Agama Bangsa Arab Pra Islam
Wednesday, April 15, 2020
Edit
Agama bangsa Arab sebelum kedatangan Islam sangat beragam, ada yang menyembah Allah, ada yang menyembah Matahari, Bulan, Bintang, bahkan ada pula yang menyembah patung dan api. Ada pula yang beragama Nasrani dan Yahudi.
Ka’bah menjadi sentra tempat mereka beribadah. Menurut riwayat, dalam Ka’bah itu terdapat 360 buah patung yang bermacam-macam bentuk dan warna berdasarkan kemauan masing-masing kabilah dan suku.
Dalam lingkungan masyarakat ini, yang menyandarkan peradabannya semenjak ribuan tahun kepada sumber agama, dilahirkan para Rasul yang membawa agama-agama yang kita kenali hingga dikala ini. Berhadapan dengan agama Masehi yang terbesar, bangun pula kesatuan agama majusi di India. Selama beberapa kala itu Austria dan Mesir yang membentang sepanjang Funisia, telah merintangi terjadinya suatu pertarungan pribadi antara kepercayaan, peradaban Barat dan Timur. Tetapi dengan masuknya Mesir dan Funisia ke dalam lingkungan Masehi telah pula menghilangkan rintangan itu. Paham Masehi Barat dan Majusi Timur kini sudah berhadap-hadapan muka. Selama berabad-abad berturut-turut, baik Barat maupun Timur, dengan hendak menghormati agama masing-masing, yang sedianya berhadapan dengan rintangan moril, masing-masing mereka perlu dengan sekuat tenaga berusaha mempertahankan kepercayaannya, dan satu sama lain tidak saling mempengaruhi kepercayaan dan peradabannya, sekalipun peperangan antara mereka itu berlangsung terus menerus hingga sekian lama.
Mayoritas penganut Yahudi tersebut bercocok tanam dan menciptakan alatalat besi, menyerupai perhiasan, dan persenjataan. Begitu juga penganut Kristen, alasannya yaitu mereka sama-sama terpengaruh dari kebudayaan Hellenisme dan pemikiran Yunani. Aliran Nasrani yang masuk ke Jazirah Arab ialah fatwa Nesturian di Hirrah dan fatwa Jarob Barady di Ghasan. Daerah Nasrani yang terpenting yaitu Najran, sebuah tempat yang subur. Penganut agama Nasrani tersebut bekerjasama dengan Habasyah (Ethiopia), negara yang melindungi agama ini.
Kepercayaan terhadap agama tauhid ini lama-kelamaan berkembang menjadi penyembahan terhadap berhala. Menurut riwayat Ibnu Khalbi dalam kitab alAshnam, perubahan kepercayaan itu terjadi alasannya yaitu adat bangsa Arab untuk membawa kerikil yang diambil dari sekeliling ka’bah bila mereka akan meninggalkan kota Makkah. Hal tersebut dilakukan alasannya yaitu mereka menyayangi kota Makkah dan Ka’bahnya. Dimanapun mereka berada, kerikil yang mereka bawa dari sekeliling Ka’bah itu dipujanya sebagaimana mereka melaksanakan thawaf di sekeliling Ka’bah. Kemudian di antara batu-batu yang mereka puja itu dipindahkan di sekeliling Ka’bah. Maka penuhlah Ka’bah itu dengan berhala-berhala. Sebenarnya masih ada orang yang tetap mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa (Allah), tetapi terkotori pada pemujaan berhala, sehingga mereka menjadikan berhala itu sebagai perantaranya. Sebagaimana dilukiskan dalam Al-Qur’an:
“Kami tidak menyembah mereka, melainkan (berharap) supaya mereka (berhala-berhala itu) mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar [39]: 3)
Agama bangsa Arab sanggup disebut humanisme suku artinya makna kehidupan itu terwujud dalam keunggulan sifat manusia, yaitu semua kualitas yang sanggup sejalan dengan keinginan kemanusiaan atau keberanian bangsa Arab. Sifat keunggulan ini berada di tangan suku, bukan terletak di individu, hal ini alasannya yaitu ia menjadi anggota suku. Yang menjadi tujuan setiap orang yaitu menjaga kehormatan suku. Kehidupan akan bermakna bagi dirinya kalau kehidupan itu terhormat dan semua tindakan yang menimbulkan malu dan rasa malu harus dihindari sebisa mungkin. Kota terpenting di tempat ini yaitu Makkah. Kota suci tempat berdirinya Ka’bah. Pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut orisinil Makkah tetapi juga orang-orang Yahudi yang bermukim di sekitarnya.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal agama bangsa Arab pra Islam. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Ka’bah menjadi sentra tempat mereka beribadah. Menurut riwayat, dalam Ka’bah itu terdapat 360 buah patung yang bermacam-macam bentuk dan warna berdasarkan kemauan masing-masing kabilah dan suku.
Dalam lingkungan masyarakat ini, yang menyandarkan peradabannya semenjak ribuan tahun kepada sumber agama, dilahirkan para Rasul yang membawa agama-agama yang kita kenali hingga dikala ini. Berhadapan dengan agama Masehi yang terbesar, bangun pula kesatuan agama majusi di India. Selama beberapa kala itu Austria dan Mesir yang membentang sepanjang Funisia, telah merintangi terjadinya suatu pertarungan pribadi antara kepercayaan, peradaban Barat dan Timur. Tetapi dengan masuknya Mesir dan Funisia ke dalam lingkungan Masehi telah pula menghilangkan rintangan itu. Paham Masehi Barat dan Majusi Timur kini sudah berhadap-hadapan muka. Selama berabad-abad berturut-turut, baik Barat maupun Timur, dengan hendak menghormati agama masing-masing, yang sedianya berhadapan dengan rintangan moril, masing-masing mereka perlu dengan sekuat tenaga berusaha mempertahankan kepercayaannya, dan satu sama lain tidak saling mempengaruhi kepercayaan dan peradabannya, sekalipun peperangan antara mereka itu berlangsung terus menerus hingga sekian lama.
Mayoritas penganut Yahudi tersebut bercocok tanam dan menciptakan alatalat besi, menyerupai perhiasan, dan persenjataan. Begitu juga penganut Kristen, alasannya yaitu mereka sama-sama terpengaruh dari kebudayaan Hellenisme dan pemikiran Yunani. Aliran Nasrani yang masuk ke Jazirah Arab ialah fatwa Nesturian di Hirrah dan fatwa Jarob Barady di Ghasan. Daerah Nasrani yang terpenting yaitu Najran, sebuah tempat yang subur. Penganut agama Nasrani tersebut bekerjasama dengan Habasyah (Ethiopia), negara yang melindungi agama ini.
Kepercayaan terhadap agama tauhid ini lama-kelamaan berkembang menjadi penyembahan terhadap berhala. Menurut riwayat Ibnu Khalbi dalam kitab alAshnam, perubahan kepercayaan itu terjadi alasannya yaitu adat bangsa Arab untuk membawa kerikil yang diambil dari sekeliling ka’bah bila mereka akan meninggalkan kota Makkah. Hal tersebut dilakukan alasannya yaitu mereka menyayangi kota Makkah dan Ka’bahnya. Dimanapun mereka berada, kerikil yang mereka bawa dari sekeliling Ka’bah itu dipujanya sebagaimana mereka melaksanakan thawaf di sekeliling Ka’bah. Kemudian di antara batu-batu yang mereka puja itu dipindahkan di sekeliling Ka’bah. Maka penuhlah Ka’bah itu dengan berhala-berhala. Sebenarnya masih ada orang yang tetap mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa (Allah), tetapi terkotori pada pemujaan berhala, sehingga mereka menjadikan berhala itu sebagai perantaranya. Sebagaimana dilukiskan dalam Al-Qur’an:
“Kami tidak menyembah mereka, melainkan (berharap) supaya mereka (berhala-berhala itu) mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar [39]: 3)
Agama bangsa Arab sanggup disebut humanisme suku artinya makna kehidupan itu terwujud dalam keunggulan sifat manusia, yaitu semua kualitas yang sanggup sejalan dengan keinginan kemanusiaan atau keberanian bangsa Arab. Sifat keunggulan ini berada di tangan suku, bukan terletak di individu, hal ini alasannya yaitu ia menjadi anggota suku. Yang menjadi tujuan setiap orang yaitu menjaga kehormatan suku. Kehidupan akan bermakna bagi dirinya kalau kehidupan itu terhormat dan semua tindakan yang menimbulkan malu dan rasa malu harus dihindari sebisa mungkin. Kota terpenting di tempat ini yaitu Makkah. Kota suci tempat berdirinya Ka’bah. Pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut orisinil Makkah tetapi juga orang-orang Yahudi yang bermukim di sekitarnya.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal agama bangsa Arab pra Islam. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.