Isi Kandungan Al-Qur’An Surat Ali Imran Ayat 190-191 Perihal Berpikir Kritis Dan Asbabun Nuzulnya
Sunday, April 26, 2020
Edit
Kandungan Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 190-191 Tentang Berpikir Kritis dan Asbabun Nuzulnya
Berpikir kritis didefinisikan bermacam-macam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis yakni “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi gosip dan pengalaman dengan sejumlah perilaku reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
A. Bacaan Al-Qur'an Surat Ali Imran Ayat 190-191 dan Artinya.
Salah satu mukjizat al-Qur'an yakni banyaknya ayat yang memuat gosip terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan gosip Ilahi tersebut. Di antara ayat yang dimaksud yakni firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 190-191 berikut:
Inna fii khalqi ssamaawaati wal-ardhi wakhtilaafi layli wannahaari laaayaatin li-ulii l-albaab
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat gejala bagi orang-orang yang berakal." (QS. Ali 'Imran :190)
Alladziina yadzkuruuna laaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii khalqi ssamaawaati wal-ardhi rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba nnaar
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan wacana penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau membuat ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imran : 191)
B. Asbabun Nuzul Al-Qur'an Surat Ali Imran Ayat 190-191.
At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a.,bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya”.
Kemudian mereka mendatangi kaum Kristen dan menanyakan, “Bagaimana halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta semenjak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu biar bukit safa itu jadi emas untuk kami.” Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S. Ali 'Imran/3:190-191), mengajak mereka memikirkan langit dan bumi wacana kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, menyerupai bintang-bintang, bulan,dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya.
C. Tafsir/Penjelasan Ayat.
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah Saw minta izin untuk beribadah pada suatu malam, kemudian bangunlah dan berwudu kemudian shalat. Saat salat dia menangis sebab merenungkan ayat yang dibacanya. Setelah shalat dia duduk memuji Allah Swt dan kembali menangis lagi hingga air matanya membasahi tanah.
Setelah Bilal tiba untuk azan subuh dan melihat Nabi menangis ia bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda menangis, padahal Allah Swt. telah mengampuni dosa-dosa Anda baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah dihentikan saya menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah Swt.?” dan bagaimana saya tidak menangis, pada malam ini Allah Swt. telah menurunkan ayat kepadaku. Kemudian dia berkata, “alangkah ruginya dan celakanya orang-orang yang membaca ayat ini tetapi tidak merenungi kandungannya.”
Memikirkan terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah Swt. bagi orang-orang yang cendekia sehat. Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, sebab semua ciptaan-Nya yakni wangsit bagi orang berakal.
Pada ayat 191 Allah Swt. menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh gejala besaran Allah Swt. di alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaanNya.
Penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam benar-benar merupakan problem yang sangat rumit dan kompleks, yang terus menerus menjadi lahan penelitian manusia, semenjak awal lahirnya peradaban. Banyak ayat yang menantang insan untuk meneliti alam raya ini, di antaranya yakni Q.S. al-A’raf/7:54, yang menyebutkan bahwa penciptaan langit itu fi sittati ayyam (dalam enam masa).
Terkait dengan penciptaan langit dalam enam masa ini, banyak para ilmuwan yang terinspirasi untuk menunjukan dalam penelitian-penelitian mereka. Salah satunya yakni Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur’an dan sains Modern (tahun 2003), sebagai berikut:kata ayyam yakni bentuk jamak dari kata yaum. Kata yaum dalam arti sehari-hari digunakan untuk menunjukkan terangnya siang, ditafsirkan sebagai “masa”. Sedangkan “ayyam” bisa diartikan “beberapa hari”, bahkan sanggup berarti “waktu yang lama”. Abdullah Yusuf Ali, dalam The Holy Qur’an,Translation and Commentary, 1934, menyetarakan kata ayyam dengan “age” atau “eon” (Inggris). Sementara Abdu Suud menafsirkan kata ayyam dengan “peristiwa” atau “naubat”. Kemudian diterjemahkan juga menjadi “tahap”, atau periode atau masa. Sehingga kata sittati ayyam dalam ayat di atas berarti “enam masa”
Secara ringkas, klarifikasi “enam masa” dari Dr. Marconi yakni sebagai berikut: Masa Pertama, semenjak insiden Dentuman Besar (Big Bang) hingga terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce). Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum terang bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos). Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya bahan dan radiasi, dan jagad raya terus mengembang. Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.
Demikian juga dengan silih bergantinya siang dan malam, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, sambil mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika, bumi berkitar (precession) mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut memberi imbas trend yang berbeda. Selain itu, rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi. Subhanallah. Semua saling terkait. Kompleksnya fenomena penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, tidak akan sanggup dipahami dan diungkap rahasianya kecuali oleh para ilmuwan yang tekun, tawadhu’, dan cerdas. Mereka itulah para “ulul albab” yang dimaksud dalam ayat di atas.
Jadi, berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut yakni memikirkan dan melaksanakan tadabbur semua ciptaan Allah Swt. sehingga kita sadar betapa Allah Swt. yakni Tuhan Pencipta Yang Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah (ritual dan sosial) dengan ikhlas.
Berpikir kritis didefinisikan bermacam-macam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis yakni “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi gosip dan pengalaman dengan sejumlah perilaku reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
A. Bacaan Al-Qur'an Surat Ali Imran Ayat 190-191 dan Artinya.
Salah satu mukjizat al-Qur'an yakni banyaknya ayat yang memuat gosip terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan gosip Ilahi tersebut. Di antara ayat yang dimaksud yakni firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 190-191 berikut:
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
Inna fii khalqi ssamaawaati wal-ardhi wakhtilaafi layli wannahaari laaayaatin li-ulii l-albaab
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat gejala bagi orang-orang yang berakal." (QS. Ali 'Imran :190)
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Alladziina yadzkuruuna laaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii khalqi ssamaawaati wal-ardhi rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba nnaar
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan wacana penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau membuat ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imran : 191)
B. Asbabun Nuzul Al-Qur'an Surat Ali Imran Ayat 190-191.
At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a.,bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya”.
Kemudian mereka mendatangi kaum Kristen dan menanyakan, “Bagaimana halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta semenjak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu biar bukit safa itu jadi emas untuk kami.” Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S. Ali 'Imran/3:190-191), mengajak mereka memikirkan langit dan bumi wacana kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, menyerupai bintang-bintang, bulan,dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya.
C. Tafsir/Penjelasan Ayat.
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah Saw minta izin untuk beribadah pada suatu malam, kemudian bangunlah dan berwudu kemudian shalat. Saat salat dia menangis sebab merenungkan ayat yang dibacanya. Setelah shalat dia duduk memuji Allah Swt dan kembali menangis lagi hingga air matanya membasahi tanah.
Setelah Bilal tiba untuk azan subuh dan melihat Nabi menangis ia bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda menangis, padahal Allah Swt. telah mengampuni dosa-dosa Anda baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah dihentikan saya menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah Swt.?” dan bagaimana saya tidak menangis, pada malam ini Allah Swt. telah menurunkan ayat kepadaku. Kemudian dia berkata, “alangkah ruginya dan celakanya orang-orang yang membaca ayat ini tetapi tidak merenungi kandungannya.”
Memikirkan terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah Swt. bagi orang-orang yang cendekia sehat. Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, sebab semua ciptaan-Nya yakni wangsit bagi orang berakal.
Pada ayat 191 Allah Swt. menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh gejala besaran Allah Swt. di alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaanNya.
Penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam benar-benar merupakan problem yang sangat rumit dan kompleks, yang terus menerus menjadi lahan penelitian manusia, semenjak awal lahirnya peradaban. Banyak ayat yang menantang insan untuk meneliti alam raya ini, di antaranya yakni Q.S. al-A’raf/7:54, yang menyebutkan bahwa penciptaan langit itu fi sittati ayyam (dalam enam masa).
Terkait dengan penciptaan langit dalam enam masa ini, banyak para ilmuwan yang terinspirasi untuk menunjukan dalam penelitian-penelitian mereka. Salah satunya yakni Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur’an dan sains Modern (tahun 2003), sebagai berikut:kata ayyam yakni bentuk jamak dari kata yaum. Kata yaum dalam arti sehari-hari digunakan untuk menunjukkan terangnya siang, ditafsirkan sebagai “masa”. Sedangkan “ayyam” bisa diartikan “beberapa hari”, bahkan sanggup berarti “waktu yang lama”. Abdullah Yusuf Ali, dalam The Holy Qur’an,Translation and Commentary, 1934, menyetarakan kata ayyam dengan “age” atau “eon” (Inggris). Sementara Abdu Suud menafsirkan kata ayyam dengan “peristiwa” atau “naubat”. Kemudian diterjemahkan juga menjadi “tahap”, atau periode atau masa. Sehingga kata sittati ayyam dalam ayat di atas berarti “enam masa”
Secara ringkas, klarifikasi “enam masa” dari Dr. Marconi yakni sebagai berikut: Masa Pertama, semenjak insiden Dentuman Besar (Big Bang) hingga terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce). Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum terang bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos). Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya bahan dan radiasi, dan jagad raya terus mengembang. Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.
Demikian juga dengan silih bergantinya siang dan malam, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, sambil mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika, bumi berkitar (precession) mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut memberi imbas trend yang berbeda. Selain itu, rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi. Subhanallah. Semua saling terkait. Kompleksnya fenomena penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, tidak akan sanggup dipahami dan diungkap rahasianya kecuali oleh para ilmuwan yang tekun, tawadhu’, dan cerdas. Mereka itulah para “ulul albab” yang dimaksud dalam ayat di atas.
Jadi, berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut yakni memikirkan dan melaksanakan tadabbur semua ciptaan Allah Swt. sehingga kita sadar betapa Allah Swt. yakni Tuhan Pencipta Yang Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah (ritual dan sosial) dengan ikhlas.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana isi kandungan Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 190-191 wacana berpikir kritis dan asbabun nuzulnya. Sumber Buku Pendidikan Agama Islam Kelas XII Sekolah Menengah kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.