Pengertian Aliran Maturidiyah, Kepercayaan Pedoman Dan Sekte Aliran Maturidiyah
Sunday, April 26, 2020
Edit
A. Pengertian Aliran Maturidiyah.
Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad al-Maturidi. Aliran Maturidiyah ialah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami. Aliran Maturidiyah digolongkan dalam aliran Ahlussunnah wal Jamaah yang bercorak rasional.
Dilihat dari metode berpikir aliran Maturidiyah, berpegang pada keputusan budi pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jikalau hal itu bertentangan dengan syara’, maka budi harus tunduk kepada keputusan syara’. Berdasarkan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran al-Quran yaitu kewajiban melaksanakan daypikir budi disertai proteksi ayat-ayat dalam penafsiran al-Quran.
B. Doktrin Ajaran.
1. Akal dan Wahyu.
Al-Maturidi dalam pemikiran teologinya menurut pada al-Quran dan akal, budi banyak dipakai diantaranya alasannya ialah dipengaruhi oleh Mazhab Imam Abu Hanifah. Menurut al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan sanggup diketahui dengan akal. Jika budi tidak mempunyai kemampuan tersebut, maka tentunya Allah Swt tidak akan memerintahkan insan untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan budi untuk memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah Swt. Al-Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan budi pada tiga macam, yaitu :
1) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu.
2) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu,
3) Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk wahyu.
2. Perbuatan Manusia.
Perbuatan insan ialah ciptaan Allah Swt, alasannya ialah segala sesuatu dalam wujud ini ialah ciptaan-Nya. Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah Swt mengharuskan insan untuk mempunyai kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) semoga kewajiban yang dibebankan kepadanya sanggup dilaksanakan. Dalam hal ini al-Maturidi mempertemukan antara ikhtiar insan dengan qudrat Allah Swt sebagai pencipta perbuatan manusia. Allah Swt mencipta daya (kasb/berusaha) dalam setiap diri insan dan insan bebas memakainya, dengan demikian tidak ada kontradiksi sama sekali antara qudrat Allah Swt dan ikhtiar manusia.
3. Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan.
Penjelasan di atas menandakan bahwa Allah Swt mempunyai kehendak dalam sesuatu yang baik atau buruk. Tetapi, pernyataan ini tidak berarti bahwa Allah Swt berbuat sekehendak dan sewenang-wenang. Hal ini alasannya ialah qudrat tidak sewenang wenang (absolute), tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.
4. Sifat Tuhan.
Tuhan mempunyai sifat-sifat menyerupai sama’, bashar, kalam, dan sebagainya. Sifat-sifat Tuhan itu mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain az-zat wa la hiya ghairuhu).
5. Melihat Tuhan.
Al-Maturidi menyampaikan bahwa insan sanggup melihat Tuhan, hal ini diberitakan dalam. QS. al Qiyamah: 22-23 :
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya lah mereka melihat."
6. Kalam Tuhan.
Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan aksara dan bersuara dengan kalam nafsi. Kalam nafsi ialah sifat qadīm bagi Allah Swt, sedangkan kalam yang tersusun dari aksara dan bunyi ialah gres (hadis). Kalam nafsi tidak sanggup kita ketahui hakikatnya dari bagaimana Allah Swt bersifat dengannya, kecuali dengan suatu perantara.
7. Perbuatan Tuhan.
Semua yang terjadi atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan, kecuali alasannya ialah da hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri. Tuhan tidak akan membebankan kewajiban di luar kemampuan manusia, alasannya ialah hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan insan diberikan kebebasan oleh Allah Swt dalam kemampuan dan perbuatannya, eksekusi atau bahaya dan kesepakatan terjadi alasannya ialah merupakan tuntutan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.
8. Pengutusan Rasul.
Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi, tanpa mengikuti pedoman wahyu yang disampaikan oleh rasul berarti insan telah membebankan sesuatu yang berada di luar kemampuan akalnya.
9. Pelaku Dosa Besar.
Al-Maturidi beropini bahwa pelaku dosa besar tidak kafir dan tidak awet di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini alasannya ialah Tuhan telah menjanjikan akan memperlihatkan akhir kepada insan sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka ialah akhir untuk orang musyrik.
10 Iman.
Dalam problem iman, aliran Maturidiyah beropini bahwa iman ialah taá¹£diq bi al-qalb (membenarkan dalam hati), bukan semata iqrar bi al-lisan (diucapkan dengan lisan).
C. Sekte Aliran Maturidiyah.
1. Sekte Samarkand.
Golongan ini dalah pengikut al-Maturidi sendiri, golongan ini cenderung ke arah paham Mu’tazilah.
2. Sekte Bukhara.
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut al-Maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Sekte Bukhara ialah pengikut-pengikut al-Bazdawi di dalam aliran al-Maturidiyah, yang mempunyai pendapat lebih akrab kepada pendapatpendapat al-Asy’ary
Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad al-Maturidi. Aliran Maturidiyah ialah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami. Aliran Maturidiyah digolongkan dalam aliran Ahlussunnah wal Jamaah yang bercorak rasional.
Dilihat dari metode berpikir aliran Maturidiyah, berpegang pada keputusan budi pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jikalau hal itu bertentangan dengan syara’, maka budi harus tunduk kepada keputusan syara’. Berdasarkan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran al-Quran yaitu kewajiban melaksanakan daypikir budi disertai proteksi ayat-ayat dalam penafsiran al-Quran.
B. Doktrin Ajaran.
1. Akal dan Wahyu.
Al-Maturidi dalam pemikiran teologinya menurut pada al-Quran dan akal, budi banyak dipakai diantaranya alasannya ialah dipengaruhi oleh Mazhab Imam Abu Hanifah. Menurut al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan sanggup diketahui dengan akal. Jika budi tidak mempunyai kemampuan tersebut, maka tentunya Allah Swt tidak akan memerintahkan insan untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan budi untuk memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah Swt. Al-Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan budi pada tiga macam, yaitu :
1) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu.
2) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu,
3) Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk wahyu.
2. Perbuatan Manusia.
Perbuatan insan ialah ciptaan Allah Swt, alasannya ialah segala sesuatu dalam wujud ini ialah ciptaan-Nya. Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah Swt mengharuskan insan untuk mempunyai kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) semoga kewajiban yang dibebankan kepadanya sanggup dilaksanakan. Dalam hal ini al-Maturidi mempertemukan antara ikhtiar insan dengan qudrat Allah Swt sebagai pencipta perbuatan manusia. Allah Swt mencipta daya (kasb/berusaha) dalam setiap diri insan dan insan bebas memakainya, dengan demikian tidak ada kontradiksi sama sekali antara qudrat Allah Swt dan ikhtiar manusia.
3. Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan.
Penjelasan di atas menandakan bahwa Allah Swt mempunyai kehendak dalam sesuatu yang baik atau buruk. Tetapi, pernyataan ini tidak berarti bahwa Allah Swt berbuat sekehendak dan sewenang-wenang. Hal ini alasannya ialah qudrat tidak sewenang wenang (absolute), tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.
4. Sifat Tuhan.
Tuhan mempunyai sifat-sifat menyerupai sama’, bashar, kalam, dan sebagainya. Sifat-sifat Tuhan itu mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain az-zat wa la hiya ghairuhu).
5. Melihat Tuhan.
Al-Maturidi menyampaikan bahwa insan sanggup melihat Tuhan, hal ini diberitakan dalam. QS. al Qiyamah: 22-23 :
Ùˆُجُوهٌ ÙŠَÙˆْÙ…َئِØ°ٍ Ù†َّاضِرَØ©ٌ . Ø¥ِÙ„َÙ‰ٰ رَبِّÙ‡َا Ù†َاظِرَØ©ٌ
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya lah mereka melihat."
6. Kalam Tuhan.
Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan aksara dan bersuara dengan kalam nafsi. Kalam nafsi ialah sifat qadīm bagi Allah Swt, sedangkan kalam yang tersusun dari aksara dan bunyi ialah gres (hadis). Kalam nafsi tidak sanggup kita ketahui hakikatnya dari bagaimana Allah Swt bersifat dengannya, kecuali dengan suatu perantara.
7. Perbuatan Tuhan.
Semua yang terjadi atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan, kecuali alasannya ialah da hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri. Tuhan tidak akan membebankan kewajiban di luar kemampuan manusia, alasannya ialah hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan insan diberikan kebebasan oleh Allah Swt dalam kemampuan dan perbuatannya, eksekusi atau bahaya dan kesepakatan terjadi alasannya ialah merupakan tuntutan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.
8. Pengutusan Rasul.
Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi, tanpa mengikuti pedoman wahyu yang disampaikan oleh rasul berarti insan telah membebankan sesuatu yang berada di luar kemampuan akalnya.
9. Pelaku Dosa Besar.
Al-Maturidi beropini bahwa pelaku dosa besar tidak kafir dan tidak awet di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini alasannya ialah Tuhan telah menjanjikan akan memperlihatkan akhir kepada insan sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka ialah akhir untuk orang musyrik.
10 Iman.
Dalam problem iman, aliran Maturidiyah beropini bahwa iman ialah taá¹£diq bi al-qalb (membenarkan dalam hati), bukan semata iqrar bi al-lisan (diucapkan dengan lisan).
C. Sekte Aliran Maturidiyah.
1. Sekte Samarkand.
Golongan ini dalah pengikut al-Maturidi sendiri, golongan ini cenderung ke arah paham Mu’tazilah.
2. Sekte Bukhara.
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut al-Maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Sekte Bukhara ialah pengikut-pengikut al-Bazdawi di dalam aliran al-Maturidiyah, yang mempunyai pendapat lebih akrab kepada pendapatpendapat al-Asy’ary
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal pengertian aliran Maturidiyah, dogma Ajaran dan sekte Aliran Maturidiyah. Sumber Buku Ilmu Kalam Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.