dan tutur katanya halus, Usman seorang lakilaki pemalu. Suatu ketika, Rasulullah bersabda: “Hai umatku yang paling malu yaitu Usman bin Affan”. Karena kelembutannya banyak orang mengasihi Usman. Karena pemalu, Usman disegani dan dihormati banyak orang.
Gambaran populer mengenai Usman yaitu kedermawanannya, sehingga orang akan menyampaikan boros. Yang jelas, dia selalu siap mendermawankan hartanya yang melimpah sama sekali tidak mengakibatkan Usman kikir. Ia pernah menyumbangkan 300 ekor unta dan uang 1000 dinar ketika Nabi Saw menyeru kaum muslimin untuk melaksanakan ekspedisi ke Tabuk menghadapi tentara Byzantium.
Sejak masuk Islam , Usman tidak bisa dipisahkan dari usaha menegakkan agama Islam. Karena mendapatkan permusuhan yang sengit dari penduduk Mekkah, Rasulullah Saw menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habsyi. Bersama istrinya, Usman melaksanakan hijrah ke Habsyi.
Di hadapan Rasulullah Saw Usman mempunyai kedudukan mulia. Nabi Saw sangat mengagumi ketampanan Usman. dan kemuliaan kebijaksanaan pekertinya. Karena itulah setelah Ruqayah wafat, Nabi Saw menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum salah satu putri Rasulullah Saw. Pernikahannya dengan dua putri Nabi inilah yang mengakibatkan Usman dijuluki Dzun Nurain yang artinya pemilik dua cahaya. Sayangnya ijab kabul dengan Umu Kulsum juga tidak terlalu usang sebab Ummu kulsum meninggal terlebih dahulu. Bagitu sayangnya Nabi kepada Usman maka Nabi pernah berkata, “Seandainya saya punya putri yang lain lagi, niscaya akan saya nikahkan juga dengan Usman”.
Kedudukan Usman yang begitu mulia di sisi Nabi membuatnya sangat dihormati oleh kaum muslimin. Pada masa Abu Bakar dan Umar, pendapat Usman senantiasa didengarkan dan diperhatikan. Tidaklah mengherankan bila Umar bin Khatab menunjuknya sebagai salah satu anggota Dewan syura. Lewat Dewan Syura itu pula Usman diangkat sebagai khalifah ketiga.
b. Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan.
Pada hari rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang budak dari Persia milik Mughirah bin Syu’bah yang berjulukan Abu Lu’lu’ah Fairuz.
Setelah penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa hari . Dalam keadaan sakit, ia membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang yaitu antara lain Abdurrahman bin Auf , Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan. Dewan inilah yang dikenal dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota Dewan Syura yaitu para teman Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga dikala itu. Mereka semua harus bersidang untuk menentukan siapa di antara mereka yang menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah.
Sepeninggalan Umar bin Khatab, Dewan Syura mulai bersidang untuk menentukan pengganti Umar. Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang. sidang berjalan alot sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa hanyalah Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketika dibaiat, usia Usman bin Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin Abu Thalib sebagian sebab pertimbangan usia.
Setelah dibaiat, Usman berkhutbah di depan kaum muslimin : “Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan sebelum ajal tiba menjemput. Sungguh ajal tidak pernah sungkan tiba sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah malam. ingatlah gotong royong dunia penuh dengan tipu daya . Jangan kalian terpedaya oleh kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali melaksanakan tipu daya kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian”.
Sebelum menjadi khalifah, Usman yaitu seorang dermawan. Ketika menjadi khalifah, kedermawanan Usman tidak lantas berkurang. Ia tetap menjadi gemar memberi menyerupai sebelum menjadi khalifah, bahkan menjadi lebih dermawan. Dia menaikkan tunjangan untuk kaum muslimin demi kesejahteraan mereka. harta kekayaan berupa jizyah dan harta rampasan perang yang didapat dari tempat taklukan dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin.
Selain dermawan, Usman juga seorang yang lemah lembut. Meskipun demikian, khalifah Usman juga seorang yang teguh hati. Misalnya, dia segera mengirimkan pasukan untuk mengamankan wilayah-wilayah yang memberontak terhadap kekuasaan Islam.
Kelemahan Usman yaitu terlalu mengutamakan keluarganya dari bani Umayyah. Misalnya, ia mengangkat beberapa orang dari Bani Umayyah menjadi gubernur di beberapa wilayah. Sifatnya yang lemah lembut dan gemar memberi sering dimanfaatkan oleh anggota Bani Umayyah untuk mendapatkan keuntungan. Ia kurang bisa bersikap tegas terhadap keluarganya.
4. Khalifah Ali bin Abi Thalib.
a. Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abu Thalib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah sekitar tahun 600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan Fatimah binti Asad. Ketika lahir ibunya memberi nama haidar yang artinya singah. Namun sang ayah lebih suka menamainya Ali artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib yaitu abang Abdullah ayah Nabi Muhammad Saw. Kaprikornus Ali dan Muhammad Saw yaitu saudara sepupu.
Sejak kecil Ali hidup serumah dengan Muhammad Saw., berada di bawah asuhannya. Nabi Saw tentu saja ingat bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam asuhan sepupunya inilah, Ali menerima cahaya kebenaran yakni Islam. Tanpa ragu sedikit pun ia menetapkan untuk menyatakan beriman kepada Allah Swt dan RasulNya. Keputusan ini dilakukan ketika Ali masih kecil, ketika umurnya gres 10 tahun. Secara keseluruhan, ia yaitu orang ketiga yang memeluk Islam dan yang pertama dari golongan anak-anak.
Di bawah asuhan Rasulullah Saw., Ali tumbuh berkembang. Segala kebaikan sikap diajarkan oleh Nabi kepada sepupunya. Ali tumbuh menjadi perjaka cerdas, pemberani, tegas, juga lembut hati dan sangat pemurah. Kecerdasannya sangat menonjol. Ia merupakan teman Nabi Saw yang paling faham perihal Al-Qur’an dan Sunnah, sebab merupakan salah satu teman terdekat Nabi Saw. Ia mendapatkan pribadi pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah dari Rasulullah Saw.. Setelah hijrah ke Madinah, Ali bekerja sebagai petani, menyerupai Abu Bakar dan Umar. Dua tahun setelah hijrah, Ali menikah dengan Fatimah az Zahra, putri kesayangan Rasulullah Saw.. Dari pasangan inilah lahir dua cucu Rasulullah Saw. yang berjulukan Hasan dan Husain.
Dari Madinah, bersama Nabi Saw dan kaum muslimin lainnya berjuang bersama– sama. Ali hampir tidak pernah bolos di dalam mengikuti peperangan bersama rasulullah, menyerupai perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar dan pembebasan kota Mekkah.
Pada ekspedisi ke Tabuk, Ali tidak ikut dalam barisan perang kaum muslimin atas perintah Nabi Saw. Ali diperintahkan tingal di Madinah menggantikannya mengurus keperluan warga kota. Kaum munafik menebarkan fitnah dengan menyampaikan bahwa Nabi Saw memberi kiprah itu untuk membebaskan Ali dari kewajiban perang. Mendengar hal tersebut, Ali merasa sedih, dengan pakaian perang lengkap, ia menyusul Rasulullah Saw. dan meminta izin bergabung dengan pasukan. Namun Nabi Saw. bersabda : “Mereka berdusta. Aku memintamu tinggal untuk menjaga yang kutinggalkan. Maka kembalilah dan lindungilah keluarga dan harta benrdaku. Tidakkah engkau bahagia, wahai Ali, bahwa engkau di sisiku menyerupai Harun di sisi Musa. Ingatlah bahwa sesudahku tidak ada Nabi.” Dengan patuh Ali kembali ke Madinah.
Sepeninggal Nabi Saw., Ali menjadi tempat para teman meminta pendapat. Begitu terhormat posisi Ali di mata umat Islam. Bahkan Abu Bakar, Umar dan Usman ketika menjabat sebagai khalifah tidak pernah mengabaikan nasehat-nasehat Ali. Meskipun tegas dankeras dalam setiap pertempuran, namun Ali mempunyai sifat penyayang yang luar biasa. Ali tak pernah membunuh lawan yang sudah tidak berdaya. Bahkan ia pernah tak jadi membunuh musuhnya dikarenakan sang musuh meludahinya, sehingga membuatnya marah.
Dalam hidup keseharian, Ali hidup dengan bersahaja. Meskipun miskin, Ali tetap gemar bersedekah. Ali tak segan-segan menyedekahkan masakan yang yang semestinya untuk keluarganya. Bahkan, Ali dan keluarganya tidak makan berhari-hari sebab masakan milik mereka diberikan kepada peminta-minta.
Melihat aneka macam keutamaannya, tidaklah mengherankan bila Khalifah Abu Bakar sering kali meminta pendapat Ali sebelum mengambil tindakan. Sebenarnya ia bahkan sempat berfikir untuk menunjuk Ali sebagai khalifah penggantinya. Namun sebab aneka macam pertimbangan, maka Abu Bakar membantalkan niatnya menunjuk Ali sebagai khalifah. Ketika Umar menjabat khalifah, ia juga tak pernah mengabaikan saran-saran Ali. Umar bahkan memasukkan Ali sebagai salah satu calon khalifah sesudahnya. Ketika khalifah Usman memerintah, nasehat-nasehat Ali juga nenjadi materi pertimbangan sebelum keputusan ditetapkan.
b. Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abu Thalib.
Pada dikala kaum pemberontak mengepung rumah Khalifah Usman, Ali mengutus dua putra lelakinya yang berjulukan Hasan dan Husain untuk ikut melindungi Khalifah Usman. Namun hal itu tak bisa mencegah tragedi yang menimpa Khalifah Usman dan juga kaum muslimin. Khalifah Usman terbunuh secara keji pada tanggal 17 Juni 656 M.
Beberapa teman terkemuka menyerupai Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah, ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa dialah yang pantas dan berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum mengambil tindakan apa pun. Keadaan begitu kacau dan mengkhawatirkan sehingga Ali pun ragu-ragu untuk menciptakan suatu keputusan dan tindakan.
Setelah terus menerus didesak, Ali risikonya bersedia dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni 656 M, bertempat di Masjid Nabawi. Hal ini mengakibatkan semakin banyak dukungan yang mengalir, sehingga semakin mantap saja ia mengemban jabatan khalifah. Namun sayangnya, ternyata tidak seluruh kaum muslimin membaiat Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Selama masa kepemimpinannya, khalifah Ali sibuk mengurusi mereka yang tidak mau membaiat dirinya tersebut. Sama menyerupai pendahulunya yaitu Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Umar, Usman, khalifah Ali juga hidup sederhana dan zuhud. Ia tidak senang dengan kemewahan hidup. Ia bahkan menentang mereka yang hidup bermewahmewahan.
Ali bin Abu Thalib yaitu seorang perwira yang tangkas, cerdas, tegas teguh pendirian dan pemberani. Tak ada yang mencurigai keperwiraannya. Berkat keperwiraannya tersebut Ali mendapatkan julukan Asadullah, yang artinya singa Allah. Karena ketegasannya, ia tidak segan-segan menggati pejabat gubernur yang tidak becus mengurusi kepentingan umat Islam. Ia juga tidak segan-segan memerangi mereka yang melaksanakan pemberontakan. Di antara peperangan itu yaitu Perang Jamal dan Perang Siffin. Berkat ketegasan dan keteangkasannya, perang Jamal dapat dimenanginya. Namun dalam perang Siffin, Khalifah Ali tertipu oleh tipu muslihat pihak Mu’awiyah. Ali hampir memenangi, namun pihak Muawiyah meminta kepada Ali supaya diadakan perjanjian hening yang disebut perjanjian di Daumatul Jandal.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal sejarah perkembangan Islam masa Khulafaur Rasyidin. Sumber buku Siswa SKI Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Abu Bakar lahir pada 572 M di Mekkah, tidak berapa usang setelah Nabi Muhammad Saw lahir. Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar semenjak kecil bersahabat dengan Nabi Saw. Persahabatan keduanya tak terpisahkan, baik sebelum maupun setelah Islam datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang menegakkan agama Allah Swt.
Biarpun hidup pada zaman jahiliyah, aneka macam kebaikan telah menempel pada Abu Bakar semenjak kecil. Lembut dalam bertutur kata, dan sopan dalam bertindak merupakan beberapa sifat bawaannya. Ia juga perasa dan sangat gampang tersentuh hatinya. Selain itu Abu Bakar dikenal cerdas dan berwasan luas.
Abu Bakar yaitu seorang teman Nabi yang populer akan kedermawanannya. Demi membela kaum muslimin yang tertindas di Mekkah, Abu Bakar tak segan-segan mengeluarkan hartanya. Salah satu dongeng populer yang menggambarkan kedermawanannya tentu saja ketika ia menebus Bilal bin Rabah dari tangan majikannya yaitu Umayyah bin Khalaf. Lewat mediator Abu Bakar, Allah Swt memberi pertolongan kepada hambaNya yang teguh imannya.
Melalui mediator Abu Bakar pula banyak penduduk Mekkah yang menyatakan diri masuk Islam, menyerupai Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam dan Ubaidillah bin Jarrah yaitu beberapa teman yang masuk Islam atas undangan Abu Bakar. Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal Awwalun.
Setelah masuk Islam, Abu Bakar menjadi salah satu pembela nabi yang paling kukuh, baik ketika di Mekkah maupun di Madinah. Abu Bakar yang menemani nabi melaksanakan hijrah ke Yatsrib (Madinah). Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar tinggal di Sunh, tempat di pinggiran kota Madinah. di kota tersebut, Abu Bakar dipersaudarakan dengan seorang dari suku Khazraj yang berjulukan Kharijah bin Zaid dari Bani Haritsah. Di rumah Kharijah tersebut Abu Bakar tinggal. Hubungan kedua orang ini bertambah erat ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah berjulukan Habibah. Di Madinah, Abu Bakar beralih profesi dari pedagang kain menjadi petani.
b. Proses Terpilihnya Khalifah Abu Bakar As Shiddiq.
Setelah Rasulullah Saw. wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema yang berat, sebab Nabi Saw sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya Rasul tersebut mengakibatkan umat Islam dalam kebingunan. Hal ini sebab Mereka sama sekali tidak siap kehilangan dia baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai.
Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan teman dari Anshar yang berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa dipakai sebagai pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani Sa’idah tersebut dipimpin seorang teman yang sangat dekat Rasulullah Saw., ia yaitu Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan perihal siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah Saw ia menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa golongan Ansharlah yang telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir Qusaisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para teman dari golongan Anshar. Pada dikala beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat muhajirin yang lain mengetahui pertemuan orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke Saqifah Bani Sa’idah.
Dan pada dikala orang-orang Muhajirin datang di Saqifah Bani Sa’idah , kaum Anshar nyaris bersepakat untuk untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada dikala tersebut para tokoh Muhajirin juga tiba maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun, kaum Muhajirin yang diwakili bubuk Bakar menolaknya dengan tegas membaiat Saad bin Ubadah. Abu Bakar menyampaikan pada golongan Anshar bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin. Alasan Abu Bakar yaitu merekalah yang lebih dulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan usaha yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi dan membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir Quraisy di Mekkah. Dengan usulan Abu Bakar ra. golongan Anshar tidak sanggup membantah usulannya.
Kaum Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum Nabi Saw dan para sahabatnya dari Mekkah mengajak masuk Islam, bukankah di antara mereka sering terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari sisi kualitas tentu saja para sahabat Muhajirin adalah manusia-manusia terbaik dan yang pantas menggantikan kedudukan Nabi Saw dan menjadi khalifah untuk memimpin kaum muslimin.
Pada dikala yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajirin di sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan supaya menentukan satu di antara keduannya untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya. dan keduanya justru balik menunjuk dan menentukan Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar mengayungkan tanganya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah. Dan risikonya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar Kecuali Saad bin Ubadah.
Lalu pada esok harinya, baiat terhadap Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya tersebut, Abu Bakar berpidato sebagai berikut:
“Saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku baik, bantu lah saya. Kebenaran yaitu suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya.”
Demikianlah, proses terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah sebagai pengganti Rasulullah Saw.
2. Khalifah Umar bin Khattab.
a. Biografi Khalifah Umar bin Khattab.
Umar ibnu Khatab putera dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi, salah satu kabilah suku Quraisy. Tidak ada yang tahu niscaya kapan Umar ibnu Khatab dilahirkan. Ia dibesarkan layaknya belum dewasa lainnya. Memasuki usia remaja, Umar menggembalakan unta ayahnya, Khattab bin Nufail, di pinggiran kota Mekkah. Selain bergulat, berkuda merupakan keahlian Umar lainnya.. Secara fisik, tubuh Umar kekar, kulitnya putih kemerah-merahan dan kumisnya lebat.
Seperti perjaka pada masa Jahiliyah lainnya, Umar bersahabat dengan minuman keras dan perempuan. Selain itu, Umar sangat gigih dalam membela agama nenek moyangnya. Tidak akan ia biarkan orang, siapa pun dia, mengusik agama nenek moyangnya. Maka ketika Rasulullah mulai mendakwahkan Islam, Umar merupakan seorang yang sangat getol memusuhi Rasulullah Saw. Pada waktu masa awal dakwah Islam di Mekkah, bersama Abu Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), Umar merupakan tokoh Quraisy yang sangat ditakuti oleh kaum muslimin , sebab kekejaman dan permusuhannya terhadap Islam. Umar pernah menghajar seorang budak wanita sebab budak tersebut memeluk Islam. Ia menghajar hingga capek dan bosan sendiri sebab terlalu banyak memukul. Sang budak risikonya dibeli oleh Abu Bakar dan dibebaskan.
Karena begitu berbahanya kedua orang tersebut (Umar bin Khatab dan Abul Hakam bin Hisyam) itu, sehingga Rasulullah Saw pernah berdoa kepada Allah Swt supaya salah satu dari keduanya masuk Islam. ”Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khatab” demikian doa Nabi Saw.
Doa Nabi terkabul dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam. Keislaman Umar terbukti membawa kemajuan pesat bagi Islam . Kaum muslimin menjadi berani terang-terangan melaksanakan salat dan thawaf. Umar juga tidak takut menantang paman sendiri, Abu Jahal, seorang paling membenci Islam. Ia menemui Abu Jahal dan terang-terangan mengaku telah memeluk agama Islam. Karena ketegasannya itu, Umar menerima julukan ”Al Faruq” yang artinya pembeda antara yang baik dan buruk.
Ketika Nabi menetapkan untuk hijrah ke Yastrib, Umar bersma kaum Muhajirin lainnya berangkat mendahului Rasulullah dan bubuk Bakar. Di kota Madinah, Umar dipersaudarakan dengan Utban bin Malik. Seperti Abu Bakar, Umar juga ikut menggarap tanah subur Madinah untuk ditanami aneka macam macam tanaman.
Karena sifatnya yang tegas, tidak jarang Umar mendebat Rasulullah, menyerupai dalam Perjanjian Hudaibiyah. Sebab, ia merasa perjanjian tersebut merugikan kaum muslimin. Namun di balik badannya yang kekar dan besar lengan berkuasa serta wataknya yang keras dan tegas, Umar menyimpan sifat lembut dan perasa. Hatinya gampang tersentuh hingga menangis terharu. Tak jarang para teman menyaksikan Umar menangis setelah shalat sebab teringat dosa-dosanya pada masa Jahiliyah.
b. Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.
Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukan Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu bakar berfikir untuk menunjuk satu orang penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab. Pandangannya yang jauh menciptakan Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang sempurna untuk menggantikannya.
Namun demikian, sebelum menentukan orang yang akan menjadi penggantinya, Abu Bakar meminta evaluasi dari para teman besar mengenai Umar. Ia bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin Hudhair al anshari, said bin Zaid, dan para teman lain dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya , para teman itu memuji dan menyanjung Umar.
Setelah semua sepakat mengenai Umar, Khalifah bubuk Bakar lantas memanggil Usman. Kepada Usman, Abu Bakar mendikte sebuah teks perintah yang menunjuk Umar sebagai pengggantinya, sebagai berikut :
”Bismilllahirrahmanirrahiim”. Ini yaitu pernyataan Abu Bakar, khalifah penerus kepemimpinan Muhammad Rasulullah Saw., dikala mengakhiri kehidupannya di dunia dan dikala memulai kehidupannya di akherat. Dalam keadaan dipercayai oleh orang kafir dan ditakuti oleh orang durhaka, gotong royong saya menganggkat Umar bin Khatab sebagai pemimpin kalian. Bahwasanya ia yaitu orang baik dan adil, sejauh pengetahuan dan pemnilaian diriku tentangnya. Bilamana dia kemuaidan seorang pendurhaka dan zalim, sungguh saya tidak pernah tahu akan hal yang bersifat gaib. Sungguh saya bermaksud baik dan segala sesuatu bergantung pada apa yang dilakukan . Dan orang yang zalim kelak akan mengetahui tempat mereka kembali”.
Maka demikiannlah, kaum muslimin pada tahun 634 M (13 H) membaiat Umar sebagai khalifah. Setelah dibaiat, Umar naik ke mimbar dan berpidato :
Kalau bukan sebab harapanku untuk menjadi yang terbaik di antara kamu, yang terkuat atas kamu, dan yang paling sadar akan apa yang “Wahai manusia, saya telah ditetapkan berkuasa atas kamu. Namun penting dalam menangani urusanmu, saya tidak akan mendapatkan amanat darimu. Cukuplah suka dan sedih bagi Umar menunggu perhitungan untuk memperlihatkan pertanggung balasan mengenai zakatmu, bagaimana saya menariknya darimu dan bagaimana akau menyalurkannya dan caraku memerintah kamu, bagaimana saya harus memerintah. Hanya Tuhanku yang menjadi penolongku, sebab Umar tidak akan sanggup menyandarkan pada kekuasaan ataupun taktik yang cerdas, kecuali bila Tuhan mempercepat rahmat, pertolongan dan dukungan kepada orang yang didukungnya”.
3. Khalifah Usman bin Affan.
a. Biografi Khalifah Usman bin Affan.
Usman bin Affan enam tahun lebih muda dari pada Nabi. Kabilahnya Bani Umayyah, merupakan kabilah Quraisy yang dihormati sebab kekayaannya. Kekayaan tersebut mereka peroleh dari usaha perdagangan. Keluarga Usman juga kaya raya. Pada usia remaja, Usman sudah mulai menjalankan usaha dagangnya ke aneka macam negeri. Abu Bakar, salah satu teman nabi dan sebagai teman dagang. Lewat Abu Bakar inilah Usman masuk Islam.
Akhirnya Usman mendapatkan undangan Rasulullah Saw memeluk Islam tanpa ragu.Tidak berapa lama, Usman menikah dengan Ruqayah, putri Rasululah Saw.. Keimanannya tak pernah goyah bahkan ketika ia disiksa oleh salah seorang pamannya dari Bani Umayyah untuk meninggalkan Islam dan kembali ke pangkuan agama nenek moyang.
Selain sifatnya lemah lembut dan tutur katanya halus, Usman seorang lakilaki pemalu. Suatu ketika, Rasulullah bersabda: “Hai umatku yang paling malu yaitu Usman bin Affan”. Karena kelembutannya banyak orang mengasihi Usman. Karena pemalu, Usman disegani dan dihormati banyak orang.
Gambaran populer mengenai Usman yaitu kedermawanannya, sehingga orang akan menyampaikan boros. Yang jelas, dia selalu siap mendermawankan hartanya yang melimpah sama sekali tidak mengakibatkan Usman kikir. Ia pernah menyumbangkan 300 ekor unta dan uang 1000 dinar ketika Nabi Saw menyeru kaum muslimin untuk melaksanakan ekspedisi ke Tabuk menghadapi tentara Byzantium.
Sejak masuk Islam , Usman tidak bisa dipisahkan dari usaha menegakkan agama Islam. Karena mendapatkan permusuhan yang sengit dari penduduk Mekkah, Rasulullah Saw menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habsyi. Bersama istrinya, Usman melaksanakan hijrah ke Habsyi.
Di hadapan Rasulullah Saw Usman mempunyai kedudukan mulia. Nabi Saw sangat mengagumi ketampanan Usman. dan kemuliaan kebijaksanaan pekertinya. Karena itulah setelah Ruqayah wafat, Nabi Saw menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum salah satu putri Rasulullah Saw. Pernikahannya dengan dua putri Nabi inilah yang mengakibatkan Usman dijuluki Dzun Nurain yang artinya pemilik dua cahaya. Sayangnya ijab kabul dengan Umu Kulsum juga tidak terlalu usang sebab Ummu kulsum meninggal terlebih dahulu. Bagitu sayangnya Nabi kepada Usman maka Nabi pernah berkata, “Seandainya saya punya putri yang lain lagi, niscaya akan saya nikahkan juga dengan Usman”.
Kedudukan Usman yang begitu mulia di sisi Nabi membuatnya sangat dihormati oleh kaum muslimin. Pada masa Abu Bakar dan Umar, pendapat Usman senantiasa didengarkan dan diperhatikan. Tidaklah mengherankan bila Umar bin Khatab menunjuknya sebagai salah satu anggota Dewan syura. Lewat Dewan Syura itu pula Usman diangkat sebagai khalifah ketiga.
b. Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan.
Pada hari rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang budak dari Persia milik Mughirah bin Syu’bah yang berjulukan Abu Lu’lu’ah Fairuz.
Setelah penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa hari . Dalam keadaan sakit, ia membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang yaitu antara lain Abdurrahman bin Auf , Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan. Dewan inilah yang dikenal dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota Dewan Syura yaitu para teman Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga dikala itu. Mereka semua harus bersidang untuk menentukan siapa di antara mereka yang menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah.
Sepeninggalan Umar bin Khatab, Dewan Syura mulai bersidang untuk menentukan pengganti Umar. Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang. sidang berjalan alot sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa hanyalah Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketika dibaiat, usia Usman bin Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin Abu Thalib sebagian sebab pertimbangan usia.
Setelah dibaiat, Usman berkhutbah di depan kaum muslimin : “Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan sebelum ajal tiba menjemput. Sungguh ajal tidak pernah sungkan tiba sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah malam. ingatlah gotong royong dunia penuh dengan tipu daya . Jangan kalian terpedaya oleh kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali melaksanakan tipu daya kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian”.
Sebelum menjadi khalifah, Usman yaitu seorang dermawan. Ketika menjadi khalifah, kedermawanan Usman tidak lantas berkurang. Ia tetap menjadi gemar memberi menyerupai sebelum menjadi khalifah, bahkan menjadi lebih dermawan. Dia menaikkan tunjangan untuk kaum muslimin demi kesejahteraan mereka. harta kekayaan berupa jizyah dan harta rampasan perang yang didapat dari tempat taklukan dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin.
Selain dermawan, Usman juga seorang yang lemah lembut. Meskipun demikian, khalifah Usman juga seorang yang teguh hati. Misalnya, dia segera mengirimkan pasukan untuk mengamankan wilayah-wilayah yang memberontak terhadap kekuasaan Islam.
Kelemahan Usman yaitu terlalu mengutamakan keluarganya dari bani Umayyah. Misalnya, ia mengangkat beberapa orang dari Bani Umayyah menjadi gubernur di beberapa wilayah. Sifatnya yang lemah lembut dan gemar memberi sering dimanfaatkan oleh anggota Bani Umayyah untuk mendapatkan keuntungan. Ia kurang bisa bersikap tegas terhadap keluarganya.
4. Khalifah Ali bin Abi Thalib.
a. Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abu Thalib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah sekitar tahun 600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan Fatimah binti Asad. Ketika lahir ibunya memberi nama haidar yang artinya singah. Namun sang ayah lebih suka menamainya Ali artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib yaitu abang Abdullah ayah Nabi Muhammad Saw. Kaprikornus Ali dan Muhammad Saw yaitu saudara sepupu.
Sejak kecil Ali hidup serumah dengan Muhammad Saw., berada di bawah asuhannya. Nabi Saw tentu saja ingat bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam asuhan sepupunya inilah, Ali menerima cahaya kebenaran yakni Islam. Tanpa ragu sedikit pun ia menetapkan untuk menyatakan beriman kepada Allah Swt dan RasulNya. Keputusan ini dilakukan ketika Ali masih kecil, ketika umurnya gres 10 tahun. Secara keseluruhan, ia yaitu orang ketiga yang memeluk Islam dan yang pertama dari golongan anak-anak.
Di bawah asuhan Rasulullah Saw., Ali tumbuh berkembang. Segala kebaikan sikap diajarkan oleh Nabi kepada sepupunya. Ali tumbuh menjadi perjaka cerdas, pemberani, tegas, juga lembut hati dan sangat pemurah. Kecerdasannya sangat menonjol. Ia merupakan teman Nabi Saw yang paling faham perihal Al-Qur’an dan Sunnah, sebab merupakan salah satu teman terdekat Nabi Saw. Ia mendapatkan pribadi pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah dari Rasulullah Saw.. Setelah hijrah ke Madinah, Ali bekerja sebagai petani, menyerupai Abu Bakar dan Umar. Dua tahun setelah hijrah, Ali menikah dengan Fatimah az Zahra, putri kesayangan Rasulullah Saw.. Dari pasangan inilah lahir dua cucu Rasulullah Saw. yang berjulukan Hasan dan Husain.
Dari Madinah, bersama Nabi Saw dan kaum muslimin lainnya berjuang bersama– sama. Ali hampir tidak pernah bolos di dalam mengikuti peperangan bersama rasulullah, menyerupai perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar dan pembebasan kota Mekkah.
Pada ekspedisi ke Tabuk, Ali tidak ikut dalam barisan perang kaum muslimin atas perintah Nabi Saw. Ali diperintahkan tingal di Madinah menggantikannya mengurus keperluan warga kota. Kaum munafik menebarkan fitnah dengan menyampaikan bahwa Nabi Saw memberi kiprah itu untuk membebaskan Ali dari kewajiban perang. Mendengar hal tersebut, Ali merasa sedih, dengan pakaian perang lengkap, ia menyusul Rasulullah Saw. dan meminta izin bergabung dengan pasukan. Namun Nabi Saw. bersabda : “Mereka berdusta. Aku memintamu tinggal untuk menjaga yang kutinggalkan. Maka kembalilah dan lindungilah keluarga dan harta benrdaku. Tidakkah engkau bahagia, wahai Ali, bahwa engkau di sisiku menyerupai Harun di sisi Musa. Ingatlah bahwa sesudahku tidak ada Nabi.” Dengan patuh Ali kembali ke Madinah.
Sepeninggal Nabi Saw., Ali menjadi tempat para teman meminta pendapat. Begitu terhormat posisi Ali di mata umat Islam. Bahkan Abu Bakar, Umar dan Usman ketika menjabat sebagai khalifah tidak pernah mengabaikan nasehat-nasehat Ali. Meskipun tegas dankeras dalam setiap pertempuran, namun Ali mempunyai sifat penyayang yang luar biasa. Ali tak pernah membunuh lawan yang sudah tidak berdaya. Bahkan ia pernah tak jadi membunuh musuhnya dikarenakan sang musuh meludahinya, sehingga membuatnya marah.
Dalam hidup keseharian, Ali hidup dengan bersahaja. Meskipun miskin, Ali tetap gemar bersedekah. Ali tak segan-segan menyedekahkan masakan yang yang semestinya untuk keluarganya. Bahkan, Ali dan keluarganya tidak makan berhari-hari sebab masakan milik mereka diberikan kepada peminta-minta.
Melihat aneka macam keutamaannya, tidaklah mengherankan bila Khalifah Abu Bakar sering kali meminta pendapat Ali sebelum mengambil tindakan. Sebenarnya ia bahkan sempat berfikir untuk menunjuk Ali sebagai khalifah penggantinya. Namun sebab aneka macam pertimbangan, maka Abu Bakar membantalkan niatnya menunjuk Ali sebagai khalifah. Ketika Umar menjabat khalifah, ia juga tak pernah mengabaikan saran-saran Ali. Umar bahkan memasukkan Ali sebagai salah satu calon khalifah sesudahnya. Ketika khalifah Usman memerintah, nasehat-nasehat Ali juga nenjadi materi pertimbangan sebelum keputusan ditetapkan.
b. Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abu Thalib.
Pada dikala kaum pemberontak mengepung rumah Khalifah Usman, Ali mengutus dua putra lelakinya yang berjulukan Hasan dan Husain untuk ikut melindungi Khalifah Usman. Namun hal itu tak bisa mencegah tragedi yang menimpa Khalifah Usman dan juga kaum muslimin. Khalifah Usman terbunuh secara keji pada tanggal 17 Juni 656 M.
Beberapa teman terkemuka menyerupai Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah, ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa dialah yang pantas dan berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum mengambil tindakan apa pun. Keadaan begitu kacau dan mengkhawatirkan sehingga Ali pun ragu-ragu untuk menciptakan suatu keputusan dan tindakan.
Setelah terus menerus didesak, Ali risikonya bersedia dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni 656 M, bertempat di Masjid Nabawi. Hal ini mengakibatkan semakin banyak dukungan yang mengalir, sehingga semakin mantap saja ia mengemban jabatan khalifah. Namun sayangnya, ternyata tidak seluruh kaum muslimin membaiat Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Selama masa kepemimpinannya, khalifah Ali sibuk mengurusi mereka yang tidak mau membaiat dirinya tersebut. Sama menyerupai pendahulunya yaitu Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Umar, Usman, khalifah Ali juga hidup sederhana dan zuhud. Ia tidak senang dengan kemewahan hidup. Ia bahkan menentang mereka yang hidup bermewahmewahan.
Ali bin Abu Thalib yaitu seorang perwira yang tangkas, cerdas, tegas teguh pendirian dan pemberani. Tak ada yang mencurigai keperwiraannya. Berkat keperwiraannya tersebut Ali mendapatkan julukan Asadullah, yang artinya singa Allah. Karena ketegasannya, ia tidak segan-segan menggati pejabat gubernur yang tidak becus mengurusi kepentingan umat Islam. Ia juga tidak segan-segan memerangi mereka yang melaksanakan pemberontakan. Di antara peperangan itu yaitu Perang Jamal dan Perang Siffin. Berkat ketegasan dan keteangkasannya, perang Jamal dapat dimenanginya. Namun dalam perang Siffin, Khalifah Ali tertipu oleh tipu muslihat pihak Mu’awiyah. Ali hampir memenangi, namun pihak Muawiyah meminta kepada Ali supaya diadakan perjanjian hening yang disebut perjanjian di Daumatul Jandal.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal sejarah perkembangan Islam masa Khulafaur Rasyidin. Sumber buku Siswa SKI Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.