Hadits Perihal Mensyukuri Nikmat Allah Swt Dan Penjelasannya
Sunday, April 26, 2020
Edit
Penjelasan Hadits Tentang Mensyukuri Nikmat Allah Swt.
Semua sumber daya alam yang ada merupakan rezeki dan nikmat dari Allah Swt yang tak terhitung nilainya dan dikaruniakan Allah Swt kepada manusia, oleh alasannya itu insan seharusnya pandai-pandai mensyukurinya dan salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah Swt yaitu dengan beribadah kepada-Nya, memelihara Alam dan tidak merusaknya.
a. Hadits Riwayat Abu Dawud.
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dia bersabda: "Tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia." (HR. Abu Duwud).
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pandanglah orang yang berada dibawah kalian, jangan memandang yang ada di atas kalian, itu lebih laik menciptakan kalian tidak mengkufuri nikmat Allah” (HR. Muslim).
Dalam hadis ini, Rasulullah Saw memperingatkan , bahwa insan harus bersikap syukur terhadap nikmat Allah Swt yang dianugerahkan kepadanya. Dan resep yang dijelaskan Rasulullah Saw yaitu insan supaya memandang ke bawah atau lebih rendah dalam hal keduniaan seperti; kedudukan, pangkat, dan harta kekayaan alasannya hal tersebut akan mendorong insan untuk lebih bersyukur. Dan Manusia harus sadar bahwa, kedudukan atau pangkat serta harta kekayaan yang lebih tinggi yang dimiliki orang lain itu merupakan ujian, sehingga insan lebih selamat memandang ke bawah dalam hal tersebut. sehingga terhindar dari perilaku mengandai-andai yang menjadikan insan akan jauh dari syukur nikmat.
c. Hadits Riwayat Ahmad.
Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa orang yang berterima kasih atas pemberian orang lain alasannya Allah Swt, maka pada hakekatnya orang tersebut telah bersyukur kepada Allah Swt sebagaimana hadits yang berbunyi :
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia." (HR. Ahmad).
Kita perlu melihat ke atas dalam upaya memberi motivasi (dorongan) diri berusaha, sepanjang dalam batas yang dibenarkan syari’at Islam. Larangan melihat orang yang kedudukannya yang lebih tinggi semata-mata untuk mencegah timbulnya rasa iri hati dan sifat-sifat tidak terpuji lainnya yang akhirnya tidak mensyukuri nikmat Allah Swt. Dalam hadis tersebut kita juga dianjurkan bersikap qana‘ah yaitu mendapatkan apa adanya atas pemberian Allah Swt atau merasa puas dan rela atas bagiannya sesudah berusaha. Orang yang memiliki sifat qana‘ah tentunya tidak akan memiliki perilaku tamak terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.
Sifat qana‘ah mengandung sifat positif di antaranya yaitu mendapatkan apa yang terjadi, realistik (nyata), dinamis atau bersemangat, tenang, stabil jiwanya, optimis, dermawan, tawakkal, dan selalu bersyukur atas nikmat Allah Swt. Adapun perilaku ambisius yang berlebihan akan menanamkan sifat-sifat negatif, antara lain selalu berangan-angan, tamak, pemburu duniawi semata tanpa perhitungan, pemborosan, dan ingkar atau kufur nikmat.
Hadits di atas juga menunjukkan tuntunan kepada kita untuk mengambil langkah pencegahan yang disampaikan oleh Rasulullah Saw supaya ummatnya tidak menjadi rakus, tamak, dan diperbudak duniawi sehingga jiwanya terbelenggu oleh duniawi, kesannya tidak mau berbuat baik terhadap sesama serta lupa akan pemberian dari Allah Swt, padahal apapun yang telah diterima oleh insan di dunia kelak akan dimintai pertanggungan jawab atas pemberian tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi Muhammad Saw sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Saw bersabda kepada Abu Bakar dan ‘Umar : “Demi zat yang jiwaku yang ada di tangan (kekuasaan)-Nya pasti akan ditanya wacana nikmat ini pada hari kiamat. Kamu dikeluarkan dari rumah-rumahmu dalam keadaan lapar, kemudian kau tidak akan kembali sehingga kau mendapatkan kenikmatan ini” (HR. Muslim).
Kemudian supaya kita bisa menjadi orang yang cendekia bersyukur dan kelak bisa mempertangung jawabkan pada hari simpulan zaman terhadap apa yang telah diberikan kepada kita, Allah Swt menunjukkan tuntunan supaya kita banyak berzikir dan berdoa.
Semua sumber daya alam yang ada merupakan rezeki dan nikmat dari Allah Swt yang tak terhitung nilainya dan dikaruniakan Allah Swt kepada manusia, oleh alasannya itu insan seharusnya pandai-pandai mensyukurinya dan salah satu bentuk mensyukuri nikmat Allah Swt yaitu dengan beribadah kepada-Nya, memelihara Alam dan tidak merusaknya.
a. Hadits Riwayat Abu Dawud.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dia bersabda: "Tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia." (HR. Abu Duwud).
b. Hadits Riwayat Muslim.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pandanglah orang yang berada dibawah kalian, jangan memandang yang ada di atas kalian, itu lebih laik menciptakan kalian tidak mengkufuri nikmat Allah” (HR. Muslim).
Dalam hadis ini, Rasulullah Saw memperingatkan , bahwa insan harus bersikap syukur terhadap nikmat Allah Swt yang dianugerahkan kepadanya. Dan resep yang dijelaskan Rasulullah Saw yaitu insan supaya memandang ke bawah atau lebih rendah dalam hal keduniaan seperti; kedudukan, pangkat, dan harta kekayaan alasannya hal tersebut akan mendorong insan untuk lebih bersyukur. Dan Manusia harus sadar bahwa, kedudukan atau pangkat serta harta kekayaan yang lebih tinggi yang dimiliki orang lain itu merupakan ujian, sehingga insan lebih selamat memandang ke bawah dalam hal tersebut. sehingga terhindar dari perilaku mengandai-andai yang menjadikan insan akan jauh dari syukur nikmat.
c. Hadits Riwayat Ahmad.
Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa orang yang berterima kasih atas pemberian orang lain alasannya Allah Swt, maka pada hakekatnya orang tersebut telah bersyukur kepada Allah Swt sebagaimana hadits yang berbunyi :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia." (HR. Ahmad).
Kita perlu melihat ke atas dalam upaya memberi motivasi (dorongan) diri berusaha, sepanjang dalam batas yang dibenarkan syari’at Islam. Larangan melihat orang yang kedudukannya yang lebih tinggi semata-mata untuk mencegah timbulnya rasa iri hati dan sifat-sifat tidak terpuji lainnya yang akhirnya tidak mensyukuri nikmat Allah Swt. Dalam hadis tersebut kita juga dianjurkan bersikap qana‘ah yaitu mendapatkan apa adanya atas pemberian Allah Swt atau merasa puas dan rela atas bagiannya sesudah berusaha. Orang yang memiliki sifat qana‘ah tentunya tidak akan memiliki perilaku tamak terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.
Sifat qana‘ah mengandung sifat positif di antaranya yaitu mendapatkan apa yang terjadi, realistik (nyata), dinamis atau bersemangat, tenang, stabil jiwanya, optimis, dermawan, tawakkal, dan selalu bersyukur atas nikmat Allah Swt. Adapun perilaku ambisius yang berlebihan akan menanamkan sifat-sifat negatif, antara lain selalu berangan-angan, tamak, pemburu duniawi semata tanpa perhitungan, pemborosan, dan ingkar atau kufur nikmat.
Hadits di atas juga menunjukkan tuntunan kepada kita untuk mengambil langkah pencegahan yang disampaikan oleh Rasulullah Saw supaya ummatnya tidak menjadi rakus, tamak, dan diperbudak duniawi sehingga jiwanya terbelenggu oleh duniawi, kesannya tidak mau berbuat baik terhadap sesama serta lupa akan pemberian dari Allah Swt, padahal apapun yang telah diterima oleh insan di dunia kelak akan dimintai pertanggungan jawab atas pemberian tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi Muhammad Saw sebagai berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتُسْأَلُنَّ عَنْ هَذَا النَّعِيمِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ الْجُوعُ ثُمَّ لَمْ تَرْجِعُوا حَتَّى أَصَابَكُمْ هَذَا النَّعِيمُ
Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Saw bersabda kepada Abu Bakar dan ‘Umar : “Demi zat yang jiwaku yang ada di tangan (kekuasaan)-Nya pasti akan ditanya wacana nikmat ini pada hari kiamat. Kamu dikeluarkan dari rumah-rumahmu dalam keadaan lapar, kemudian kau tidak akan kembali sehingga kau mendapatkan kenikmatan ini” (HR. Muslim).
Kemudian supaya kita bisa menjadi orang yang cendekia bersyukur dan kelak bisa mempertangung jawabkan pada hari simpulan zaman terhadap apa yang telah diberikan kepada kita, Allah Swt menunjukkan tuntunan supaya kita banyak berzikir dan berdoa.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana hadits mensyukuri nikmat Allah Swt dan penjelasannya. Sumber Buku Al Qur'an Hadits Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.