Makkiyah Dan Madaniyah | Pengertian, Dasar Penetapan Dan Karakteristik Makkiyah Dan Madaniyah
Wednesday, April 15, 2020
Edit
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Secara garis besar, surat-surat dalam Alquran terbagi atas dua bagian, yaitu surat-surat makkiyah dan surat-surat madaniyah. Dalam studi Alquran, ilmu makkiyah dan madaniyah merupakan bidang kajian yang membedakan fase penting turunnya al-Alquran baik pada tataran isi maupun struktur. Para ulama berbeda pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan makkiyah dan madaniyah, khususnya terkait batasan antara mana yang makkiyah dan mana yang madaniyah, baik dari sisi isi maupun strukturnya. Oleh alasannya ialah itu, ada beberapa pandangan yang sanggup kita telusuri untuk memilih definisi makkiyah dan madaniyah
Jika merujuk pada daerah turunnya ayat, pengertian makkiyah ialah ayat-ayat al-Alquran yang turun di Makkah dan sekitarnya (Mina, Arafah, Hudaibiyah, dll.), baik waktu turunnya sebelum Nabi Saw. Melakukan hijrah maupun sesudahnya. Sedangkan madaniyah ialah ayat-ayat alAlquran yang turun di Madinah atau sekitarnya (Badar, Sal’, Uhud, dll.), baik waktu turunnya sebelum Nabi Muhammad Saw. berhijrah atau sesudahnya.
Menurut sebagian ulama lain, dengan melihat sejarah waktu turunnya ayat al-Alquran, makkiyah ialah ayat yang turun sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah, sedangkan madaniyah ialah ayat yang turun setelah Nabi berhijrah. Pandangan ini banyak pendukungnya, baik dari mayoritas ulama klasik, modern, maupun ulama kontemporer.
Makkiyah juga sanggup dimaknai sebagai ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada penduduk Kota Makkah, sedangkan madaniyah ialah ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada penduduk kota Madinah dengan memakai panggilan يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ (wahai orang-orang yang beriman). Jika merujuk pada pandangan ini, rumusan makkiyah dan madaniyah lebih gampang dimengerti dan dikenali berpandu pada kriteria panggilan (nida’) yang khas dari keduanya tersebut. Namun demikian, pandangan ini masih mempunyai kejanggalan alasannya ialah beberapa hal diantaranya
1) rumusan pengertiannya tidak sanggup dijadikan ketentuan alasannya ialah tidak meliputi seluruh ayat Alquran. Dari 6236 ayat dalam alAlquran, hanya ada 511 ayat yang dimulai dengan panggilan (nida’),
2) rumusan kriterianya tidak sanggup diberlakukan secara menyeluruh, contohnya pada surat al-Baqarah: 21 dan Q.S. anNisa: 1 diawali dengan nida’ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ namun bukan termasuk surat Makkiyah.
Pandangan terakhir merujuk pada isi ayat al-Alquran. Ayat-ayat atau surat yang memuat kisah umat dan para Nabi terdahulu disebut dengan makkiyah, sedangkan madaniyah ialah ayat atau surat yang berisi perihal aturan hudud, faraid, dan sebagainya.
B. Dasar Penetapan Makkiyah dan Madaniyah
Dalam al-Burhan fi Ulum, diuraikan bahwa ada dua cara untuk mengenali ayat dan surat yang termasuk kategori makkiyah dan madaniyah, yaitu cara sima’iy dan qiyasiy. Pengenalan cara sima’iy ialah pengetahuan ayat dan surat makkiyah dan madaniyah yang diperoleh berdasarkan riwayat. Sedangkan pengenalan cara qiyasiy ialah pengetahuan ayat dan surat makkiyah dan madaniyah berdasarkan kriterianya yang menonjol tersebut, antara lain; melalui ciri khitabnya, kandungannya, redaksi dan uslubnya, dan sebagainya.
Menurut cara qiyasiy, ada dua pijakan yang dijadikan pola yakni (As-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum Al-Alquran)
1. Dasar aghlabiyah
Suatu surat bila mayoritas ayat-ayatnya ialah makkiyah, surat tersebut disebut makkiyah. Demikian juga sebaliknya, kalau mayoritas ayat-ayatnya ialah madaniyah, surat tersebut disebut madaniyah.
2. Dasar tabi’iyah
Suatu surat kalau didahului dengan ayat-ayat yang turun di Makkah (sebelum hijrah), surat tersebut disebut makkiyah. Demikian juga sebaliknya, kalau didahului dengan ayat-ayat yang turun di Madinah (sesudah hijrah), surat tersebut disebut madaniyah.
C. Karakteristik Makkiyah dan Madaniyah
Dalam sejarah penurunan Alquran dikenal dua periode yang masing-masing mempunyai ciri tersendiri yaitu periode makkiyah dan madaniyah. Ayat-ayat yang diturunkan pada pereode makkiyah hampir seluruhnya menjelaskan persoalanpersoalan dogma yang pada umumnya menjelaskan perihal orang-orang musyrik, memuat banyak mirip dan perumpamaan (al-’ibrah wa al-amtsal), serta mengarahkan mereka kepada perubahan pola pikir dari peninggalam nenek moyang mereka.
Sementara ayat-ayat yang diturunkan pada pereode madaniyah umumnya mengarah kepada pembentukan dan training kehidupan sosial sehingga ayat-ayatnya mayoritas berkaitan dengan persoalan-persoalan aturan dalam hubungan sosial kemasyarakatan, mirip aturan kekeluargaan dan hubungan antara orang Islam dan nonIslam. Secara terperinci, karakteristik surat-surat makkiyah dijabarkan sebagai berikut
a. Berisi Nida يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ
b. di dalamnya terdapat lafal “kalla” (Dalam seluruh alAlquran, lafal tersebut terdapat 33 kali dalam 25 surah di bab final Mushaf Ustmani)
c. di dalamnya terdapat ayat-ayat sajdah
d. diawali dengan huruf-huruf tahajji seperti ف dan ق
e. memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu
f. di dalamnya terdapat kisah perihal kemusyrikan
g. di dalamnya terdapat keterangan budbahasa istiadat orang kafir, orang musyrik, orang yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan sebagainya
h. isinya memberi pemfokusan kasus tauhid atau akidah
i. kebanyakan ayat dan suratnya pendek.
Sementara surat madaniyah, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berisi Nida يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
b. memuat aturan pidana (hudud) dalam Q.S. al-Baqarah, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah, Q.S. ash-Shura, dan pada ayatayat lain
c. memuat aturan fara’id (Q.S. al-Baqarah, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah)
d. berisi izin jihad fi sabilillah (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Anfal, Q.S. at-Taubah, Q.S. al-Hajj)
e. berisi keterangan perihal karakter orang-orang munafiq (kecuali Q.S. al-Ankabut) dalam Q.S. an-Nisa, Q.S. al-Anfal, Q.S. at-Taubah, Q.S. al-Ahzab, Q.S. al-Fath, Q.S. al-Hadid, Q.S. al-Munafiqun, Q.S. at-Tahrim)
f. berisi aturan ibadah (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah, Q.S. al-Anfal, Q.S. at-Taubah, Q.S. al-Hajj, Q.S. an-Nur, dll)
g. berisi aturan muamalah mirip jual beli, sewa-menyewa, gadai, utang-piutang, dan sebagainya (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah, dll)
h. berisi aturan munakahat, baik mengenai nikah cerai rujuk, hadanah (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah, dll)
i. berisi aturan kemasyarakatan, kenegaraan, mirip permusyawaratan, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan dan sebagainya (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. al-Maidah, Q.S. al-Anfal, Q.S. at-Taubah, Q.S. alHujurat, dan sebagainya)
j. berisi dakwah kepada pemeluk Yahudi dan Katolik (Q.S. alBaqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. al-Fath, Q.S. al-Hujurat, dan sebagainya)
k. kebanyakan ayat dan suratnya panjang.
Beberapa karakteristik yang diuraikan di atas merupakan karakteristik yang menonjol saja. Demikian juga terkait kriteria isi, juga tidak pasti. Selama ini berdasarkan Nasr Hamid Abu Zaid kriteria itu berdasarkan hasil hipotesis dan belum final, tetapi kriteria waktu harus tetap dipertimbangkan secara bersamaan dengan kriteria teks itu sendiri, baik dari sisi isi, maupun dari sisi strukturnya
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal pengertian Makkiyah dan Madaniyah, Dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah dan karakteristik Makkiyah dan Madaniyah. Sumber Modul 1 Materi Al-Quran Hadits PPG dalam Jabatan Tahun 2019 Kementerian Agama Republik Indonesia JAKARTA 2019. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Secara garis besar, surat-surat dalam Alquran terbagi atas dua bagian, yaitu surat-surat makkiyah dan surat-surat madaniyah. Dalam studi Alquran, ilmu makkiyah dan madaniyah merupakan bidang kajian yang membedakan fase penting turunnya al-Alquran baik pada tataran isi maupun struktur. Para ulama berbeda pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan makkiyah dan madaniyah, khususnya terkait batasan antara mana yang makkiyah dan mana yang madaniyah, baik dari sisi isi maupun strukturnya. Oleh alasannya ialah itu, ada beberapa pandangan yang sanggup kita telusuri untuk memilih definisi makkiyah dan madaniyah
Jika merujuk pada daerah turunnya ayat, pengertian makkiyah ialah ayat-ayat al-Alquran yang turun di Makkah dan sekitarnya (Mina, Arafah, Hudaibiyah, dll.), baik waktu turunnya sebelum Nabi Saw. Melakukan hijrah maupun sesudahnya. Sedangkan madaniyah ialah ayat-ayat alAlquran yang turun di Madinah atau sekitarnya (Badar, Sal’, Uhud, dll.), baik waktu turunnya sebelum Nabi Muhammad Saw. berhijrah atau sesudahnya.
Menurut sebagian ulama lain, dengan melihat sejarah waktu turunnya ayat al-Alquran, makkiyah ialah ayat yang turun sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah, sedangkan madaniyah ialah ayat yang turun setelah Nabi berhijrah. Pandangan ini banyak pendukungnya, baik dari mayoritas ulama klasik, modern, maupun ulama kontemporer.
Makkiyah juga sanggup dimaknai sebagai ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada penduduk Kota Makkah, sedangkan madaniyah ialah ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada penduduk kota Madinah dengan memakai panggilan يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ (wahai orang-orang yang beriman). Jika merujuk pada pandangan ini, rumusan makkiyah dan madaniyah lebih gampang dimengerti dan dikenali berpandu pada kriteria panggilan (nida’) yang khas dari keduanya tersebut. Namun demikian, pandangan ini masih mempunyai kejanggalan alasannya ialah beberapa hal diantaranya
1) rumusan pengertiannya tidak sanggup dijadikan ketentuan alasannya ialah tidak meliputi seluruh ayat Alquran. Dari 6236 ayat dalam alAlquran, hanya ada 511 ayat yang dimulai dengan panggilan (nida’),
2) rumusan kriterianya tidak sanggup diberlakukan secara menyeluruh, contohnya pada surat al-Baqarah: 21 dan Q.S. anNisa: 1 diawali dengan nida’ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ namun bukan termasuk surat Makkiyah.
Pandangan terakhir merujuk pada isi ayat al-Alquran. Ayat-ayat atau surat yang memuat kisah umat dan para Nabi terdahulu disebut dengan makkiyah, sedangkan madaniyah ialah ayat atau surat yang berisi perihal aturan hudud, faraid, dan sebagainya.
B. Dasar Penetapan Makkiyah dan Madaniyah
Dalam al-Burhan fi Ulum, diuraikan bahwa ada dua cara untuk mengenali ayat dan surat yang termasuk kategori makkiyah dan madaniyah, yaitu cara sima’iy dan qiyasiy. Pengenalan cara sima’iy ialah pengetahuan ayat dan surat makkiyah dan madaniyah yang diperoleh berdasarkan riwayat. Sedangkan pengenalan cara qiyasiy ialah pengetahuan ayat dan surat makkiyah dan madaniyah berdasarkan kriterianya yang menonjol tersebut, antara lain; melalui ciri khitabnya, kandungannya, redaksi dan uslubnya, dan sebagainya.
Menurut cara qiyasiy, ada dua pijakan yang dijadikan pola yakni (As-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum Al-Alquran)
1. Dasar aghlabiyah
Suatu surat bila mayoritas ayat-ayatnya ialah makkiyah, surat tersebut disebut makkiyah. Demikian juga sebaliknya, kalau mayoritas ayat-ayatnya ialah madaniyah, surat tersebut disebut madaniyah.
2. Dasar tabi’iyah
Suatu surat kalau didahului dengan ayat-ayat yang turun di Makkah (sebelum hijrah), surat tersebut disebut makkiyah. Demikian juga sebaliknya, kalau didahului dengan ayat-ayat yang turun di Madinah (sesudah hijrah), surat tersebut disebut madaniyah.
C. Karakteristik Makkiyah dan Madaniyah
Dalam sejarah penurunan Alquran dikenal dua periode yang masing-masing mempunyai ciri tersendiri yaitu periode makkiyah dan madaniyah. Ayat-ayat yang diturunkan pada pereode makkiyah hampir seluruhnya menjelaskan persoalanpersoalan dogma yang pada umumnya menjelaskan perihal orang-orang musyrik, memuat banyak mirip dan perumpamaan (al-’ibrah wa al-amtsal), serta mengarahkan mereka kepada perubahan pola pikir dari peninggalam nenek moyang mereka.
Sementara ayat-ayat yang diturunkan pada pereode madaniyah umumnya mengarah kepada pembentukan dan training kehidupan sosial sehingga ayat-ayatnya mayoritas berkaitan dengan persoalan-persoalan aturan dalam hubungan sosial kemasyarakatan, mirip aturan kekeluargaan dan hubungan antara orang Islam dan nonIslam. Secara terperinci, karakteristik surat-surat makkiyah dijabarkan sebagai berikut
a. Berisi Nida يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ
b. di dalamnya terdapat lafal “kalla” (Dalam seluruh alAlquran, lafal tersebut terdapat 33 kali dalam 25 surah di bab final Mushaf Ustmani)
c. di dalamnya terdapat ayat-ayat sajdah
d. diawali dengan huruf-huruf tahajji seperti ف dan ق
e. memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu
f. di dalamnya terdapat kisah perihal kemusyrikan
g. di dalamnya terdapat keterangan budbahasa istiadat orang kafir, orang musyrik, orang yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan sebagainya
h. isinya memberi pemfokusan kasus tauhid atau akidah
i. kebanyakan ayat dan suratnya pendek.
Sementara surat madaniyah, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berisi Nida يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
b. memuat aturan pidana (hudud) dalam Q.S. al-Baqarah, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah, Q.S. ash-Shura, dan pada ayatayat lain
c. memuat aturan fara’id (Q.S. al-Baqarah, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah)
d. berisi izin jihad fi sabilillah (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Anfal, Q.S. at-Taubah, Q.S. al-Hajj)
e. berisi keterangan perihal karakter orang-orang munafiq (kecuali Q.S. al-Ankabut) dalam Q.S. an-Nisa, Q.S. al-Anfal, Q.S. at-Taubah, Q.S. al-Ahzab, Q.S. al-Fath, Q.S. al-Hadid, Q.S. al-Munafiqun, Q.S. at-Tahrim)
f. berisi aturan ibadah (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah, Q.S. al-Anfal, Q.S. at-Taubah, Q.S. al-Hajj, Q.S. an-Nur, dll)
g. berisi aturan muamalah mirip jual beli, sewa-menyewa, gadai, utang-piutang, dan sebagainya (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah, dll)
h. berisi aturan munakahat, baik mengenai nikah cerai rujuk, hadanah (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. an-Nisa’, Q.S. al-Maidah, dll)
i. berisi aturan kemasyarakatan, kenegaraan, mirip permusyawaratan, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan dan sebagainya (Q.S. al-Baqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. al-Maidah, Q.S. al-Anfal, Q.S. at-Taubah, Q.S. alHujurat, dan sebagainya)
j. berisi dakwah kepada pemeluk Yahudi dan Katolik (Q.S. alBaqarah, Q.S. al-Imran, Q.S. al-Fath, Q.S. al-Hujurat, dan sebagainya)
k. kebanyakan ayat dan suratnya panjang.
Beberapa karakteristik yang diuraikan di atas merupakan karakteristik yang menonjol saja. Demikian juga terkait kriteria isi, juga tidak pasti. Selama ini berdasarkan Nasr Hamid Abu Zaid kriteria itu berdasarkan hasil hipotesis dan belum final, tetapi kriteria waktu harus tetap dipertimbangkan secara bersamaan dengan kriteria teks itu sendiri, baik dari sisi isi, maupun dari sisi strukturnya