Tarikat Qodiriyah | Tokoh Tarikat Qodiriyah Dan Anutan Tarikat Qodiriyah
Sunday, April 26, 2020
Edit
a. Tokoh Tarikat Qodiriyah.
Tarekat Qodiriyah merupakan nama tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi. Tarekat Qodiriyah berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria. Di Indonesia, tradisi tarekat ini juga masih menempel di masyarakat. Syekh Abdul Qadir al-jailani merupakan tokoh yang sangat masyhur. Namanya selalu disebut dalam tradisi tawasul acara-acara keagamaan. Tarekat ini sudah berkembang semenjak periode ke-13.
Namun meski sudah berkembang semenjak periode ke-13, tarekat ini gres populer di dunia pada periode ke 15 M. Di Makkah tarekat Qodiriyah sudah bangun semenjak 1180 H/1669 M.
Dalam usia 8 tahun adalah pada tahun 488 H/1095 M, Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad. Karena tidak diterima berguru di Madrasah Nizhamiyah Baghdad -yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali- yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali, beliau tetap berguru hingga menerima ijazah dari gurunya yang berjulukan Abu Yusuf al-Hamdany (440-535 H/1048-1140 M) di kota yang sama itu hingga mendapatkan ijazah.
Pada tahun 521 H/1127 M, beliau mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat hingga dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan hasilnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam.
Selain itu beliau memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan semenjak 521 H hingga wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), hingga hancurnya Baghdad pada tahun 656 H/1258 M.
b. Ajaran Tarikat Qodiriyah.
1. Zikir kepada Allah dengan mengucap Laailaaha illallah, diamalkan sehabis shalat wajib sebanyak 165 kali atau lebih. Di luar shalat wajib, zikir tersebut tidak tidak boleh untuk diamalkan, bahkan dianjurkan. Zikir ini dinamakan zikir Jahar, yakni zikir yang diucapkan dengan bunyi keras. Zikir yang lain adalah zikir khafi, adalah zikir yang dibaca dalam hati. ini juga menjadi amalan pokok sebagai realisasi tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah.
2. Zikir pokok tarekat Qadiriyah adalah membaca Istighfar paling sedikit dua kali atau dua puluh kali dengan lafadz Astaghfirullah al-Ghafur al-Rahim.
3. Membaca shalawat sebanyak istighfar dengan lafadsz Allahuma shalli ’ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi wa shahbihi wa sallim.
4. Membaca Laa ilaha illallah seratus enam puluh kali sehabis selesai shalat fardhu. Pengucapan lafadz Laa ilaha illallah mempunyai cara tersendiri, adalah kata laa dibaca sambil dibayangkan dari pikiran ditarik dari sentra hingga otak, kemudian kata ilaha dibaca sambil menggerakkan kepala ke sebelah kanan, kemudian kata illallah dibaca dengan keras sambil dipukulkan ke dalam sanubari, adalah kebagian sebelah kiri.
5. Membaca Sayyidina Muhammad Rasululullah Shalallah ‘alaihi wa sallam. kemudian membaca shalawat Allahuma shalli ’ala sayyidina Muhammad shalatan Tunjina biha min jami al-ahwal wa al-afat.
6. Membaca surat al-Fatihah ditujukan kepada Rasulullah SAW dan kepada seluruh syekh-syekh tarekat Qadiriyah serta para pengikutnya. Juga seluruh orang islam, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Selain persyaratan di atas, setiap orang yang hendak mengikuti tarekat qadiriyah harus menjalani dua tahapan,
Pertama, Tahap Permulaan yang terdiri dari :
1. Mengikuti dan mendapatkan bai’at guru sebagai pertemuan pertama antara guru dan murid.
2. Penyampaian wasiat oleh guru kepada Murid.
3. Pernyataan guru membai’at muridnya diterima menjadi murid dengan lafadz tertentu.
4. Pembacaan do’a oleh guru yang terdiri dari do’a umum dan do’a khusus.
5. Pemberian minum oleh guru kepada murid sambil dibacakan beberapa ayat Al-Quran.
Kedua, Tahap Perjalanan.
yaitu dimaknai sebagai tahap murid menuju Allah Swt melalui bimbingan guru. Murid harus melalui tahap dalam waktu yang bertahuntahun sebelum ia memperoleh karunia Allah Swt yang dilimpahkan kepadanya. Dalam perjalanan itu murid masih mendapatkan ilmu hakikat dari gurunya. Selain itu, beliau juga dituntut untuk berbakti kepadanya, dan menjauhi larangannya. Murid harus terus berjuang untuk melawan nafsunya dan melatih diri (mujahadah dan Riyadhah).
Tarekat Qodiriyah merupakan nama tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi. Tarekat Qodiriyah berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria. Di Indonesia, tradisi tarekat ini juga masih menempel di masyarakat. Syekh Abdul Qadir al-jailani merupakan tokoh yang sangat masyhur. Namanya selalu disebut dalam tradisi tawasul acara-acara keagamaan. Tarekat ini sudah berkembang semenjak periode ke-13.
Namun meski sudah berkembang semenjak periode ke-13, tarekat ini gres populer di dunia pada periode ke 15 M. Di Makkah tarekat Qodiriyah sudah bangun semenjak 1180 H/1669 M.
Dalam usia 8 tahun adalah pada tahun 488 H/1095 M, Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad. Karena tidak diterima berguru di Madrasah Nizhamiyah Baghdad -yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali- yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali, beliau tetap berguru hingga menerima ijazah dari gurunya yang berjulukan Abu Yusuf al-Hamdany (440-535 H/1048-1140 M) di kota yang sama itu hingga mendapatkan ijazah.
Pada tahun 521 H/1127 M, beliau mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat hingga dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan hasilnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam.
Selain itu beliau memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan semenjak 521 H hingga wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), hingga hancurnya Baghdad pada tahun 656 H/1258 M.
b. Ajaran Tarikat Qodiriyah.
1. Zikir kepada Allah dengan mengucap Laailaaha illallah, diamalkan sehabis shalat wajib sebanyak 165 kali atau lebih. Di luar shalat wajib, zikir tersebut tidak tidak boleh untuk diamalkan, bahkan dianjurkan. Zikir ini dinamakan zikir Jahar, yakni zikir yang diucapkan dengan bunyi keras. Zikir yang lain adalah zikir khafi, adalah zikir yang dibaca dalam hati. ini juga menjadi amalan pokok sebagai realisasi tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah.
2. Zikir pokok tarekat Qadiriyah adalah membaca Istighfar paling sedikit dua kali atau dua puluh kali dengan lafadz Astaghfirullah al-Ghafur al-Rahim.
3. Membaca shalawat sebanyak istighfar dengan lafadsz Allahuma shalli ’ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi wa shahbihi wa sallim.
4. Membaca Laa ilaha illallah seratus enam puluh kali sehabis selesai shalat fardhu. Pengucapan lafadz Laa ilaha illallah mempunyai cara tersendiri, adalah kata laa dibaca sambil dibayangkan dari pikiran ditarik dari sentra hingga otak, kemudian kata ilaha dibaca sambil menggerakkan kepala ke sebelah kanan, kemudian kata illallah dibaca dengan keras sambil dipukulkan ke dalam sanubari, adalah kebagian sebelah kiri.
5. Membaca Sayyidina Muhammad Rasululullah Shalallah ‘alaihi wa sallam. kemudian membaca shalawat Allahuma shalli ’ala sayyidina Muhammad shalatan Tunjina biha min jami al-ahwal wa al-afat.
6. Membaca surat al-Fatihah ditujukan kepada Rasulullah SAW dan kepada seluruh syekh-syekh tarekat Qadiriyah serta para pengikutnya. Juga seluruh orang islam, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Selain persyaratan di atas, setiap orang yang hendak mengikuti tarekat qadiriyah harus menjalani dua tahapan,
Pertama, Tahap Permulaan yang terdiri dari :
1. Mengikuti dan mendapatkan bai’at guru sebagai pertemuan pertama antara guru dan murid.
2. Penyampaian wasiat oleh guru kepada Murid.
3. Pernyataan guru membai’at muridnya diterima menjadi murid dengan lafadz tertentu.
4. Pembacaan do’a oleh guru yang terdiri dari do’a umum dan do’a khusus.
5. Pemberian minum oleh guru kepada murid sambil dibacakan beberapa ayat Al-Quran.
Kedua, Tahap Perjalanan.
yaitu dimaknai sebagai tahap murid menuju Allah Swt melalui bimbingan guru. Murid harus melalui tahap dalam waktu yang bertahuntahun sebelum ia memperoleh karunia Allah Swt yang dilimpahkan kepadanya. Dalam perjalanan itu murid masih mendapatkan ilmu hakikat dari gurunya. Selain itu, beliau juga dituntut untuk berbakti kepadanya, dan menjauhi larangannya. Murid harus terus berjuang untuk melawan nafsunya dan melatih diri (mujahadah dan Riyadhah).
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal tokoh tarikat Qodiriyah dan anutan tarikat Qodiriyah. Sumber buku Siswa Kelas XII MA Akhlak Tasawuf Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.