Tauhid | Kekerabatan Tuhan, Insan Dan Alam

Hubungan Allah, Manusia dan Alam.
Islam yakni agama yang komprehensif dengan wawasannya yang relevan bagi setiap acara manusia, bagi setiap usaha, baik fisik maupun spiritual. Manusia diciptakan Tuhan dengan maksud turut merealisir tujuan-Nya yang mulia, tujuan kebaikan. Di samping insan diberi kiprah dalam rangka keseluruhan dari penciptaan-Nya, dia juga dituntut biar selalu patuh kepada Tuhan.

Di sini Tuhan menunjukkan daya intelegensi yang tinggi kepada manusia. Dengan logika insan membedakan yang baik dan yang buruk. Karena itu Tuhan menunjukkan derajat yang paling tinggi kepada insan dibandingkan dengan makhluk lain. Di antara makhluk, insan yang dilengkapi dengan moral. Karena itu manusia, dalam hidupnya, penuh dengan perjuangan, baik usaha untuk merealisasikan tujuan penciptaan Tuhan, hubungannya dengan alam, maupun pada level pribadi.

Makara kekerabatan Tuhan, manusia, dan alam tidak sanggup dipisahkan satu sama lain. Hubungan yang terperinci yakni bahwa insan diberi kiprah oleh Tuhan untuk mengelola alam semesta ini dengan tujuan kebaikan dan kesempurnaan dari seluruh rencana Tuhan dan keseluruhan penciptaannya. Hubungan dengan Tuhan bahwa insan merupakan kepingan dari-Nya, dalam arti bahwa Tuhan telah meniupkan ruh-Nya ke dalam diri manusia. Namun, Tuhan tetap sebagai makrokosmos (alam besar) dan insan yakni mikrokosmos (alam kecil). Alam kecil ini senantiasa berafiliasi secara spiritual dengan alam besar, setidaknya pada level filosofis. Karena itu, insan harus menggandakan Tuhan di dalam segala sikapnya, mewujudkan kebaikan-kebaikan. Tugas ini, suka atau pun tidak suka, harus dipikulnyaa. Manusia mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ini (khalifah fi al-arḍ).

Hubungan insan dengan alam yakni bahwa insan memanfaatkan alam demi terciptanya kebaikan-kebaikan itu dan dalam rangka beribadah kepada-Nya. Inilah yang disebut sebagai ‘amr’ atau perintah Tuhan yang harus dilaksanakan oleh manusia. Makara alam berfungsi sebagai kemudahan dalam rangka tujuan tadi. Dengan demikian dalam Islam insan menjadi “pengelola”, bukan “eksploitator”.

Berangkat dari konsepsi ini, tauhid tidak hanya berbicara perihal keesaan Tuhan, tapi juga berbicara perihal bagaimana insan berperilaku dan bertindak. Manusia merupakan cermin dari Tuhan atau khalifah Tuhan di bumi, sebab itu dia harus mewujudkan misi-Nya di bumi. Ketika dia melaksanakan interaksi dengan orang lain, maka unsur Tuhan serta nilai- nilai teologis harus dijabarkan. Pandangan ini amat besar lengan berkuasa pada pemahamannya perihal budbahasa sosial.

Dari gagasan ini, idealnya akan muncul sebuah masyarakat yang di dalamnya terdapat keadilan, kesejahteraan, kedamaian, serta sikap masyarakat yang dilandasi nilai-nilai moral yang tinggi. Nilai-nilai universal yang menjadi pesan al-Qur`an itu hendaknya menjadi teladan dan basis etis sebuah masyarakat. Karena itu, seluruh insan tanpa dibatasi oleh atribut tertentu: golongan, suku bangsa, ras, bahasa dan lain-lain, harus menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan universal itu: “keadilan”, “kebaikan”, “persamaan”, (merasa sama satu sama lain, tidak merasa lebih tinggi, lebih super dan lain sebagainya), kejujuran dan lain-lain.

Dengan sikap tauhid yang dinamis ini, maka terperinci insan akan hidup optimis, tanpa berlebihan. Sikap optimis demukian sanggup melahirkan sikap rendah hati dan tidak gampang berputus asa. Karena itu, seseorang akan berada pada jalan tengah dan terhindar dari dua kutub ekstrim. Karena dua kutub ekstrim itulah yang menjadikan insan jatuh pada “kekufuran”. Di dalam konsep tauhid ini, terciptalah kekerabatan antara insan dengan Tuhan, kekerabatan insan dengan insan yang lain, dan kekerabatan insan dengan alam sekitarnya secara serasi demi mewujudkan dan merealisasikan tujuan dari penciptaan ini. Landasan tauhid ini menjadi dasar dan prinsip universalitas Islam.

Selain itu, banyak ayat al-Qur`an yang senada dengan semangat persatuan, egalitarianisme, dan keadilan sosial. Hal ini mengandaikan Islam menerima—sekalipun secara rinci tidak dijelaskan—gagasan dan ilham demokrasi. Ide demokrasi ini pun telah diisyaratkan al-Qur`an. Sebagai indikator misalnya, beberapa ayat menyebut perihal musyawarah (syura`), perintah berlaku adil terhadap siapa saja, bahkan terhadapnmusuh atau orang yang sangat kita benci sekalipun. Maka, jelaslah kesatuan (tawḥid) bukanlah semata-mata bagaimana insan memahami Tuhan itu Esa, melainkan lebih jauh dari itu juga harus berimplikasi kasatmata dan responsif pada masalah sosial dan politik serta sanggup menjawab banyak sekali problem kemanusiaan lainnya. Karena itu keadilan, demokrasi, egalitarianisme, keterbukaan dan sebagainya, harus menjadi kepingan dari, dan berada di bawah pancaran Tauhid. Dengan demikian maka segala tindakan insan selalu berada pada koridor dan rel tauhid sehingga, nilai-nilai ilahiah sanggup dimanifestasikan dalam kehidupan seorang muslim. Inilah yang menjadi salah satu misi insan sebagai khalifah Tuhan di bumi.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal kekerabatan Tuhan, insan dan alam. Sumber buku Siswa Kelas X MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel