Pengertian Toleransi Dan Teladan Sikap Toleransi Yang Harus Dibina Sesuai Islam
Sunday, April 26, 2020
Edit
a. Pengertian Toleransi.
Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi yaitu sikap menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia. Allah Swt. membuat insan berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut sanggup menjadi kekuatan kalau dipandang secara positif. Sebaliknya, perbedaan sanggup memicu konflik kalau dipandang secara negatif.
Toleransi antar umat beragama telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw kepada para shahabat dan seluruh umat-Nya. Misalnya pada masa simpulan peranga badar, pasukan muslim telah berhasil menawan pasukan kafir, banyak para shahabat yang menginginkan tawanan tersebut dibunuh, namun kebijakan Rasulullah Saw berbeda, justru Rasulullah Saw meminta biar tawanan-tawanan perang itu dibebaskan.
Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata-kata maupun dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati dan berguru dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan di antara kita sehingga tercapai kesamaan sikap. Toleransi juga merupakan awal dari sikap mendapatkan bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang salah, justru perbedaan harus dihargai dan dimengerti sebagai kekayaan.
Misalnya, perbedaan ras, suku, agama, adab istiadat, cara pandang, perilaku, pendapat. Dengan perbedaan tersebut, dibutuhkan insan sanggup mempunyai sikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik individu dan individu, individu dan kelompok masyarakat, serta kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat yang lainnya.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antar suku, ras, golongan dan agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain lantaran duduk perkara di atas.
b. Contoh Perilaku Toleransi yang Harus Dibina Sesuai Islam.
Berikut perilaku-perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan anutan Islam.
1. Saling Menghargai Adanya Perbedaan Keyakinan.
Kita dihentikan memaksakan kehendak kepada orang lain biar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan lain pun dihentikan memaksakan keyakinan kepada kita. Dengan menawarkan sikap berakhlak mulia, insya Allah orang lain akan tertarik. Rasulullah Saw. selalu menawarkan susila mulia kepada siapa pun termasuk musuh-musuhnya, banyak orang kafir yang tertarik kepada susila Rasulullah Saw. kemudian masuk Islam lantaran kemuliaannya.
2. Saling Menghargai Adanya Perbedaan Pendapat.
Manusia diciptakan dengan membawa perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
Dalam hal perbedaan pendapat perlu kita mempunyai sifat menyerupai dibawah ini,
a. Menghargai pendapat orang lain.
b. Tidak mengklaim bahwa pendapatnyalah yang benar.
c. Hindari sifat dengki, sombong dan meremehkan orang lain.
Dalam tradisi ulama Islam, perbedaan pendapat bukanlah hal yang baru, apalagi sanggup dianggap tabu. Tidak terhitung jumlahnya kitab-kitab yang ditulis ulama Islam yang disusun khusus untuk merangkum, mengkaji, membandingkan, kemudian mendiskusikan aneka macam pandangan yang berbeda-beda dengan argumentasinya masing-masing.
Hal yang terpenting dalam menyikapi perbedaan pendapat terhadap duduk perkara ijtihadiyah yaitu bagaimana seseorang bertindak lebih sampaumur untuk sanggup menghargai pendapat orang lain, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para Imam Mazhab. Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i rahimahullah ketika menziarahi kuburan Abu Hanifah di Kofah, ia melaksanakan shalat shubuh tanpa qunut yang dipandang berseberangan dengan pendapatnya.
Selesai shalat para jamaah yang berada bersamanya ketika itu bertanya kenapa ia meninggalkan qunut sementara berdasarkan mazhabnya qunut shubuh yaitu sunat muakkad. Dengan penuh rasa kedewasaan ia menjawab: “saya sengaja meninggalkan qunut sebagai penghormatan dan penghargaan kepada pemilik kuburan ini yang beropini bahwa qunut shubuh tidak disunatkan”.
Demikian juga, Imam Ahmad bin Hambal pernah berfatwa biar imam hendaknya membaca basmalah dengan bunyi keras bila memimpin shalat di Madinah. Fatwa ini bertentangan dengan mazhabnya sendiri yang menyatakan bahwa bacaan basmalah dalam shalat harus dikecilkan. Tapi fatwa tersebut dikeluarkan Imam Ahmad demi menghormati paham ulama-ulama di Madinah, waktu itu, yang memandang sebaliknya. Sebab, berdasarkan ulama-ulama Madinah itu, mengeraskan bacaan basmalah dalam shalat jihar itu lebih utama.
3. Belajar Empati.
Yaitu mencicipi apa yang dirasakan oleh orang lain, kemudian bantulah orang yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika mau mengganggu orang lain, harus sadar bahwa mengganggu itu akan menyakitkan, bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita. Masih banyak lagi pola sikap toleransi yang harus kita miliki.
Dengan toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan saling menghormati, akan terbina kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi yaitu sikap menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia. Allah Swt. membuat insan berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut sanggup menjadi kekuatan kalau dipandang secara positif. Sebaliknya, perbedaan sanggup memicu konflik kalau dipandang secara negatif.
Toleransi antar umat beragama telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw kepada para shahabat dan seluruh umat-Nya. Misalnya pada masa simpulan peranga badar, pasukan muslim telah berhasil menawan pasukan kafir, banyak para shahabat yang menginginkan tawanan tersebut dibunuh, namun kebijakan Rasulullah Saw berbeda, justru Rasulullah Saw meminta biar tawanan-tawanan perang itu dibebaskan.
Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata-kata maupun dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati dan berguru dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan di antara kita sehingga tercapai kesamaan sikap. Toleransi juga merupakan awal dari sikap mendapatkan bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang salah, justru perbedaan harus dihargai dan dimengerti sebagai kekayaan.
Misalnya, perbedaan ras, suku, agama, adab istiadat, cara pandang, perilaku, pendapat. Dengan perbedaan tersebut, dibutuhkan insan sanggup mempunyai sikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik individu dan individu, individu dan kelompok masyarakat, serta kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat yang lainnya.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antar suku, ras, golongan dan agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain lantaran duduk perkara di atas.
b. Contoh Perilaku Toleransi yang Harus Dibina Sesuai Islam.
Berikut perilaku-perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan anutan Islam.
1. Saling Menghargai Adanya Perbedaan Keyakinan.
Kita dihentikan memaksakan kehendak kepada orang lain biar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan lain pun dihentikan memaksakan keyakinan kepada kita. Dengan menawarkan sikap berakhlak mulia, insya Allah orang lain akan tertarik. Rasulullah Saw. selalu menawarkan susila mulia kepada siapa pun termasuk musuh-musuhnya, banyak orang kafir yang tertarik kepada susila Rasulullah Saw. kemudian masuk Islam lantaran kemuliaannya.
2. Saling Menghargai Adanya Perbedaan Pendapat.
Manusia diciptakan dengan membawa perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
Dalam hal perbedaan pendapat perlu kita mempunyai sifat menyerupai dibawah ini,
a. Menghargai pendapat orang lain.
b. Tidak mengklaim bahwa pendapatnyalah yang benar.
c. Hindari sifat dengki, sombong dan meremehkan orang lain.
Dalam tradisi ulama Islam, perbedaan pendapat bukanlah hal yang baru, apalagi sanggup dianggap tabu. Tidak terhitung jumlahnya kitab-kitab yang ditulis ulama Islam yang disusun khusus untuk merangkum, mengkaji, membandingkan, kemudian mendiskusikan aneka macam pandangan yang berbeda-beda dengan argumentasinya masing-masing.
Hal yang terpenting dalam menyikapi perbedaan pendapat terhadap duduk perkara ijtihadiyah yaitu bagaimana seseorang bertindak lebih sampaumur untuk sanggup menghargai pendapat orang lain, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para Imam Mazhab. Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i rahimahullah ketika menziarahi kuburan Abu Hanifah di Kofah, ia melaksanakan shalat shubuh tanpa qunut yang dipandang berseberangan dengan pendapatnya.
Selesai shalat para jamaah yang berada bersamanya ketika itu bertanya kenapa ia meninggalkan qunut sementara berdasarkan mazhabnya qunut shubuh yaitu sunat muakkad. Dengan penuh rasa kedewasaan ia menjawab: “saya sengaja meninggalkan qunut sebagai penghormatan dan penghargaan kepada pemilik kuburan ini yang beropini bahwa qunut shubuh tidak disunatkan”.
Demikian juga, Imam Ahmad bin Hambal pernah berfatwa biar imam hendaknya membaca basmalah dengan bunyi keras bila memimpin shalat di Madinah. Fatwa ini bertentangan dengan mazhabnya sendiri yang menyatakan bahwa bacaan basmalah dalam shalat harus dikecilkan. Tapi fatwa tersebut dikeluarkan Imam Ahmad demi menghormati paham ulama-ulama di Madinah, waktu itu, yang memandang sebaliknya. Sebab, berdasarkan ulama-ulama Madinah itu, mengeraskan bacaan basmalah dalam shalat jihar itu lebih utama.
3. Belajar Empati.
Yaitu mencicipi apa yang dirasakan oleh orang lain, kemudian bantulah orang yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika mau mengganggu orang lain, harus sadar bahwa mengganggu itu akan menyakitkan, bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita. Masih banyak lagi pola sikap toleransi yang harus kita miliki.
Dengan toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan saling menghormati, akan terbina kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian toleransi dan pola sikap toleransi yang harus dibina sesuai dengan anutan Islam. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.