Rukun Doktrin | Pengertian Rukun Doktrin Dan Pembahasan Lengkap 6 Rukun Iman

A. Pengertian Rukun Iman.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, keyakinan ialah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melaksanakan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". 

Imam Syafi’i berkata, “Iman itu mencakup perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan alasannya ialah ketaatan dan berkurang dengan alasannya ialah kemaksiatan.”

Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melaksanakan amal, dan ia berkurang dengan alasannya ialah meninggalkan amal.”

Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari banyak sekali penjuru negeri, saya tidak pernah melihat mereka berselisih bersama-sama keyakinan ialah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”

B. Pembagian Rukun Iman.
1. Iman Kepada Allah Swt.
Iman kepada Allah ialah keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah Swt. Allah Swt Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Diantara unsur-unsur keimanan kepada Allah Swt ialah beriman pada sifat-sifat yang wajib bagi Allah Swt, tidak mungkin (muhal) bagi Allah Swt, dan jaiz bagi Allah Swt.

Dengan demikian beriman kepada Allah Swt ialah meyakini bahwa Allah Swt itu ada (wujud) yang keberadaan-Nya tidak tergantung pada yang lain. Allah Swt ialah dzat yang tepat dalam segala sifat-Nya dan suci dari segala kekurangan dan keburukan. Oleh lantaran itu Allah Swt dzat yang paling berhak disembah, lantaran Dia telah menciptakan, membina, mendidik dan menyediakan segala kebutuhan manusia. Diantara dasar keimanan perihal Allah Swt ini ialah QS. al-Anbiya’ : 22 dan QS. Ali Imran : 191.

لَوْ كَانَ فِيهِمَآ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 22)

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau membuat ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah Kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imran : 191)

2. Iman Kepada Malaikat.
Beriman kepada Malaikat ialah meyakini dengan penuh kesadaran bahwa Allah Swt membuat Malaikat dari cahaya. Rasulullah Saw. bersabda: "Para malaikat diciptakan Allah Swt dari cahaya, dan diciptakan-Nya jin dari api, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang dijelaskan pada kalian.” (HR. Muslim).

Iman kepada malaikat merupakan salah satu dari jenis keimanan kepada hal yang ghaib. Para malaikat yang wajib kita yakini ialah Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Munkar dan Nakir, Rakib, Atid, Ridwan, serta Malik.

Diantara firman Allah Swt yang memperkuat keyakinan kita terhadap adanya para Malaikat di atas ialah QS. Qaf : 17-18. Para malaikat sifat taat segala perintah Allah Swt dan tidak mendurhakainya (QS. at-Tahrim : 6). Malaikat Jibril kiprah utamanya ialah memberikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul Allah Swt (QS an-Nahl : 102).

إِذْ يَتَلَقَّى ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌ . مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“(yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. 18. tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf : 17-18)

لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim : 6)

قُلْ نَزَّلَهُۥ رُوحُ ٱلْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِٱلْحَقِّ لِيُثَبِّتَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar besar hati bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. an Nahl : 102)

Dengan beriman kepada malaikat, akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah Swt., lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.

3. Iman Kepada Kitab Suci.
Iman kepada kitab Allah ialah meyakini bahwa Allah Swt menurunkan wahyu melalui mediator malaikat Jibril. Kitab-kitab yang berasal dari firman Allah Swt. seluruhnya ada empat, yaitu Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s., Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as. dan al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sementara itu, firman Allah Swt. dalam bentuk suhuf diberikan kepada Nabi Ibrahim as. Sebagaimana firman Allah dalam QS al-Maidah : 48 dan QS al-A’lA : 19.

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ

“Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan kerikil ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu.” (QS al-Maidah : 48)

Beriman kepada kitab-kitab Allah Swt ialah beritikad bahwa Allah Swt menurunkan beberapa kitab kepada Rasul-rasulNya, untuk menjadi pedoman hidup manusia, baik secara individu maupun masyarakat.

Kitab-kitab Allah Swt yang diturunkan sebelum kitab suci al-Qur’an tidak bersifat universal ibarat al-Quran, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Oleh lantaran itu, tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan kitab-kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana halnya Allah Swt memperlihatkan jaminan terhadap al-Quran.

صُحُفِ إِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ

Artinya: "(yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa." (QS. al-A’la : 19)

4. Iman Kepada Nabi dan Rasul.
Iman kepada Nabi dan Rasul Allah Swt ialah meyakini bahwa Allah Swt. mengutus para Nabi dan Rasul untuk membawa kabar besar hati kepada umat manusia, memberi referensi budbahasa mulia dan berpegang teguh terhadap anutan Allah Swt. Jumlah para Nabi dan rasul Allah Swt sangat banyak dan tidak diketahui jumlahnya secara pasti, tetapi al-Quran menginformasikan keberadaan 25 Nabi dan Rasul. Kedua puluh lima Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam al-Quran ialah Nabi Adam as., Idris as., Nuh as., Hud as., Shaleh as., Ibrahim as., Luth as., Ismail as., Ishaq as., Yakub as., Yusuf as., Ayyub as., Syu'aib as., Musa as., Harun as., Zulkifli as., Daud as., Sulaiman as., Ilyas as., Ilyasa as., Ynus as., Zakaria as., Yahya as., Isa as., dan Muhammad Saw. sebagaimana disinggung dalam QS. an-Nisa’ :164, dengan kesempurnaan akhlak, dan QS. al-Aḥzab : 21.

وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

“Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan perihal mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan perihal mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung." (QS. An-Nisa' :164)

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri referensi yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari tamat zaman dan Dia banyak menyebut Allah." (QS al-Ahzab : 21)

Diantara sifat wajib yang ada pada diri Nabi dan Rasul Allah Swt adalah;

1) Siddiq. Siddiq artinya benar. Apa yang disabdakan Nabi ialah benar lantaran Nabi tidak berkata-kata kecuali apa yang diwahyukan Allah Swt.
2) Amanah. artinya benar-benar bisa dipercaya. Segala urusan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
3) Fathanah. artinya bijaksana dan cerdas. Nabi Saw. bisa memahami perintahperintah Allah Swt dan menghadapi penentangnya dengan bijaksana.
4) Tabligh. artinya menyampaikan. Nabi Saw. memberikan apa yang Allah Swt wahyukan kepadanya.

Sedangkan sifat-sifat yang tidak mungkin bagi para Rasul adalah:
1) Kizib (berbohong). Mustahil bagi para Rasul itu berbohong.
2) Khiyanah (berkhianat).
3) Kitman (menyembunyikan, maksudnya menyembunyikan wahyu).
4) Baladah (bodoh)

Adapun sifat yang jaiz bagi para Rasul adalah, Nabi dan Rasul mempunyai sifat-sifat insan namun tidak mengurangi derajat kenabian dan kerasulan mereka.

Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang telah diutus oleh Allah Swt., baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan namanya di dalam al-Qur’an. Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan, kiprah dan mukjizatnya masing-masing ibarat yang diperintahkan oleh Allah Swt.

5. Iman Kepada Hari Akhir.
Beriman kepada hari akhir ialah meyakini bahwa insan akan mengalami kesudahan dan dimintai tanggung jawab kelak di kemudian hari. Al-Quran selalu menggugah hati dan pikiran insan dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa hari akhirat, dengan nama-nama yang unik, contohnya al-Zalzalah, al-Qari’ah, an-Naba', al-Qiyamah. Istilah-istilah tersebut mencerminkan insiden dan keadaan yang bakal dihadapi oleh insan pada ketika itu. Di samping penggambaran insiden hari akhir, al-Quran juga memberi informasi perihal kesudahan insan yang dimulai dari alam barzakh sampai penentuan jawaban yang berujung pada neraka bagi mereka yang ringan timbangan amal kebaikannya dan jawaban berupa nirwana bagi yang berat timbangan kebaikannya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Qiyamah : 1-8

لَآ أُقْسِمُ بِيَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ . وَلَآ أُقْسِمُ بِٱلنَّفْسِ ٱللَّوَّامَةِ . أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَٰنُ أَلَّن نَّجْمَعَ عِظَامَهُۥ . بَلَىٰ قَٰدِرِينَ عَلَىٰٓ أَن نُّسَوِّىَ بَنَانَهُۥ . بَلْ يُرِيدُ ٱلْإِنسَٰنُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُۥ . يَسْـَٔلُ أَيَّانَ يَوْمُ ٱلْقِيَٰمَةِ . فَإِذَا بَرِقَ ٱلْبَصَرُ . وَخَسَفَ ٱلْقَمَرُ

Artinya:“1. Aku bersumpah demi hari kiamat, 2. dan Aku bersumpah dengan jiwa yang Amat meratapi (dirinya sendiri). 3. Apakah insan mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? 4. bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. 5. bahkan insan itu hendak membuat maksiat terus menerus. 6. ia berkata: “Bilakah hari tamat zaman itu?” 7. Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), 8. dan apabila bulan telah hilang cahayaNya,

Keimanan kepada Allah Swt berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah Swt menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan gres tepat dengan keyakinan perihal adanya hari akhirat. Demi tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan gres dimana semua pihak akan memperoleh secara adil dan tepat hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing.

f. Iman Kepada Qada’ dan Qadar.
Menurut bahasa, qada’ mempunyai beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan, pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah qada’ ialah ketetapan Allah Swt semenjak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya perihal segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan qadar ialah terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qada’). Iman kepada qada’ dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt telah memilih perihal segala sesuatu bagi makhluknya, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS al-Furqan : 2.

ٱلَّذِى لَهُۥ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ شَرِيكٌ فِى ٱلْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍ فَقَدَّرَهُۥ تَقْدِيرًا

“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah membuat segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. al-Furqan : 2)

Para ulama Kalam membagi takdir dalam dua macam, yakni takdir muallaq dan takdir mubram. Takdir muallaq berkaitan dengan ikhtiar insan sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. ar-Ra’du : 11. Misalnya seorang siswa sanggup mengerjakan kiprah guru dengan baik bila berguru dengan sungguh-sungguh.

Sedangkan takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada diri insan dan tidak sanggup diusahakan, ibarat kematian.

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah (keadaan) sesuatu kaum sehingga mereka merubah (keadaan) mereka sendiri.” (QS ar-Ra’du : 11)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal pengertian rukun keyakinan dan pembahasan 6 rukun iman. Sumber Buku Ilmu Kalam Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel