Waspada 8 Dosa Lisan



Jika verbal yaitu dua mata pisau, maka pergunakanlah verbal dengan sebaik-baiknya.
Lidah memang diciptakan oleh Allah tidak bertulang, agar insan sanggup berucap dengan sempurna. Akan tetapi sering sekali orang bilang “lidah memang tidak bertulang, masuk akal saja kalau berbohong” Jika memang mirip itu adanya, bagaimana kalau Allah bikin pengecap dengan bertulang agar insan tidak lagi berdusta? 
Lisan ialah karunia yang sungguh ‘mahal’ dan vital bagi manusia. Tanpa lisan, barangkali hidup bagi insan tiada artinya. Dengan lisan, insan sanggup mengenal rasa dan sanggup mengatakan dengan sesama.
Dengan verbal pula insan sanggup berkomunikasi tanpa mengalami kesusahan.
Selain itu, insan sanggup juga mulia dengan lisannya tersebut. Begitupun sebaliknya, insan sanggup hina alasannya yaitu lisannya. Hina, alasannya yaitu tidak sanggup menggunakannya sesuai kehendak dan aturan-aturan yang ditetapkan penciptanya.
Banyak sekali hadits Rasulullah SAW. yang merekomendasikan kita untuk senantiasa mempertahankan lisan. Bahkan Rasulullah juga sering mengecam orang yang tidak cendekia mempertahankan lisannya.

Rasulullah pernah berpesan: ”Barang siapa yang membisu (tidak banyak bicara) maka ia akan selamat” (H.R. At-Tarmizi).
Dalam hadits lain disebutkan, Al-Ma’shum Saw. juga pernah berwasiat: “Barang siapa yang sanggup menjamin (keselamatan) antara dua rahangnya (lisan) dan dua kakinya (faraj) maka saya menjamin baginya surga” (H.R. Bukhari).
Lisan menyerupai pisau bermata dua, jika digunakan pada hal-hal yang bagus maka akan menghadirkan kemaslahatan (kebaikan). Namun sebaliknya, jika digunakan pada hal-hal yang buruk, kemudharatan pun akan mengiringinya.
Tidak cuma penyakit hati yang sanggup menjangkit pada manusia, tetapi penyakit verbal pun sanggup menjangkit pada manusia. Berikut diantaranya penyakit verbal yang mesti dihindari:


1. Pembicaraan yang tidak Bermanfaat

“Salah satu tanda kesempurnaan Islam seseorang yaitu meninggalkan yang tidak berharga baginya” (H.R. At-Tarmizi).
Yang dimaksud dengan “tidak bermanfaat” dalam hadits tersebut antara lain, timbul lewat verbal mirip ghibah, fitnah, menggunjing, berbohong dll. Padahal, obrolan yang tidak bermakna sama sekali cuma membuang-buang waktu, dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
Banyak orang yang tidak mengenali batasan-batasan perkataan yang berharga ataupun tidak bermanfaat, sehingga menyebabkan kebiasaan baginya. Pada alhasil nanti, kebiasaan yang tidak dikenali baik-buruknya itu sulit untuk merubahnya.

Secara singkat mungkin sanggup kita katakan bahwa batas-batas baik atau buruknya perkataan seorang yaitu diamnya, tidak menyebabkan celaka bagi orang lain dan tidak menyebabkan rugi terhadap dirinya sendiri.

2. Perdebatan dan Pertengkaran

Perdebatan dan perselisihan acapkali berbuntut pada perpecahan. Makanya, Rasulullah Saw. melarang umatnya yang suka perdebatan seraya bertutur:
“Tidaklah sesat sebuah kaum (dahulu) sehabis Allah menunjuki mereka, kecuali alasannya yaitu mereka suka berdebat atau bertengkar” (H.T. At-Tarmizi).
Dalam sabdanya yang lain, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Tidak tepat kepercayaan seorang hamba hingga ia meninggalkan pertengkaran dan perdebatan meskipun ia dalam posisi benar” (H.R. Ibnu Abi ad-Dunya).

3. Suka Melaknat

Marah terkadang menenteng seseorang lupa diri, sehingga kata-kata yang terucap dari kedua bibirnya menyebabkan tidak terkendali.

4. Bercanda yang Berlebihan

Sejatinya canda itu lebih identik dihentikan oleh Raulullah Saw. kecuali pada hal-hal yang sewajarnya.

Sabda Rasulullah: “Jangan kau mendebat saudaramu dan jangan kau mencandainya” (H.R. At-Tarmizi).
Artinya, canda terhadap sesama selama dalam batas-batas yang masuk akal tidaklah dilarang. Akan tetapi, yang sering terjadi saat canda sudah melampaui batas, sehingga malu sesama tidak jarang terbongkar gara-gara canda yang berlebihan. Imbasnya, berbuntut pada putusnya hubungan silaturahmi bahkan sobat sanggup menjadi musuh cuma alasannya yaitu canda yang berlebihan.








5. Mengejek dan Mencemoohkan orang lain

Allah SWT. berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sebuah kaum mengolok-olokkan kaum lainnya (karena) boleh jadi orang (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain, alasannya yaitu boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olokkan). (Q.S. Al-Hujurat: 11).



6. Ghibah (gosip)

Secara singkat, ghibah (gosip) sanggup diartikan dengan menyebut atau menceritakan hal yang tidak baik dari langsung seseorang. Sehingga, kalau yang diceritakan mengetahuinya akan menyebabkan permusuhan diantara keduanya. Biasanya, seseorang yang suka mengghibah tidak akan hening kalau menyaksikan orang bahagia, senang dan gembira.

7. Namimah (mengadu domba)

Berbeda dengan namimah (adu domba), ghibah lebih terhadap ingin melaga antara dua orang yang mulanya akrab alhasil bermusuhan. Adu domba tidak saja dari perkataan, tetapi sanggup juga dengan aba-aba atau surat dsb.

Sabda Nabi Saw.”Tidakkah kau ingin saya beritahukan orang yang paling jahat diantara kamu? Kata sahabat: “tentu wahai Rasulullah” kemudian nabi menyebutkan memecah-belah salah satunya.” (HR. Ahmad dari Abu Malik al-Asy’ari)

8. Memuji berlebihan

Adalah sifat insan ingin senantiasa dipuji. Namun, terkadang yang memuji terlalu berlebihan sehingga hingga pada batas dusta. Pernah seorang kawan memuji kawan lainnya (dengan berlebihan), kemudian Nabi Saw. mendengarnya seraya berkata ”Celakalah engkau, alasannya yaitu engkau (seolah-olah) sudah memotong leher saudaramu, sekalipun ia senang mendengar apa yang kau ceritakan.”
Jika verbal yaitu dua mata pisau, maka pergunakanlah verbal dengan sebaik mungkin jangan hingga ada hati yang tersayat oleh ucapan kita, jangan hingga ada hati yang terluka alasannya yaitu perkataan kita.






Semoga Bermanfaat.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel