Biografi Imam Bubuk Dawud Dan Karya Imam Bubuk Dawud
Saturday, April 25, 2020
Edit
A. Biografi Imam Abu Dawud.
Nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-Asy’asy bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Umran al-Azdi as-Sijistani. Dari namanya, ulama andal hadis ini terlihat bukan dari bangsa Arab, sebagaimana juga Imam al-Bukhari, Muslim dan al-Nasa’i, melainkan dari Sijistan, sebuah negeri Muslim di Asia Tengah yang sekarang termasuk dalam bekas wilayah Uni Soviet.
Abu Dawud lahir pada tahun 202 H/ 817 M. Bapak dia yaitu al-Asy'asy bin Ishaq ialah seorang perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari Ḥamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muh ̣ammad bin al-Asy'asy termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadis dan ilmu-ilmunya juga merupakan sobat perjalanan Abu Dawud dalam menuntut hadis dari para ulama andal hadis.
Sejak kecil Abu Dawud sangat mengasihi ilmu dan bergaul dengan para ulama. Minat dan kepribadiannya terbentuk oleh lingkungan. Ia harus mengembara keluar dari Sijistan demi menuntut ilmu. Ia mengunjungi banyak sekali ulama hadis untuk berguru dari mereka. Sejak usia anak, Abu Dawud sudah mengembara ke Hijaz, Syiria, Khurasan dan tempat lainnya yang menjadi sentra ilmu dan kebudayaan pada dikala itu. Tradisi mengembara sudah menjadi keharusan bagi siapa saja yang hendak mencari ilmu. Terlebih di dalam ilmu hadis, ada keharusan mencari, melacak sanad, meneliti keotentikan matan dan kualifikasi rawi, apakah memenuhi syarat atau tidak.
Abu Dawud sering berkunjung ke Baghdad dan menetap usang di sana. Atas ajakan Gubernur Basrah, al-Muwaffiq, ia diminta menetap di Basrah untuk mengajar dan menulis buku. Abu Dawudpun memenuhi ajakan gubernur tersebut. Hal ini sudah menjadi kewajaran, alasannya ialah setiap penguasa muslim berlomba-lomba mengharumkan wilayahnya dengan ilmu. Menjadikan wilayahnya sebagai “kiblat” ilmu pengetahuan senantiasamenjadi aktivitas setiap penguasa pada dikala itu.
Guru Imam Abu Dawud sangat banyak, di antaranya: Imam Ahmad bin Hanbal, andal hadis dan salah satu pendiri mazhab fikih, Al-Qanabi, Abu Amr ad-Darir, Muslim bin Raja’, dan al-Walid al-Tayalisi. Sedangkan murid Abu Dawud yang populer di antaranya Abu ‘Isa at-Tirmuzi, Abu Abdirrahman al-Nasa’i, Abu Bakar bin Abi Dawud (putranya sendiri), Abu Awanah, Abu Sa’id al-‘Arabi, Abi ‘Ali al-Lu’lu’, Abu Bakr bin Dassah dan Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi.
Imam Abu Dawud disebut-sebut sebagai penganut fikih mazhab Hanbali. Memang ia murid utama Imam Ahmad bin Hahbal dalam bidang hadis, bukan dalam bidang fikih. Sebab itu ada yang menyebutkan bahwa ia penganut mazhab Syafi’i. Perbedaan ini alasannya ialah tidak ada warta yang terang wacana mazhab fikih Imam Abu Dawud. Ketidakjelasan itu berdasarkan pendapat ketiga, alasannya ialah Abu Dawud seorang mujtahid sehingga ia membangun mazhab sendiri. Abu Dawud bukan penganut mazhab yang ada. Sungguhpun demikian, warta yang hingga kepada kita menegaskan bahwa Abu Dawud penganut mazhab Hanbali. Abu Ishaq as-Syairazi dalam Tabaqat al-Fuqaha, dan Qāḍi Abu al-Husain bin Qaḍi Abu Ya’la dalam Tabaqat al-Hanabilah ̣ mencantumkan Abu Dawud sebagai penganut mazhab Hanbali.
Imam Abu Dawud seorang hafiz, mempunyai ilmu yang luas, terpercaya, dan mempunyai keilmuan yang tinggi terutama dalam bidang hadis. Masa hidupnya dihabiskan di Tursus kurang lebih 20 tahun. Para ulama sangat menghormati kemampuan, kejujuran, dan ketakwaan dia yang luar biasa. Abu Dawud tidak hanya sebagai seorang periwayat, penghimpun, dan penyusun hadis, tetapi juga sebagai spesialis aturan yang handal dan kritikus hadis yang baik.
Al-Hafiz Musa bin Harun berkata :
“Abu Dawud diciptakan di dunia untuk hadis, di alam abadi untuk surga, dan tidak ada orang yang lebih baik ketimbang Abu Dawud”
B. Karya Imam Abu Dawud.
Abu Dawud mewariskan banyak karya, khususnya dalam bidang hadis dan sebagian ilmu syariah. Karya-karya dia tersebut antara lain:
Sunan Abu Dawud, Al-Marasi, Masa’il al-Imam Ahmad, An-Nasikh wa al-Mansukh, Risalah fī Wasfi Kitab as-Sunan, Al Zuhd, Ijabat ‘an Sawalat al-Ajuri, As’ilah ‘an Ahmad bin Hanbal, Tasmiyat al-Akhwan, Qaul Qadr, Al-Ba’ś wa al-Nusyur, ‘Ilallati Halafa ‘Alaih al-Imam Ahmad, Dalail An Nubuwwat, dan Fadai’l al-Ansar
Abu Dawud pernah mengatakan kitab Sunan Abu Dawud kepada Imam Ahmad bin Hanbal. Dengan gembira Imam Ahmad memujinya.
Sistematika pembahasan dalam kitab Sunan Abu Dawud menyerupai fiqh, yaitu banyak bicara wacana hukum. Kitab ini berisikan 5.274 hadis secara berulang-ulang (mukarrar) yang disaring dan diteliti sebanyak 500.000 hadis kemudian diseleksi lagi menjadi 4.800 hadis. Di dalamnya terdapat hadis sahih, hasan, dan da`if. Beliau berkata :
“Aku sebutkan yang sahih, yang serupa, dan yang mendekatinya. Hadis yang sangat lemah saya jelaskan.”
Kedudukan kitab Sunan Abu Dawud dalam Buku Induk Hadis menempati ranking pertama dari empat kitab Sunan dan mendekati dua kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Abu Dawud wafat di kota Bashrah tanggal 16 Syawal 275 H, pada usia 70/71 tahun.
Nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-Asy’asy bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Umran al-Azdi as-Sijistani. Dari namanya, ulama andal hadis ini terlihat bukan dari bangsa Arab, sebagaimana juga Imam al-Bukhari, Muslim dan al-Nasa’i, melainkan dari Sijistan, sebuah negeri Muslim di Asia Tengah yang sekarang termasuk dalam bekas wilayah Uni Soviet.
Abu Dawud lahir pada tahun 202 H/ 817 M. Bapak dia yaitu al-Asy'asy bin Ishaq ialah seorang perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari Ḥamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muh ̣ammad bin al-Asy'asy termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadis dan ilmu-ilmunya juga merupakan sobat perjalanan Abu Dawud dalam menuntut hadis dari para ulama andal hadis.
Sejak kecil Abu Dawud sangat mengasihi ilmu dan bergaul dengan para ulama. Minat dan kepribadiannya terbentuk oleh lingkungan. Ia harus mengembara keluar dari Sijistan demi menuntut ilmu. Ia mengunjungi banyak sekali ulama hadis untuk berguru dari mereka. Sejak usia anak, Abu Dawud sudah mengembara ke Hijaz, Syiria, Khurasan dan tempat lainnya yang menjadi sentra ilmu dan kebudayaan pada dikala itu. Tradisi mengembara sudah menjadi keharusan bagi siapa saja yang hendak mencari ilmu. Terlebih di dalam ilmu hadis, ada keharusan mencari, melacak sanad, meneliti keotentikan matan dan kualifikasi rawi, apakah memenuhi syarat atau tidak.
Abu Dawud sering berkunjung ke Baghdad dan menetap usang di sana. Atas ajakan Gubernur Basrah, al-Muwaffiq, ia diminta menetap di Basrah untuk mengajar dan menulis buku. Abu Dawudpun memenuhi ajakan gubernur tersebut. Hal ini sudah menjadi kewajaran, alasannya ialah setiap penguasa muslim berlomba-lomba mengharumkan wilayahnya dengan ilmu. Menjadikan wilayahnya sebagai “kiblat” ilmu pengetahuan senantiasamenjadi aktivitas setiap penguasa pada dikala itu.
Guru Imam Abu Dawud sangat banyak, di antaranya: Imam Ahmad bin Hanbal, andal hadis dan salah satu pendiri mazhab fikih, Al-Qanabi, Abu Amr ad-Darir, Muslim bin Raja’, dan al-Walid al-Tayalisi. Sedangkan murid Abu Dawud yang populer di antaranya Abu ‘Isa at-Tirmuzi, Abu Abdirrahman al-Nasa’i, Abu Bakar bin Abi Dawud (putranya sendiri), Abu Awanah, Abu Sa’id al-‘Arabi, Abi ‘Ali al-Lu’lu’, Abu Bakr bin Dassah dan Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi.
Imam Abu Dawud disebut-sebut sebagai penganut fikih mazhab Hanbali. Memang ia murid utama Imam Ahmad bin Hahbal dalam bidang hadis, bukan dalam bidang fikih. Sebab itu ada yang menyebutkan bahwa ia penganut mazhab Syafi’i. Perbedaan ini alasannya ialah tidak ada warta yang terang wacana mazhab fikih Imam Abu Dawud. Ketidakjelasan itu berdasarkan pendapat ketiga, alasannya ialah Abu Dawud seorang mujtahid sehingga ia membangun mazhab sendiri. Abu Dawud bukan penganut mazhab yang ada. Sungguhpun demikian, warta yang hingga kepada kita menegaskan bahwa Abu Dawud penganut mazhab Hanbali. Abu Ishaq as-Syairazi dalam Tabaqat al-Fuqaha, dan Qāḍi Abu al-Husain bin Qaḍi Abu Ya’la dalam Tabaqat al-Hanabilah ̣ mencantumkan Abu Dawud sebagai penganut mazhab Hanbali.
Imam Abu Dawud seorang hafiz, mempunyai ilmu yang luas, terpercaya, dan mempunyai keilmuan yang tinggi terutama dalam bidang hadis. Masa hidupnya dihabiskan di Tursus kurang lebih 20 tahun. Para ulama sangat menghormati kemampuan, kejujuran, dan ketakwaan dia yang luar biasa. Abu Dawud tidak hanya sebagai seorang periwayat, penghimpun, dan penyusun hadis, tetapi juga sebagai spesialis aturan yang handal dan kritikus hadis yang baik.
Al-Hafiz Musa bin Harun berkata :
“Abu Dawud diciptakan di dunia untuk hadis, di alam abadi untuk surga, dan tidak ada orang yang lebih baik ketimbang Abu Dawud”
B. Karya Imam Abu Dawud.
Abu Dawud mewariskan banyak karya, khususnya dalam bidang hadis dan sebagian ilmu syariah. Karya-karya dia tersebut antara lain:
Sunan Abu Dawud, Al-Marasi, Masa’il al-Imam Ahmad, An-Nasikh wa al-Mansukh, Risalah fī Wasfi Kitab as-Sunan, Al Zuhd, Ijabat ‘an Sawalat al-Ajuri, As’ilah ‘an Ahmad bin Hanbal, Tasmiyat al-Akhwan, Qaul Qadr, Al-Ba’ś wa al-Nusyur, ‘Ilallati Halafa ‘Alaih al-Imam Ahmad, Dalail An Nubuwwat, dan Fadai’l al-Ansar
Abu Dawud pernah mengatakan kitab Sunan Abu Dawud kepada Imam Ahmad bin Hanbal. Dengan gembira Imam Ahmad memujinya.
Sistematika pembahasan dalam kitab Sunan Abu Dawud menyerupai fiqh, yaitu banyak bicara wacana hukum. Kitab ini berisikan 5.274 hadis secara berulang-ulang (mukarrar) yang disaring dan diteliti sebanyak 500.000 hadis kemudian diseleksi lagi menjadi 4.800 hadis. Di dalamnya terdapat hadis sahih, hasan, dan da`if. Beliau berkata :
“Aku sebutkan yang sahih, yang serupa, dan yang mendekatinya. Hadis yang sangat lemah saya jelaskan.”
Kedudukan kitab Sunan Abu Dawud dalam Buku Induk Hadis menempati ranking pertama dari empat kitab Sunan dan mendekati dua kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Abu Dawud wafat di kota Bashrah tanggal 16 Syawal 275 H, pada usia 70/71 tahun.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana biografi Imam Abu Dawud dan karya Imam Abu Dawud. Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Hadis Ilmu Hadis Kelas X MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2014. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.