Hadis Pada Kala Rasul Saw Dan Metode Penyampaian Hadis Pada Kala Rasul Saw

A. Hadis pada Masa Rasul Saw.
Sebagai Nabi dan Rasul Allah, Muhammad Saw., dibekali banyak sekali keistimewaan, di antaranya ialah mukjizat al-Qur’an serta keluhuran akhlak. Selama bertugas sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad Saw. mengajarkan nilai-nilai Islam sebagai dasar pembangunan peradaban Islam yang mulia. Selain itu, sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad Saw. ialah sosok sentral, sosok panutan bagi umat Islam di dikala itu dan di kemudian hari. Apa yang Nabi Muhammad Saw. katakan ialah perkataan yang bernilai yang dijalankan. Apa yang Nabi Muhammad Saw. lakukan ialah sesuatu yang baik dan kemudian dicontoh. Dan apa yang Nabi Muhammad Saw. memutuskan ialah ketetapan yang baik dan kemudian dipatuhi.

Keluhuran budbahasa Nabi Muhammad Saw. dicatat di dalam al-Qur'an:.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

"Dan gotong royong engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam : 4).

Bahkan dalam suatu hadis disebutkan bahwa budbahasa Nabi Muhammad Saw. diidentikkan dengan Al-Qur’an. Di samping itu, Allah Swt telah mengajarkan kepada ia segala sesuatu yang belum diketahuinya. Oleh lantaran itu, Nabi Muhammad Saw. telah mencapai puncak keilmuan yang belum pernah dicapai oleh insan lain sepanjang sejarah.

Metode Rasulullah Saw. dalam memberikan ajaran-ajaran Islam adakalanya melalui perkataan (aqwal), perbuatan (af’al), maupun ketetapan (taqrir). Oleh alhasil apa yang dilihat oleh ataupun disaksikan oleh para sahabat baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi Saw merupakan landasan bagi amaliyah seharihari mereka. Nabi Muhammad Saw. di mata para sahabatnya ialah idola yang paling sempurna. Rasulullah Saw. merupakan sentral kehidupan keagamaan dan keduniawian.

Pada masa Rasulullah Saw masih hidup, perhatian para sahabat lebih terkonsentrasikan pada Al-Qur’an. Di antara para sahabat yang pandai menulis ditugasi ia Saw untuk menulis Al-Qur’an. Penulisan Al-Qur’an pada waktu itu masih sangat sederhana yakni ditulis di atas pelepah kurma, kulit binatang, dan batu-batuan. Sedangkan hadis pada dikala itu secara umum tidak tercatat. Namun hadis diterima dengan mengandalkan hapalan para sahabat Nabi Saw, dan hanya sebagian hadis yang ditulis oleh para sahabat Nabi Saw.

Hal ini disebabkan, Nabi Saw pernah melarang para sahabat untuk menulis hadis sebagimana hadis berikut:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَكْتُبُوا عَنِّي وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

Diriwayatkan dari Abi Sa’d al-Khudri, Sesungguhnya Rasululla Saw. bersabda: “Janganlah menulis dariku selain al-Qur’an. Barang siapa yang menulis dariku selain alQur’an maka hapuslah.” (HR. Muslim)

Namun dalam perkembangannya, Nabi Saw juga pernah menyuruh para sahabat untuk menulis hadis, sebagaimana hadis berikut:

Dari Rafi’ ibn Khudaij berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah bahwa gotong royong kami mendengarkan darimu segala sesuatu, kemudian kami menuliskannya. Kemudian Nabi bersabda:”Tulislah dan tidak ada masalah.” (HR. At-Tabarani)

Sejumlah sahabat Nabi telah menulis hadis Nabi, contohnya Abdullah bin 'Amr bin as-'As (w.65 H/685 M) dengan catatannya yang diberi nama al-Sadiqah, Abdullah bin 'Abbas (w. 68 H/687 M), 'Ali bin Abi Ṭālib (w. 40 H/661 M), Sumrah (Samurah) bin Jundab (w . 60 H), Jabir bin 'Abdullah (w. 78H/697 M), dan 'Abdullah bin Abi Auf (w. 86 H). Walaupun demikian tidaklah berarti bahwa seluruh hadis telah terhimpun dalam catatan para sahabat tersebut. Catatan-catatan hadis tersebut di samping sebagai dokumen bahwa pada masa Nabi telah terjadi kegiatan penulisan hadis juga sanggup dipakai sebagai sarana periwayatan hadis secara tertulis. Meskipun jarang, periwayatan hadis secara tertulis pada masa ini juga pernah dilakukan.

Menurut Said Agil Husain al-Munawar, penulisan hadis bersifat pribadi dan untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, hadis-hadis yang ada pada para sahabat, yang kemudian diterima oleh para tabi'in memungkinkan ditemukan adanya redaksi yang berbada-beda. Sebab, ada yang meriwayatkannya sesuai atau sama benar dengan lafad yang diterima dari Nabi Saw(yang disebut dengan periwayatan bi al-lafzi, dan ada yang hanya sesuai makna atau maksudnya saja (yang disebut dengan periwayatan bi al-ma'na), sedang redaksinya tidak sama.

Dengan demikian, hadis Nabi Saw yang berkembang pada zaman Nabi Saw (sumber aslinya), lebih banyak berlangsung secara hapalan ketimbang secara tulisan. Penyebabnya ialah Nabi Saw sendiri melarang para sahabat untuk menulis hadisnya, di samping orang-orang Arab sangat berpengaruh hafalannya dan suka menghafal, dan ada kehawatiran bercampur dengan al-Qur'an. Dengan kenyataan ini, sangat logis sekali bahwa tidak seluruh hadis Nabi Saw terdokumentasi pada zaman Nabi Saw secara keseluruhan.
Baca Juga :
1. Sejarah Hadis pada Masa Sahabat (Khulafa arRasyidin)
2. Sejarah Hadis pada Masa Tabi’in
3. Sejarah Hadis Masa Kodifikasi Hadis awal era ke-2 H

B. Metode Penyampaian Hadis Pada Masa Rasulullah Saw.
Perhatian para sahabat Rasul Saw. yang begitu besar terhadap al-Qur’an, tidak menciptakan mereka surut dalam memperhatikan keberadaan hadis. Karena kecintaan mereka terhadap al-Qur’an sama besar dengan kecintaan terhadap Rasulullah Saw, maka merekapun berlomba-lomba melestarikan hadis Nabi Saw.

Berikut beberapa metode penyampaian hadis yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. kepada para sahabatnya:

1. Melalui Majelis Ilmu atau Pengajian-pengajian.
Para sahabat selalu mendatangi pengajian-pengajian yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. selalu menyediakan waktu bagi para sahabat untuk memberikan banyak sekali fatwa agama Islam. Para sahabatpun selalu berusaha mengikuti banyak sekali majelis yang di situ disampaikan banyak sekali pesan-pesan keagamaan walaupun mereka mengikuti secara bergiliran. Jika ada sahabat yang tidak sanggup hadir maka disampaikan oleh sahabat-sahabat yang hadir.

Melalui cara ini, para sahabat mendapat peluang yang besar untuk menyerap sebanyak mungkin informasi dari Nabi Muhammad Saw. Para sahabat mempunyai semangat yang tinggi dan sangat haus akan fatwa-fatwa dari Nabi Muhammad Saw.

Mereka selalu meluangkan waktu untuk hadir ke majelis ilmu Rasulullah Saw. Bahkan sebagian sahabat ada yang rela melaksanakan perjalanan yang sangat jauh untuk meminta solusi atas permasalahan yang mereka hadapi kepada Nabi Muhammad Saw.

Di antara sahabat ada yang secara sengaja membagi kiprah untuk mendapat informasi yang berasal dari Nabi Muhammad Saw.. 'Umar bin al-Khattab misalnya, membagi kiprah dengan tetangganya untuk mendapat hadis dari Nabi Muhammad Saw. Apabila tetangganya pada suatu dikala menemui Nabi, Umar ra. pada keesokan harinya demikian seterusnya. Pihak yang bertugas menemui Nabi dan memperoleh informasi dari Nabi, mereka segera memberikan informasi tersebut kepada yang tidak bertugas. Pada dikala demikian terjadi periwayatan hadis oleh sahabat dari sahabat yang lain. Hadis tidak semata-mata diriwayatkan dari Nabi, tetapi sebagian diriwayatkan oleh sahabat dari sahabat yang lain.

2. Peristiwa yang Dialami Rasulullah Saw. Sendiri.
Dalam hal ini rasul memberikan hadis berkatian dengan insiden yang dialaminya sendiri. Secara kebetulan sahabat yang menyertai rasul sanggup memberikan kepada yang lain.

3. Sahabat Bertanya.
Di antara para sahabat ada mengalami banyak sekali duduk masalah kemudian mereka menanyakan eksklusif kepada Rasulullah Saw. wacana bagaimana hukumnya terhadap duduk masalah tersebut. Kemudian Rasulullah Saw. segera menawarkan fatwa atau klarifikasi aturan wacana insiden tersebut. Kasus yang dialami sahabat apakah masalah yang terjadi pada diri sahabat itu sendiri maupun terjadi pada sahabat yang lain.

Singkatnya, kalau di antara para sahabat mengalami suatu masalah, para sahabat tidak merasa aib untuk tiba secara eksklusif menanyakan kepada Rasulullah Saw. Jika ada sahabat yang aib bertanya eksklusif kepada Rasulullah Saw, maka sahabat tersebut mengutus sahabat lainnya untuk bertanya kepada Rasulullah Saw.

4. Sahabat Menyaksikan Langsung.
Kadang-kadang ada juga sahabat yang melihat secara eksklusif Rasulullah Saw. melaksanakan satu-satu perbuatan, hal ini berkaitan dengan ibadah ibarat shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji serta ibadah-ibadah lainnya. Para sahabat yang menyaksikan hal tersebut segera memberikan untuk sahabat yang lain atau generasi sesudahnya, diantaranya yaitu insiden yang terjadi antara Rasulullah Saw dengan malaikat Jibril mengenai masalah iman, Islam, ihsan dan gejala hari kiamat.

5. Ceramah atau Pidato di Tempat Umum.
Melalui ceramah atau pidato di daerah yang terbuka sebagaimana ketika khutbah pada Haji Wada’. Pada dikala menunaikan haji pada tahun 10 H (631 M) Nabi memberikan khutbah yang sangat bersejarah di hadapan ribuan kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji. Isi khutbah ia banyak terkait dengan bidang mu’amalah, siyasah, jinayah, dan hak asasi manusia.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana hadis pada masa Rasul Saw dan metode penyampaian hadis pada masa Rasulullah Saw. Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Hadis Ilmu Hadis Kelas X MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2014. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel