Dalil Naqli Sifat Wajib Bagi Allah Swt


Dalil naqli yakni dalil (hujah) yang bersumberkan pada Al-Qur‘an dan Hadis yang menjelaskan secara normatif wacana sifat-sifat Allah Swt. Sedangkan dalil aqli yakni dalil (hujah) yang bersumberkan pada logika insan yang mencoba memahami fenomena-fenomena alam semesta yang berkaitan atau mengambarkan sifat-sifat Allah Swt. Akan tetapi, perlu dicatat di sini bahwa urusan mengimani sifat-sifat Allah Swt yakni wilayah intuitif (hati) atau keyakinan yang didasarkan pada teks Al-Qur‘an dan Hadis.

Sedangkan fungsi dalil aqli hanya memperkuat keimanan seseorang wacana sifat-sifat Allah Swt. Berikut ini klarifikasi wacana dalil-dalil naqli dan aqli wacana sifat-sifat wajib bagi Allah Swt:

a. Wujuud berarti ada.
Firman Allah Swt yang menjelaskan wacana keberadaan (eksistensi) Allah yakni Q.S. Ali Imran [3]: 2:
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. yang Maha Hidup, yang terusmenerus mengurus (makhluk-Nya)”

Keberadaan (eksistensi) Allah Swt sanggup dibuktikan dengan keberadaan alam semesta. Keberadaan alam semesta yang teratur dengan hukum- hukumnya (sunatullah) mengambarkan bahwa alam ada yang mengatur, yaitu Allah Swt. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Swt pada Q.S as-Sajdah : 5 di bawah ini:
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

Artinya: “Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) yakni seribu tahun berdasarkan perhitunganmu”.(QS. As-Sajdah :5)

b. Qidaam berarti Terdahulu.
Allah Swt yakni yang Awal dan juga yang Akhir. Tiada yang mendahului-Nya. Firman Allah Swt yang terkait dengan sifat wajib Qidaam terdapat dalam Q.S. Al-Hadid [57]: 3

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: "Dia-lah yang Awal, yang Akhir, yang Zahir dan yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Keberadaan alam semesta ini gres sebab ada yang mengatur dan menciptakan. Sesuatu yang gres niscaya ada yang membuat dan mendahului, dan Allah Swt yang Awal dan yang Akhir.

c. Baqaa' berarti kekal.
Firman Allah Swt yang menjelaskan wacana sifat kekal Allah Swt terdapat dalam Q.S Ar-Rahman [55]: 27
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Artinya: “tetapi wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan tetap kekal"

d. Mukhaalafatu Lil-Hawaditsi berarti berbeda dengan makhluk (ciptaan).
Firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Syura [42]: 11
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang Maha Mendengar, Maha Melihat”

e. Qiyaamuhuu bi-Nafsihi berarti Berdiri Sendiri.
Firman Allah Swt dalam Q.S. Al Ankabut [29]: 6

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya: "Dan barangsiapa berjihad, maka se-sungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”

f. Wahdaaniyah berarti Esa.
Dalil naqli wacana ke-Esa-an Allah Swt salah satunya terdapat dalam Q.S. Al-Ikhlas [112]: 1
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

Sifat wajib wacana ke-Esa-an Allah Swt sanggup dibuktikan dalam keteraturan alam semesta sebagai wujud ciptaan Allah Swt. Seandainya Allah Swt tidak esa, maka akan terjadi kerusakan dan ketidakteraturan alam, sebab ada dua pencipta. Hal ini diperkuat oleh firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Anbiyaa‘ [21]: 22.
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
Artinya: “Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha Suci Allah yang mempunyai „Arsy, dari apa yang mereka sifatkan”

g. Qudrah berarti Kuasa.
Allah Swt Maha Kuasa (Qaadiran) atas segalanya. Kekuasaan Allah Swt sebagai Tuhan tidak terbatas. Apapun sanggup dilakukan oleh Allah Swt, tanpa ada yang sanggup menghalanginya. Dalil yang menjelaskan wacana kekuasaan Allah Swt salah satunya terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 20

إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “…Sungguh, Allah Maha-kuasa atas segala sesuatu.”

h. Iraadah berarti berkehendak.
Allah Swt Maha Berkehendak (Muriidan). Ketika Allah Swt berkehendak, maka apapun niscaya terwujud, sebab Dia Maha Segala-galanya. Allah Swt. mempunyai kemauan dan kehendak sendiri dalam membuat alam semesta. Dia tidak akan pernah diperintah dan diatur pihak lain. Firman Allah yang menjelaskan wacana kehendak Allah Swt yaitu Q.S. Yasin [36]: 82 sebagai berikut:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Artinya: “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu”

i. 'Ilmu berarti mengetahui.
Allah Swt Maha Mengetahui ('âliman), mengetahui segalanya, baik secara zahir maupun batin. Semua insiden tidak sanggup lepas dari pengetahuan Allah Swt. Firman Allah Swt yang menjelaskan wacana sifat Allah Maha Mengetahui dalam Q.S. al-Hujuraat [49]:16.

قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: Katakanlah (kepada mereka), “Apakah kau akan memberitahukan kepada Allah wacana agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

j. Hayat berarti hidup.
Allah Swt Maha Hidup (Hayyan) selama-lamanya dan kekal abadi, sebab Allah Swt Maha Pencipta segala-galanya. Firman Allah Swt yang menjelaskan wacana sifat ini yaitu Q.S. Ali -Imran [3]: 2
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Artinya: "Allah, tidak ada yang kuasa selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus- menerus mengurus (makhluk-Nya)”

k. Sama' berarti mendengar.
Sifat Allah Swt Maha Mendengar disebut Sami‟an. Tidak ada suatu yang tidak didengar oleh Allah Swt. Firman Allah Swt yang menjelaskan sifat ini, yaitu Q.S. al-Hujurat [49]: 1
إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “…Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”

l. Bashar berarti melihat.
Sifat Allah Swt Maha Melihat disebut dengan Bashîran. Firman Allah Swt yang menjelaskan sifat ini terdapat dalam Q.S Al-Isra‘ [17]: 1
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: “…Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

m. Kalam berarti berfirman.
Sifat Allah Maha Berfirman disebut dengan Mutakalliman. Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril a.s yakni Al-Qur‘an. Al- Qur‘an menjadi mukjizat sepanjang masa atas kerasulan Muhammad Saw. dan sebagai bukti keberadaan firman Allah Swt. Selain Al- Qur‘an sebagai bukti firman Allah Swt, Allah Swt juga berfirman (berbicara) secara pribadi dengan beberapa rasul dan nabi-Nya, sebagaimana Q.S. An-Nisa‘ [4]: 164.
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
Artinya: “…Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung”

Dalam ayat ini, Allah berfirman (bicara) secara pribadi kepada Nabi Musa a.s, sehingga Nabi Musa a.s dijuluki dengan Kalimullah.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana dalil naqli sifat wajib bagi Allah Swt. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel