Kehidupan Politik Dan Ekonomi Di Jazirah Arab Pada Zaman Jahiliyah

A. Kehidupan Politik di Jazirah Arab
Untuk mengamankan para peziarah yang tiba ke kota Makkah, kota suci daerah Ka’bah berdiri, didirikanlah suatu pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa, yaitu Jurhum, sebagai pemegang kekuasaan politik dan Ismail (keturunan Nabi Ibrahim) sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah. Kekuasaan politik kemudian berpindah ke suku Khuza’fah dan risikonya ke suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku terakhir inilah yang kemudian mengatur urusan-urusan politik dan urusan urusan yang bekerjasama dengan Ka’bah. Semenjak itu suku Quraisy menjadi suku yang mendominasi masyarakat Arab. Ada sepuluh jabatan tinggi yang dibagi-bagikan kepada kabilah-kabilah asal suku Quraisy, yaitu hijabah, penjaga kunci-kunci Ka’bah; siqoyah, penjaga mata air Zam-zam untuk dipakai oleh para peziarah; diyat, kekuasaan hakim sipil dan kriminal; sifarah, kuasa perjuangan negara atau duta; liwa’, jabatan ketentraman; rifadah, pengurus pajak untuk orang miskin; nadwah, jabatan ketua dewan; khaimmah, pengurus balai musyawarah; khazimah, jabatan manajemen keuangan; dan azlam, penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa.

B. Kehidupan Ekonomi di Jazirah Arab
Kehidupan ekonomi di Jazirah Arab sanggup diketahui dari perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Perniagaan di masa kerajaan Saba’ dan Himyar mencakup perniagaan di maritim dan di darat. Perniagaan di maritim yaitu ke India dan Tiongkok, dan perniagaan di darat ialah dalam Jazirah Arab.

Setelah negeri Yaman dijajah oleh bangsa Habsyi dan kemudian oleh bangsa Persi, maka kaum penjajah itu sanggup menguasai perniagaan di laut. Akan tetapi perniagaan dalam Jazirah Arab berpindah ke tangan penduduk Makkah, alasannya yakni kaum penjajah itu tidak sanggup menguasai bab dalam Jazirah Arab.

Ada faktor-faktor yang menolong Makkah sanggup memegang peranan dalam perniagaan. Terutama orang-orang Yaman yang telah berpindah ke Makkah, sedang mereka memiliki pengalaman yang luas dalam bidang perniagaan. Dalam pada itu kota Makkah, dari hari ke hari bertambah masyhur, keberadaan bangunan Ka’bah, dan jamaah haji pun berdatangan dari segenap penjuru Jazirah Arab tiap tahun.

Penduduk Arab suka merantau untuk berniaga, sebagai suatu perjuangan yang utama dan sumber yang terpenting bagi penghidupan mereka. Dengan demikian perniagaan suku Quraisy menjadi ulet serta mendapat kemajuan dan kemasyhuran dan kemajuan besar di dalam dan di luar Jazirah Arab.

Pengaruh dari budaya perdagangan bagi pengembangan dakwah yakni tersebar luasnya agama-agama yang dibawa oleh para pedagang tersebut. Tipologi seorang pedangan yang memiliki jiwa ekspansif, dinamis dan agresif, turut menghipnotis cepat berkembangnya ajaran-ajaran Islam yang mereka bawa. Mereka berdakwah sambil berdagang. Mereka berdakwah dengan persuasif dan memberi tauladan yang baik dalam berdagang.

Dengan perilaku menyerupai itu, para korelasi mereka banyak yang menaruh simpatik dan risikonya mengikuti ajarakan masuk Islam sebagaimana yang didakwahkan oleh para muballigh dan pedagang tersebut.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana kehidupan politik dan ekonomi di Jazirah Arab pada zaman jahiliyah. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel