Keadaan Sosial Masyarakat Quraisy Sebelum Islam
Monday, June 8, 2020
Edit
Keadaan Sosial Masyarakat Quraisy Sebelum Islam.
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh kondisi dan letak geografisnya. Bagian tengah Jazirah Arab terdiri dari tanah pegunungan yang tandus. Oleh alasannya ialah itu banyak penduduk yang hidupnya tidak menetap, mereka tinggal di pedalaman, yaitu masyarakat Badui, yang mata pencahariannya beternak. Mereka berpindah pindah dari satu lembah ke lembah yang lain mencari rumput untuk binatang ternaknya. Bidang pertanian dikerjakan oleh suku-suku yang bertempat tinggal di daerah-daerah subur, terutama mereka yang mendiami tempat subur di sekitar oase menyerupai Thaif. Di tempat ini mereka menanam buahbuahan dan sayur-sayuran.
Masyarakat Arab yang tinggal diperkotaan biasanya mereka berdagang. Mereka dinamakan Ahlul Hadhar, kehidupan sosial ekonomi mereka sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam perdagangan. Oleh lantaran itu, bangsa Arab Quraisy sangat populer dalam dunia perdagangan. Mereka melaksanakan perjalanan dagang pada dua demam isu dalam setahun, yaitu ke Negara Syam pada demam isu panas dan ke Yaman pada demam isu dingin.
Di kota Mekkah terdapat sentra perdagangan, yaitu pasar Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulan tertentu, menyerupai Zulqa’dah, Zulhijjah, dan Muharram. Dalam bidang sosial politik, masyarakat Arab pada masa jahiliyah tidak mempunyai sistem pemerintahan yang mapan dan teratur. Mereka hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir, yang mengurusi duduk kasus mereka dalam kasus perang, pembagian harta dalam pertempuran tertentu. Di luar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
Di samping itu, bangsa Arab sebelum Islam juga telah bisa menyebarkan ilmu pengetahuan. Hal ini contohnya sanggup dilihat dari aneka macam ilmu pengetahuan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Arab pada waktu itu.
Di antara ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan ialah astronomi, yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Mereka ini pindah ke negeri Arab pada waktu negara mereka diserang oleh bangsa Persia. Dari mereka inilah bangsa Arab mencar ilmu banyak ilmu astronomi.
Tata sosial bangsa Arab sebelum Islam populer pemberani di dalam membela pendirian. Mereka tidak mau mengubah pendirian serta tata cara hidup yang sudah menjadi kebiasaannya, tidak mau mengalah, namun ada sisi kebiasaan yang baik yaitu suka menghormati dan memuliakan tamu. Moral dan sikap sangat rusak sehingga mereka disebut kaum jahiliyah “yang bodoh”. Berjudi minum-minuman keras dilakukan secara bersama-sama, bahkan tidak jarang mereka merampok sehingga sering mengakibatkan peperangan antar suku. Yang lebih jelek lagi moralnya ialah adanya suku Arab yang mengubur bayi wanita mereka secara hidup-hidup, mereka beranggapan bahwa anak wanita itu tidak mempunyai kegunaan dan hanya menysahkan orang tua. Oleh lantaran itu mereka merasa terhina apabila mempunyai anak perempuan. Di antara suku yang melaksanakan perbuatan keji dan tidak berperikemanusiaan itu ialah suku bani Tamim dan suku bani Asad.
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, orang-orang Arab pada masa pra Islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak. Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Tiap tahun di Pasar ‘Ukaz diadakan deklamasi sajak yang sangat luas. Selain ‘Ukaz masih ada pasar yang dijadikan tempat berkumpulnya para penyair yaitu pasar Majinnah dan Zul Majaz. Salah satu dari imbas syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu sanggup meninggikan derajat seorang yang tadinya hina atau sebaliknya menghinakan seseorang yang tadinya terhormat.
Satu-satunya alat publisistik yang amat luas lapangannya yaitu Khithabah. Di samping sebagai penyair, orang-orang Arab Jahiliyah juga sangat fasih berpidato dengan bahasa yang indah dan bersemangat. Para hebat pidato pada ketika itu mereka menerima derajat tinggi menyerupai para penyair.
Salah satu kelaziman dalam masyarakat Arab Jahiliyah ialah mengadakan majelis atau nadwah sebagai sarana untuk mendeklamasikan sajak, bertanding pidato, tukar menukar informasi dan lain sebagainya. Seperti: Nadi Quraisy dan Darun Nadwah yang bangun di samping Ka’bah sebagian dari nadwah mereka.
Begitulah spesialis sejarah Islam, Ahmad Amin seorang sejarahwan Islam memberi definisi perihal kata-kata Arab Jahiliyah yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun telah diketahui bahwa itu benar. Makara jahiliyah bukanlah Jahl yang berarti bodoh.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal keadaan sosial masyarakat Quraisy sebelum Islam. Sumber buku Siswa SKI Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh kondisi dan letak geografisnya. Bagian tengah Jazirah Arab terdiri dari tanah pegunungan yang tandus. Oleh alasannya ialah itu banyak penduduk yang hidupnya tidak menetap, mereka tinggal di pedalaman, yaitu masyarakat Badui, yang mata pencahariannya beternak. Mereka berpindah pindah dari satu lembah ke lembah yang lain mencari rumput untuk binatang ternaknya. Bidang pertanian dikerjakan oleh suku-suku yang bertempat tinggal di daerah-daerah subur, terutama mereka yang mendiami tempat subur di sekitar oase menyerupai Thaif. Di tempat ini mereka menanam buahbuahan dan sayur-sayuran.
Masyarakat Arab yang tinggal diperkotaan biasanya mereka berdagang. Mereka dinamakan Ahlul Hadhar, kehidupan sosial ekonomi mereka sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam perdagangan. Oleh lantaran itu, bangsa Arab Quraisy sangat populer dalam dunia perdagangan. Mereka melaksanakan perjalanan dagang pada dua demam isu dalam setahun, yaitu ke Negara Syam pada demam isu panas dan ke Yaman pada demam isu dingin.
Di kota Mekkah terdapat sentra perdagangan, yaitu pasar Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulan tertentu, menyerupai Zulqa’dah, Zulhijjah, dan Muharram. Dalam bidang sosial politik, masyarakat Arab pada masa jahiliyah tidak mempunyai sistem pemerintahan yang mapan dan teratur. Mereka hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir, yang mengurusi duduk kasus mereka dalam kasus perang, pembagian harta dalam pertempuran tertentu. Di luar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
Di samping itu, bangsa Arab sebelum Islam juga telah bisa menyebarkan ilmu pengetahuan. Hal ini contohnya sanggup dilihat dari aneka macam ilmu pengetahuan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Arab pada waktu itu.
Di antara ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan ialah astronomi, yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Mereka ini pindah ke negeri Arab pada waktu negara mereka diserang oleh bangsa Persia. Dari mereka inilah bangsa Arab mencar ilmu banyak ilmu astronomi.
Tata sosial bangsa Arab sebelum Islam populer pemberani di dalam membela pendirian. Mereka tidak mau mengubah pendirian serta tata cara hidup yang sudah menjadi kebiasaannya, tidak mau mengalah, namun ada sisi kebiasaan yang baik yaitu suka menghormati dan memuliakan tamu. Moral dan sikap sangat rusak sehingga mereka disebut kaum jahiliyah “yang bodoh”. Berjudi minum-minuman keras dilakukan secara bersama-sama, bahkan tidak jarang mereka merampok sehingga sering mengakibatkan peperangan antar suku. Yang lebih jelek lagi moralnya ialah adanya suku Arab yang mengubur bayi wanita mereka secara hidup-hidup, mereka beranggapan bahwa anak wanita itu tidak mempunyai kegunaan dan hanya menysahkan orang tua. Oleh lantaran itu mereka merasa terhina apabila mempunyai anak perempuan. Di antara suku yang melaksanakan perbuatan keji dan tidak berperikemanusiaan itu ialah suku bani Tamim dan suku bani Asad.
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, orang-orang Arab pada masa pra Islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak. Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Tiap tahun di Pasar ‘Ukaz diadakan deklamasi sajak yang sangat luas. Selain ‘Ukaz masih ada pasar yang dijadikan tempat berkumpulnya para penyair yaitu pasar Majinnah dan Zul Majaz. Salah satu dari imbas syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu sanggup meninggikan derajat seorang yang tadinya hina atau sebaliknya menghinakan seseorang yang tadinya terhormat.
Satu-satunya alat publisistik yang amat luas lapangannya yaitu Khithabah. Di samping sebagai penyair, orang-orang Arab Jahiliyah juga sangat fasih berpidato dengan bahasa yang indah dan bersemangat. Para hebat pidato pada ketika itu mereka menerima derajat tinggi menyerupai para penyair.
Salah satu kelaziman dalam masyarakat Arab Jahiliyah ialah mengadakan majelis atau nadwah sebagai sarana untuk mendeklamasikan sajak, bertanding pidato, tukar menukar informasi dan lain sebagainya. Seperti: Nadi Quraisy dan Darun Nadwah yang bangun di samping Ka’bah sebagian dari nadwah mereka.
Begitulah spesialis sejarah Islam, Ahmad Amin seorang sejarahwan Islam memberi definisi perihal kata-kata Arab Jahiliyah yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun telah diketahui bahwa itu benar. Makara jahiliyah bukanlah Jahl yang berarti bodoh.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal keadaan sosial masyarakat Quraisy sebelum Islam. Sumber buku Siswa SKI Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.