Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 168 - 169
Sunday, April 26, 2020
Edit
A. Lafal Bacaan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 168 Sampai 169 dan Artinya.
yaa ayyuhaa nnaasu kuluu mimmaa fii l-ardhi halaalan thayyiban walaa tattabi'uu khuthuwaati sysyaythaani innahu lakum 'aduwwun mubiin
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kau mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang kasatmata bagimu." (QS. al-Baqarah : 168).
innamaa ya'murukum bissuu-i walfahsyaa-i wa-an taquuluu 'alaa laahi maa laa ta'lamuun
"Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kau supaya berbuat jahat dan keji, dan menyampaikan apa yang tidak kau ketahui wacana Allah.” (QS. al-Baqarah : 169).
B. Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 168 Sampai 169.
Kata usul “wahai manusia” pada QS. al-Baqarah ayat 168 menunjukkan, bahwa ayat ini bersifat umum yang maksudnya ditujukan kepada segenap manusia. Ibnu Abbas mengatakan, bahwa ayat 168 turun berkenaan dengan kebiasaan suatu kaum yang terdiri atas Banıi Suaqi, Bani Amir bin Sa‘sa‘ah, Khuza‘ah dan Bani Muḍid. Mereka mengharamkan beberapa jenis hewan berdasarkan kemauan mereka sendiri, diantaranya: baḥirah, yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan anak ke lima jantan, kemudian dipotong telinganya. Dan waṣilah yaitu domba yang beranak dua ekor, satu jantan dan satu betina, kemudian anak yang jantan tidak boleh dimakan melainkan harus diserahkan kepada berhala. Padahal Allah Swt tidak mengharamkan hewan jenis itu.
Allah Swt menyuruh insan untuk memakan kuliner yang halal dan baik. Yang dimaksud kuliner yang halal yakni kuliner yang dibolehkan secara agama dari segi hukumnya baik halal dari segi zatnya maupun hakikatnya. Sebagai lawannya yakni kuliner yang haram dari segi aturan agama, baik haram secara zat maupun hakikat. Makanan yang halal dari segi dzatnya menyerupai telor, buah-buahan, sayursayuran, daging sapi, kambing dan lain-lain. Sedang kuliner yang halal dari segi hakikatnya yakni kuliner yang didapat ataupun diolah dengan cara yang benar berdasarkan agama.
Sebaliknya kuliner yang haram yakni kuliner yang secara zatnya tidak boleh oleh agama untuk dimakan, misalnya: daging babi, daging anjing, darah, dan bangkai. Sedang yang haram alasannya yakni hakikatnya yaitu haram untuk dimakan alasannya yakni cara memperoleh atau mengolahnya. Misalnya telor hasil mencuri, daging ayam hasil mencuri, uang dari hasil korupsi dan lain-lain. Telor, daging ayamitu dalal zatnya, namun alasannya yakni cara mendapatkannya tidak boleh agama, maka menjadi haram untuk dimakan. Demikian juga untuk kuliner yang lain.
Adapun kuliner yang baik sanggup dipertimbangkan dengan logika dan ukurannya yakni kesehatan. Artinya kuliner yang baik itu yakni yang mempunyai kegunaan dan tidak bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi insan itu sendiri. Misalnya, daging kambing baik untuk penderita darah rendah, namun tidak baik untuk penderita darah tinggi. Dan disisi lain kuliner tersebut juga harus diolah dengan benar dan dibentuk sesuai dengan yang memakannya.
Makanan yang baik juga tidak mengandung zat yang membahayakan badan insan sehingga tidak merusak jaringan tubuhnya. Di final ayat ini Allah Swt mengingatkan kepada insan supaya tidak mengikuti langkah-langkah syaitan. Syaitan yakni musuh manusia, yang menginginkan insan tidak taat kepada Allah Swt. Jiwanya keras, dan kuliner yang dimakan yang tidak halal. Orang yang memasukkan kedalam perutnya kuliner yang haram akan berdampak tidak baik dalam ibadahnya. Dalam riwayat al-Hafiz Abu Bakar bin Murdawaih dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw pernah bersabda:
“Demi zat yang diri Muhammad Saw ada dalam kekuasaanNya, bekerjsama yang memasukkan sesuap kuliner haram kedalam perutnya, ibadahnya tidak akan diterima Allah selama 40 hari. Hamba mana saja yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan riba, api neraka lebih layak untuk melahapnya.”
Dalam QS. al-Baqarah ayat 169 Allah Swt menegaskan bahwa syaitan selalu menyuruh insan untuk melaksanakan kejahatan, dan perbuatan keji serta yang mungkar. Syaitan tidak rela jikalau seseorang itu beriman kepada Allah Swt dan menaati segala perintah serta menjauhi larangan-Nya. Setan selalu membujuk insan ingkar kepada Allah Swt. Ayat ini berkaitan dekat dengan ayat sebelumnya, yang mana insan dibujuk dalam hal makanan, baik cara mendapat maupun cara memakannya. Semua terlihat lezat supaya insan terperangkap dalam perangkap setan yang menjerumuskan.
Paling final setan berusaha supaya insan menyampaikan terhadap Allah Swt apa yang mereka tidak mengetahuinya. Artinya insan akan menjadi mabuk oleh kebiasaan setan. Mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan agama, Tuhan tidak adil, apa itu agama, apa itu puasa, jilbab dan lain-lain. Manusia menjadi corong setan, mengikuti jejak setan sehingga perbuatannya tidak terkontrol dan hatinya membatu yang karenanya sesatlah ia, dan siksa neraka balasannya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
yaa ayyuhaa nnaasu kuluu mimmaa fii l-ardhi halaalan thayyiban walaa tattabi'uu khuthuwaati sysyaythaani innahu lakum 'aduwwun mubiin
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kau mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang kasatmata bagimu." (QS. al-Baqarah : 168).
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
innamaa ya'murukum bissuu-i walfahsyaa-i wa-an taquuluu 'alaa laahi maa laa ta'lamuun
"Sesungguhnya (setan) itu hanya menyuruh kau supaya berbuat jahat dan keji, dan menyampaikan apa yang tidak kau ketahui wacana Allah.” (QS. al-Baqarah : 169).
B. Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 168 Sampai 169.
Kata usul “wahai manusia” pada QS. al-Baqarah ayat 168 menunjukkan, bahwa ayat ini bersifat umum yang maksudnya ditujukan kepada segenap manusia. Ibnu Abbas mengatakan, bahwa ayat 168 turun berkenaan dengan kebiasaan suatu kaum yang terdiri atas Banıi Suaqi, Bani Amir bin Sa‘sa‘ah, Khuza‘ah dan Bani Muḍid. Mereka mengharamkan beberapa jenis hewan berdasarkan kemauan mereka sendiri, diantaranya: baḥirah, yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan anak ke lima jantan, kemudian dipotong telinganya. Dan waṣilah yaitu domba yang beranak dua ekor, satu jantan dan satu betina, kemudian anak yang jantan tidak boleh dimakan melainkan harus diserahkan kepada berhala. Padahal Allah Swt tidak mengharamkan hewan jenis itu.
Allah Swt menyuruh insan untuk memakan kuliner yang halal dan baik. Yang dimaksud kuliner yang halal yakni kuliner yang dibolehkan secara agama dari segi hukumnya baik halal dari segi zatnya maupun hakikatnya. Sebagai lawannya yakni kuliner yang haram dari segi aturan agama, baik haram secara zat maupun hakikat. Makanan yang halal dari segi dzatnya menyerupai telor, buah-buahan, sayursayuran, daging sapi, kambing dan lain-lain. Sedang kuliner yang halal dari segi hakikatnya yakni kuliner yang didapat ataupun diolah dengan cara yang benar berdasarkan agama.
Sebaliknya kuliner yang haram yakni kuliner yang secara zatnya tidak boleh oleh agama untuk dimakan, misalnya: daging babi, daging anjing, darah, dan bangkai. Sedang yang haram alasannya yakni hakikatnya yaitu haram untuk dimakan alasannya yakni cara memperoleh atau mengolahnya. Misalnya telor hasil mencuri, daging ayam hasil mencuri, uang dari hasil korupsi dan lain-lain. Telor, daging ayamitu dalal zatnya, namun alasannya yakni cara mendapatkannya tidak boleh agama, maka menjadi haram untuk dimakan. Demikian juga untuk kuliner yang lain.
Adapun kuliner yang baik sanggup dipertimbangkan dengan logika dan ukurannya yakni kesehatan. Artinya kuliner yang baik itu yakni yang mempunyai kegunaan dan tidak bersifat kondisional, tergantung situasi dan kondisi insan itu sendiri. Misalnya, daging kambing baik untuk penderita darah rendah, namun tidak baik untuk penderita darah tinggi. Dan disisi lain kuliner tersebut juga harus diolah dengan benar dan dibentuk sesuai dengan yang memakannya.
Makanan yang baik juga tidak mengandung zat yang membahayakan badan insan sehingga tidak merusak jaringan tubuhnya. Di final ayat ini Allah Swt mengingatkan kepada insan supaya tidak mengikuti langkah-langkah syaitan. Syaitan yakni musuh manusia, yang menginginkan insan tidak taat kepada Allah Swt. Jiwanya keras, dan kuliner yang dimakan yang tidak halal. Orang yang memasukkan kedalam perutnya kuliner yang haram akan berdampak tidak baik dalam ibadahnya. Dalam riwayat al-Hafiz Abu Bakar bin Murdawaih dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw pernah bersabda:
“Demi zat yang diri Muhammad Saw ada dalam kekuasaanNya, bekerjsama yang memasukkan sesuap kuliner haram kedalam perutnya, ibadahnya tidak akan diterima Allah selama 40 hari. Hamba mana saja yang dagingnya tumbuh dari barang haram dan riba, api neraka lebih layak untuk melahapnya.”
Dalam QS. al-Baqarah ayat 169 Allah Swt menegaskan bahwa syaitan selalu menyuruh insan untuk melaksanakan kejahatan, dan perbuatan keji serta yang mungkar. Syaitan tidak rela jikalau seseorang itu beriman kepada Allah Swt dan menaati segala perintah serta menjauhi larangan-Nya. Setan selalu membujuk insan ingkar kepada Allah Swt. Ayat ini berkaitan dekat dengan ayat sebelumnya, yang mana insan dibujuk dalam hal makanan, baik cara mendapat maupun cara memakannya. Semua terlihat lezat supaya insan terperangkap dalam perangkap setan yang menjerumuskan.
Paling final setan berusaha supaya insan menyampaikan terhadap Allah Swt apa yang mereka tidak mengetahuinya. Artinya insan akan menjadi mabuk oleh kebiasaan setan. Mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan agama, Tuhan tidak adil, apa itu agama, apa itu puasa, jilbab dan lain-lain. Manusia menjadi corong setan, mengikuti jejak setan sehingga perbuatannya tidak terkontrol dan hatinya membatu yang karenanya sesatlah ia, dan siksa neraka balasannya.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana isi kandungan Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 168 dan 169. Sumber Buku Al Qur'an Hadits Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.