Keteguhan Kepercayaan Sobat Bubuk Bakar Ash Shiddiq
Friday, April 24, 2020
Edit
Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq ra ialah tidak abnormal lagi bagi sekalian ummat Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah insan yang dianggap paling agung dalam sejarah Islam sehabis Rasulullah Saw. Kemuliaan akhlaknya, kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya, kebijaksanaannya dalam menuntaskan duduk masalah ummat, ketenangannya dalam menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur bahasanya yang lembut lagi menarik ialah sukar dicari bandingannya baik dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling dekat dan paling disayangi oleh Rasulullah Saw. Karena besarnya pengorbanan dia itulah Rasulullah Saw pernah mengatakan: “Islam telah tegak di atas harta Siti Khadijah dan pengorbanan Abu Bakar.”
Beberapa keistimewaan dia adalah karena Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. ialah seorang sahabat yang populer lantaran keteguhan imannya. Rasulullah Saw pernah menyanjungi sahabatnya itu dengan sabdanya, “Jika ditimbang iktikad Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan iktikad sekalian ummat maka lebih berat iktikad Abu Bakar“.
Mengapa demikian, di antara jawabannya ialah lantaran dia tidak menyayangi dunia ini, cintanya pada Allah Swt dan rasulnya melebihi apapun. Dan yang kedua ialah lantaran rasa takutnya pada yaumul Hisab atau pengadilan Allah Swt: suatu ketika dia berkata: alangkah beruntung jikalau diriku tercipta hanya ibarat selembar daun yang tidak dihisab pada hari Qiyamat nanti. Dua keadaan inilah yang menjadikan Nabi Saw bersabda bahwa imannya ialah paling berat di banding iktikad umat Islam semuanya.
Berikut ialah deskripsi perihal Abu Bakar r.a.: setelah ia masuk Islam dia telah menginfaqkan empat puluh ribu dinar untuk kepentingan shadaqah dan memerdekakan budak. Dalam Perang Tabuk Rasulullah Saw telah meminta kepada sekalian kaum Muslimin semoga mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar ra membawa seluruh harta bendanya kemudian meletakkannya di antara dua tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Saiyidina Abu Bakar ra, bagi tujuan jihad itu maka Rasulullah Saw menjadi terkejut kemudian berkata kepadanya: “Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat bawah umur dan isterimu?” Pertanyaan Rasulullah Saw itu dijawab oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan damai sambil tersenyum, ujarnya. “Saya tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya.” (lih. tafsir surat Al-Lail).
Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari Umar Ibnul Khattab berkata, “Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk bersedeqah, dikala itu saya mempunyai harta maka saya berkata, “Pada hari inilah saya akan mengungguli Abu Bakar, semoga saya mengunggulinya pada hari ini”. Maka akupun mengambil setengah hartaku, maka Rasulullah Saw bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Aku menjawab: Sejumlah yang saya sadaqahkan (50 %)”.
Lalu Abu Bakar tiba dengan membawa seluruh hartanya dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Bakar, apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu? Dia menjawab: "Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya. Lalu Umar berkata: Demi Allah saya tidak sanggup mengungguli Abu Bakar dalam kebaikan untuk selamanya”. (Sunan At-Tirmdzi no: 3675).
Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari hadits Anas bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, “Dua orang ini ialah pemimpin para penghuni nirwana yang cukup umur baik generasi yang terdahulu atau yang akan tiba kecuali para Nabi dan Rasul”.(Sunan Turmudzi: no: 3664).
Imam Bukhari ra menciptakan kepingan di dalam Kitab Fadha’il ash-Shahabah [Fath al-Bari Juz 7 hal. 15] dengan judul ‘Bab; Sabda Nabi Saw, “Tutuplah pintu-pintu -di dinding masjid- kecuali pintu Abu Bakar.
Imam Bukhari berkata, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, dia berkata: Rasulullah Saw berkhutbah kepada para sahabat: “Sesungguhnya Allah memperlihatkan anjuran kepada seorang hamba; antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu lebih menentukan apa yang ada di sisi Allah.”
Abu Sa’id berkata: “Abu Bakar pun menangis. Kami merasa heran lantaran tangisannya. Tatkala Rasulullah Saw memberitakan ada seorang hamba yang diberikan tawaran. Ternyata yang dimaksud hamba yang diberikan anjuran itu ialah Rasulullah Saw. Memang, Abu Bakar ialah orang yang paling cerdik di antara kami.”
Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya ialah Abu Bakar. Seandainya saya boleh mengangkat seorang Khalil -kekasih terdekat- selain Rabb-ku pasti akan saya jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah -antara saya dengan Abu Bakar- ikatan persaudaraan dan saling menyayangi lantaran Islam. Dan dihentikan ada satu pun pintu yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab Fadha’il ash-Shahabah (lihat Syarh Nawawi Juz 8 hal. 7-8). Berikut ini pelajaran-pelajaran yang sanggup dipetik dari hadits di atas:
1. Hadits ini mengandung keistimewaan yang sangat terang pada diri Abu Bakar ash-Shiddiq ra yang tidak ditandingi oleh siapapun di antara para sahabat. Hal itu disebabkan dia berhak menerima predikat Khalil -kekasih terdekat- bagi Nabi Saw kalaulah bukan lantaran faktor penghalang yang disebutkan oleh Nabi di atas.
2. Abu Bakar ra mengetahui bahwa seorang hamba yang diberikan anjuran tersebut ialah Nabi Saw. Oleh alasannya ialah itu dia pun menangis lantaran sedih akan berpisah dengannya, terputusnya wahyu, dan akhir lain yang akan muncul setelahnya.
3. Para ulama itu mempunyai pemahaman yang bertingkat-tingkat. Setiap orang yang lebih tinggi pemahamannya maka ia layak untuk disebut sebagai a’lam (orang yang lebih tahu).
4. Hadits ini mengandung motivasi untuk lebih menentukan pahala alam abadi daripada perkara-perkara dunia (lihat Fath al-Bari [7/19])
5. Hendaknya seorang berterima kasih kepada orang lain yang telah berbuat baik kepadanya dan menyebutkan keutamaannya (lihat Fath al-Bari [7/19]).
Kita juga sanggup melihat bersama bagaimana kedalaman ilmu Abu Bakar ash-Shiddiq ra terhadap hadits Nabi Saw, sehingga ilmu itupun terserap dengan cepat ke dalam hatinya dan menciptakan air matanya meleleh. Kecintaan kepada alam abadi dan kerinduan untuk bertemu dengan Allah Swt jauh lebih dia utamakan daripada kesenangan dunia. Beliau sangat menyadari bahwa kehadiran Rasulullah Saw di tengah-tengah para sahabat laksana lentera yang menerangi perjalanan hidup mereka. Nikmat hidayah yang dicurahkan kepada mereka melalui bimbingan Nabi Saw ialah di atas segala-galanya.
Kita pun sanggup menarik kesimpulan bahwa dakwah Rasulullah Saw berjalan dengan pinjaman dan dukungan para sahabatnya. Beliau -dengan kedudukan dia yang sangat agung- tidaklah berdakwah sendirian. Terbukti akreditasi dia terhadap jasa-jasa Abu Bakar yang sangat besar kepadanya. Tentu saja yang dia maksud bukan semata-mata pinjaman Abu Bakar untuk kepentingan langsung beliau, akan tetapi demi kemaslahatan umat yang itu tak lain ialah dalam rangka dakwah dan berjihad di jalan Allah.
Hadits ini juga memperlihatkan betapa agungnya kedudukan Abu Bakar di mata Nabi Saw yang melebihi sahabat-sahabat yang lain. Nabi tanpa malu-malu mengakui keutamaan Abu Bakar ra. Hadits ini juga memperlihatkan bahwa memuji orang di hadapannya diperbolehkan selama orang tersebut tidak dikhawatirkan ujub karenanya. Hadits ini juga memperlihatkan bahwa kecintaan yang terpendam di dalam hati pasti akan membuahkan imbas pada gerak-gerik fisik manusia. Kecintaan yang sangat dalam pada diri Nabi Saw terhadap Abu Bakar pun tampak dari ucapan dan perbuatan beliau. Kalau kita menyayangi Rasulullah Saw maka konsekuensinya kita pun menyayangi orang yang dia cintai. Kecintaan yang berlandaskan Islam dan persaudaraan seagama.
Beberapa keistimewaan dia adalah karena Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. ialah seorang sahabat yang populer lantaran keteguhan imannya. Rasulullah Saw pernah menyanjungi sahabatnya itu dengan sabdanya, “Jika ditimbang iktikad Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan iktikad sekalian ummat maka lebih berat iktikad Abu Bakar“.
Mengapa demikian, di antara jawabannya ialah lantaran dia tidak menyayangi dunia ini, cintanya pada Allah Swt dan rasulnya melebihi apapun. Dan yang kedua ialah lantaran rasa takutnya pada yaumul Hisab atau pengadilan Allah Swt: suatu ketika dia berkata: alangkah beruntung jikalau diriku tercipta hanya ibarat selembar daun yang tidak dihisab pada hari Qiyamat nanti. Dua keadaan inilah yang menjadikan Nabi Saw bersabda bahwa imannya ialah paling berat di banding iktikad umat Islam semuanya.
Berikut ialah deskripsi perihal Abu Bakar r.a.: setelah ia masuk Islam dia telah menginfaqkan empat puluh ribu dinar untuk kepentingan shadaqah dan memerdekakan budak. Dalam Perang Tabuk Rasulullah Saw telah meminta kepada sekalian kaum Muslimin semoga mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar ra membawa seluruh harta bendanya kemudian meletakkannya di antara dua tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Saiyidina Abu Bakar ra, bagi tujuan jihad itu maka Rasulullah Saw menjadi terkejut kemudian berkata kepadanya: “Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi yang akan engkau tinggalkan buat bawah umur dan isterimu?” Pertanyaan Rasulullah Saw itu dijawab oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan damai sambil tersenyum, ujarnya. “Saya tinggalkan buat mereka Allah dan RasulNya.” (lih. tafsir surat Al-Lail).
Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari Umar Ibnul Khattab berkata, “Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk bersedeqah, dikala itu saya mempunyai harta maka saya berkata, “Pada hari inilah saya akan mengungguli Abu Bakar, semoga saya mengunggulinya pada hari ini”. Maka akupun mengambil setengah hartaku, maka Rasulullah Saw bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? Aku menjawab: Sejumlah yang saya sadaqahkan (50 %)”.
Lalu Abu Bakar tiba dengan membawa seluruh hartanya dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Bakar, apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu? Dia menjawab: "Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya. Lalu Umar berkata: Demi Allah saya tidak sanggup mengungguli Abu Bakar dalam kebaikan untuk selamanya”. (Sunan At-Tirmdzi no: 3675).
Diriwayatkan oleh At-Turmudzi dari hadits Anas bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, “Dua orang ini ialah pemimpin para penghuni nirwana yang cukup umur baik generasi yang terdahulu atau yang akan tiba kecuali para Nabi dan Rasul”.(Sunan Turmudzi: no: 3664).
Imam Bukhari ra menciptakan kepingan di dalam Kitab Fadha’il ash-Shahabah [Fath al-Bari Juz 7 hal. 15] dengan judul ‘Bab; Sabda Nabi Saw, “Tutuplah pintu-pintu -di dinding masjid- kecuali pintu Abu Bakar.
Imam Bukhari berkata, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, dia berkata: Rasulullah Saw berkhutbah kepada para sahabat: “Sesungguhnya Allah memperlihatkan anjuran kepada seorang hamba; antara dunia dengan apa yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu lebih menentukan apa yang ada di sisi Allah.”
Abu Sa’id berkata: “Abu Bakar pun menangis. Kami merasa heran lantaran tangisannya. Tatkala Rasulullah Saw memberitakan ada seorang hamba yang diberikan tawaran. Ternyata yang dimaksud hamba yang diberikan anjuran itu ialah Rasulullah Saw. Memang, Abu Bakar ialah orang yang paling cerdik di antara kami.”
Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa kepadaku dengan ikatan persahabatan dan dukungan hartanya ialah Abu Bakar. Seandainya saya boleh mengangkat seorang Khalil -kekasih terdekat- selain Rabb-ku pasti akan saya jadikan Abu Bakar sebagai Khalil-ku. Namun, cukuplah -antara saya dengan Abu Bakar- ikatan persaudaraan dan saling menyayangi lantaran Islam. Dan dihentikan ada satu pun pintu yang tersisa di [dinding] masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, di Kitab Fadha’il ash-Shahabah (lihat Syarh Nawawi Juz 8 hal. 7-8). Berikut ini pelajaran-pelajaran yang sanggup dipetik dari hadits di atas:
1. Hadits ini mengandung keistimewaan yang sangat terang pada diri Abu Bakar ash-Shiddiq ra yang tidak ditandingi oleh siapapun di antara para sahabat. Hal itu disebabkan dia berhak menerima predikat Khalil -kekasih terdekat- bagi Nabi Saw kalaulah bukan lantaran faktor penghalang yang disebutkan oleh Nabi di atas.
2. Abu Bakar ra mengetahui bahwa seorang hamba yang diberikan anjuran tersebut ialah Nabi Saw. Oleh alasannya ialah itu dia pun menangis lantaran sedih akan berpisah dengannya, terputusnya wahyu, dan akhir lain yang akan muncul setelahnya.
3. Para ulama itu mempunyai pemahaman yang bertingkat-tingkat. Setiap orang yang lebih tinggi pemahamannya maka ia layak untuk disebut sebagai a’lam (orang yang lebih tahu).
4. Hadits ini mengandung motivasi untuk lebih menentukan pahala alam abadi daripada perkara-perkara dunia (lihat Fath al-Bari [7/19])
5. Hendaknya seorang berterima kasih kepada orang lain yang telah berbuat baik kepadanya dan menyebutkan keutamaannya (lihat Fath al-Bari [7/19]).
Kita juga sanggup melihat bersama bagaimana kedalaman ilmu Abu Bakar ash-Shiddiq ra terhadap hadits Nabi Saw, sehingga ilmu itupun terserap dengan cepat ke dalam hatinya dan menciptakan air matanya meleleh. Kecintaan kepada alam abadi dan kerinduan untuk bertemu dengan Allah Swt jauh lebih dia utamakan daripada kesenangan dunia. Beliau sangat menyadari bahwa kehadiran Rasulullah Saw di tengah-tengah para sahabat laksana lentera yang menerangi perjalanan hidup mereka. Nikmat hidayah yang dicurahkan kepada mereka melalui bimbingan Nabi Saw ialah di atas segala-galanya.
Kita pun sanggup menarik kesimpulan bahwa dakwah Rasulullah Saw berjalan dengan pinjaman dan dukungan para sahabatnya. Beliau -dengan kedudukan dia yang sangat agung- tidaklah berdakwah sendirian. Terbukti akreditasi dia terhadap jasa-jasa Abu Bakar yang sangat besar kepadanya. Tentu saja yang dia maksud bukan semata-mata pinjaman Abu Bakar untuk kepentingan langsung beliau, akan tetapi demi kemaslahatan umat yang itu tak lain ialah dalam rangka dakwah dan berjihad di jalan Allah.
Hadits ini juga memperlihatkan betapa agungnya kedudukan Abu Bakar di mata Nabi Saw yang melebihi sahabat-sahabat yang lain. Nabi tanpa malu-malu mengakui keutamaan Abu Bakar ra. Hadits ini juga memperlihatkan bahwa memuji orang di hadapannya diperbolehkan selama orang tersebut tidak dikhawatirkan ujub karenanya. Hadits ini juga memperlihatkan bahwa kecintaan yang terpendam di dalam hati pasti akan membuahkan imbas pada gerak-gerik fisik manusia. Kecintaan yang sangat dalam pada diri Nabi Saw terhadap Abu Bakar pun tampak dari ucapan dan perbuatan beliau. Kalau kita menyayangi Rasulullah Saw maka konsekuensinya kita pun menyayangi orang yang dia cintai. Kecintaan yang berlandaskan Islam dan persaudaraan seagama.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal keteguhan iktikad sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq. Sumber buku Aqidah Akhlak Kelas VIII Mts Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.