Syarat-Syarat Harta Wajib Zakat
Wednesday, April 15, 2020
Edit
Setiap harta yang wajib dikeluarkan zakatnya mempunyai syarat tertentu yang wajib dipenuhi semoga sah dan sesuai dengan hukum yang dianjurkan agama. Ada pun syarat-syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, adalah:
1. Hewan
a. Sampai satu nishab;
b. Harta yang dizakatkan berupa harta kepemilikan penuh (al-milk al-taam), baik bersifat perorangan maupun syirkah. Harta yang masuk kepemilikan umum menyerupai milik masjid, madrasah, dan jam’iyah atau miliknya budak, maka gugur kewajiban zakatnya. Harta menyerupai hutang-piutang, mabi’ yang belum diambil oleh pembeli dan barang yang hilang, tetap wajib dizakati;
c. Haul (perputaran satu tahun penuh) dengan mengikuti kalender Hijriyah;
d. Tidak untuk dipekerjakan, menyerupai harta yang disewakan;
e. Digembala di daerah yang tidak dipungut biaya, termasuk milik sendiri dalam lebih banyak didominasi satu tahun.
Syarat-syarat di atas lebih banyak didominasi disepakati oleh empat mazhab, kecuali Mazhab Maliki, alasannya ialah Mazhab Maliki tidak memasukkan poin nomor empat dan lima sebagai syarat wajibnya zakat.
2. Naqd (Emas dan Perak)
a. Harta yang dimiliki atau dikuasai secara penuh (al-milk al-taam);
b. Hitungannya sampatu satu nishab;
c. Tidak mempunyai tanggungan hutang-piutang berdasarkan al-Madzahib al-Tsalatsah (madzhab yang tiga), selain Syafi‟iyah;
d. Haul (perputaran satu tahun penuh) mengikuti kelender Hijriyah;
e. Bukan emas yang digunakan untuk perhiasan;
Perlu diingat bahwa berdasarkan Mazhab Hanafi tambahan yang diperbolehkan (alhuliy al-mubah) tetap wajib dizakati. (lihat Mauhibah Dzi al-Fadhl 4/ ), dan b) berdasarkan sebagian ulama, uang kertas wajib dikeluarkan zakatnya, laiknya emas dan perak. Sedangkan nishab dan kadar zakatnya sama dengan emas dan perak.
3. Hasil Bumi
a. Ditanam. Menurut Syeikh Mahfuzh Termas, pendapat yang lebih berpengaruh ialah yang tidak mewajibkan ini. (lihat: Mauhibah Dzi al-Fadhl);
b. Berupa biji-bijian yang menjadi masakan pokok dan sanggup disimpan dalam waktu yang lama;
c. Tidak mempunyai hutang, berdasarkan Hanabilah;
d. Satu nishab (dalam hal ini mazhab Hanafi tidak mensyaratkan nishab).
Perlu diperhatikan bahwa flora sejenis yang dipanen dalam masa satu tahun, harus dikumpulkan sampai mencapai nishab semoga sanggup ditentukan kadar zakatnya. Jika selama ditanam pengairannya tidak dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan sebanyak 10 %. Jika memakai biaya, maka zakat yang dikeluarkannya 5 %. Jika dalam pengairannya berlaku setengah tahun dipungut biaya dan setengah tahunnya lagi tidak dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan 7,5 %. Ada pun biaya selain pengairan menyerupai pupuk, racun, obat, dan upah buruh tidak termasuk biaya yang mensugesti kadar zakat.
4. Buah-buahan
a. Harta kepemilikan penuh (al-milk al-taam);
b. Mencapai satu nishab. Kewajiban ini tidak berlaku dalam Mazhab Hanafiyah. Hal ini mempunyai konsekwensi bahwa setiap buah-buahan harus dikeluarkan zakatnya.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama, buah-buahan satu sejenis yang dipanen dalam masa satu tahun, baik zuru’ maupun tsimar, maka dikumpulkan dalam menjumlah nishab dan memilih kadar zakatnya (lihat: Bughyah al-Mustarsyidin).
Apabila dalam pengairan tidak dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan sebanyak 10 %. Apabila pengairannya dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan 5%. Apabila pengairan selama setengah tahun dipungut biaya dan setengah tahunnya lagi tidak dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan 7,5 %. Biaya selain pengairan, menyerupai pupuk, obat, dan ongkos orang yang mengu rus air tidak termasuk biaya yang memengaruhi kadar zakat. Kedua, piutang, barang yang dijual (mabi’) yang belum diambil oleh pembeli serta barang yang hilang, tetap wajib dikeluarkan zakatnya.
5. Hasil Perdagangan (Tijarah)
Tijarah berarti perdagangan. Pengertian ini berarti setiap harta yang dikembangkan untuk keuntungan keuntungan dengan cara tukar-menukar (mu’awadhah) barang atau dengan sistem jual beli. Sebagian ulama dari Mazhab Malikiyah beropini bahwa senya-menyewa termasuk dalam perdagangan.. Harta warisan tidak termasuk tijarah, sehingga tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Dalam kitab Hasyiyah ad-Dasuqi dijelaskan bahwa syarat-syarat zakat tijarah sebagai berikut:
a. Harta tersebut harus diniati untuk diperdagangkan. Mazhab Malikiyyah memasukkan kategori tersebut termasuk niat memperdagangkan dikala membeli barang, walau pun disertai niat untuk digunakan sendiri atau disewakan;
b. Barang yang diperdagangkan harus diperoleh dari proses jual beli atau imbalan dari komitmen persewaan;
c. Harta kepemilikan penuh (al-milk al-taam);
d. Satu nishab (kurs semua sebanyak harta nishabnya emas, termasuk harta yang ada di orang lain);
e. Harta diperdagangkan satu tahun penuh berdasarkan kalender hijriyah. Madzhab Malikiyah memperlihatkan catatan bahwa harta dagangan yang bersifat investasi menyerupai membeli tanah dengan niat dijual ketika harga tinggi, maka zakatnya wajib dikeluarkan ketika sudah laku.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana syarat-syarat harta wajib zakat. Sumber Pendalaman Materi Fikih Modul 3 Penyusun: Muh. Shabir Umar, Kementerian Agama Republik Indonesia JAKARTA 2019. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
1. Hewan
a. Sampai satu nishab;
b. Harta yang dizakatkan berupa harta kepemilikan penuh (al-milk al-taam), baik bersifat perorangan maupun syirkah. Harta yang masuk kepemilikan umum menyerupai milik masjid, madrasah, dan jam’iyah atau miliknya budak, maka gugur kewajiban zakatnya. Harta menyerupai hutang-piutang, mabi’ yang belum diambil oleh pembeli dan barang yang hilang, tetap wajib dizakati;
c. Haul (perputaran satu tahun penuh) dengan mengikuti kalender Hijriyah;
d. Tidak untuk dipekerjakan, menyerupai harta yang disewakan;
e. Digembala di daerah yang tidak dipungut biaya, termasuk milik sendiri dalam lebih banyak didominasi satu tahun.
Syarat-syarat di atas lebih banyak didominasi disepakati oleh empat mazhab, kecuali Mazhab Maliki, alasannya ialah Mazhab Maliki tidak memasukkan poin nomor empat dan lima sebagai syarat wajibnya zakat.
2. Naqd (Emas dan Perak)
a. Harta yang dimiliki atau dikuasai secara penuh (al-milk al-taam);
b. Hitungannya sampatu satu nishab;
c. Tidak mempunyai tanggungan hutang-piutang berdasarkan al-Madzahib al-Tsalatsah (madzhab yang tiga), selain Syafi‟iyah;
d. Haul (perputaran satu tahun penuh) mengikuti kelender Hijriyah;
e. Bukan emas yang digunakan untuk perhiasan;
Perlu diingat bahwa berdasarkan Mazhab Hanafi tambahan yang diperbolehkan (alhuliy al-mubah) tetap wajib dizakati. (lihat Mauhibah Dzi al-Fadhl 4/ ), dan b) berdasarkan sebagian ulama, uang kertas wajib dikeluarkan zakatnya, laiknya emas dan perak. Sedangkan nishab dan kadar zakatnya sama dengan emas dan perak.
3. Hasil Bumi
a. Ditanam. Menurut Syeikh Mahfuzh Termas, pendapat yang lebih berpengaruh ialah yang tidak mewajibkan ini. (lihat: Mauhibah Dzi al-Fadhl);
b. Berupa biji-bijian yang menjadi masakan pokok dan sanggup disimpan dalam waktu yang lama;
c. Tidak mempunyai hutang, berdasarkan Hanabilah;
d. Satu nishab (dalam hal ini mazhab Hanafi tidak mensyaratkan nishab).
Perlu diperhatikan bahwa flora sejenis yang dipanen dalam masa satu tahun, harus dikumpulkan sampai mencapai nishab semoga sanggup ditentukan kadar zakatnya. Jika selama ditanam pengairannya tidak dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan sebanyak 10 %. Jika memakai biaya, maka zakat yang dikeluarkannya 5 %. Jika dalam pengairannya berlaku setengah tahun dipungut biaya dan setengah tahunnya lagi tidak dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan 7,5 %. Ada pun biaya selain pengairan menyerupai pupuk, racun, obat, dan upah buruh tidak termasuk biaya yang mensugesti kadar zakat.
4. Buah-buahan
a. Harta kepemilikan penuh (al-milk al-taam);
b. Mencapai satu nishab. Kewajiban ini tidak berlaku dalam Mazhab Hanafiyah. Hal ini mempunyai konsekwensi bahwa setiap buah-buahan harus dikeluarkan zakatnya.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama, buah-buahan satu sejenis yang dipanen dalam masa satu tahun, baik zuru’ maupun tsimar, maka dikumpulkan dalam menjumlah nishab dan memilih kadar zakatnya (lihat: Bughyah al-Mustarsyidin).
Apabila dalam pengairan tidak dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan sebanyak 10 %. Apabila pengairannya dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan 5%. Apabila pengairan selama setengah tahun dipungut biaya dan setengah tahunnya lagi tidak dipungut biaya, maka zakat yang dikeluarkan 7,5 %. Biaya selain pengairan, menyerupai pupuk, obat, dan ongkos orang yang mengu rus air tidak termasuk biaya yang memengaruhi kadar zakat. Kedua, piutang, barang yang dijual (mabi’) yang belum diambil oleh pembeli serta barang yang hilang, tetap wajib dikeluarkan zakatnya.
5. Hasil Perdagangan (Tijarah)
Tijarah berarti perdagangan. Pengertian ini berarti setiap harta yang dikembangkan untuk keuntungan keuntungan dengan cara tukar-menukar (mu’awadhah) barang atau dengan sistem jual beli. Sebagian ulama dari Mazhab Malikiyah beropini bahwa senya-menyewa termasuk dalam perdagangan.. Harta warisan tidak termasuk tijarah, sehingga tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Dalam kitab Hasyiyah ad-Dasuqi dijelaskan bahwa syarat-syarat zakat tijarah sebagai berikut:
a. Harta tersebut harus diniati untuk diperdagangkan. Mazhab Malikiyyah memasukkan kategori tersebut termasuk niat memperdagangkan dikala membeli barang, walau pun disertai niat untuk digunakan sendiri atau disewakan;
b. Barang yang diperdagangkan harus diperoleh dari proses jual beli atau imbalan dari komitmen persewaan;
c. Harta kepemilikan penuh (al-milk al-taam);
d. Satu nishab (kurs semua sebanyak harta nishabnya emas, termasuk harta yang ada di orang lain);
e. Harta diperdagangkan satu tahun penuh berdasarkan kalender hijriyah. Madzhab Malikiyah memperlihatkan catatan bahwa harta dagangan yang bersifat investasi menyerupai membeli tanah dengan niat dijual ketika harga tinggi, maka zakatnya wajib dikeluarkan ketika sudah laku.