Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa’ Ayat 59 Perihal Taat Kepada Allah, Rasul Dan Ulil Amri
Monday, June 15, 2020
Edit
Taat mempunyai arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan ialah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan ialah perilaku tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibentuk baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.
Aturan yang paling tinggi ialah aturan yang dibentuk oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibentuk oleh Nabi Muhammad Saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibentuk oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.
Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil hingga pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan gampang terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh lantaran itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin lantaran dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.
Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 59.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, bila kau berbeda pendapat perihal sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), bila kau beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)
Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 59.
Asbabu al-Nuzul atau alasannya ialah turunnya ayat ini berdasarkan Ibn Abbas ialah berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi saat Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah Saw.). As-Sady beropini bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid saat keduanya diangkat oleh Rasulullah Saw. sebagai pemimpin dalam sariyah.
Al-Qur'an Surat an-Nisa/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah Saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.
1. Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari.
Arti ulil amri ialah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqh (mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain beropini bahwa sahabat-sahabat Rasulullah Saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri.
2. Al-Mawardi.
Ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu: (1) umāra (para pemimpin yang konotasinya ialah pemimpin dilema keduniaan), (2) ulama dan fuqaha, (3) sahabat-sahabat Rasulullah Saw., (4) dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.
3. Ahmad Mustafa al-Maraghi.
Bahwa ulil amri itu ialah umara, andal hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya.
Kita memang diperintah oleh Allah Swt. untuk taat kepada ulil amri (apa pun pendapat yang kita pilih perihal makna ulil amri). Namun, perlu diperhatikan bahwa perintah taat kepada ulil amri tidak digandengkan dengan kata “taat”; sebagaimana kata “taat” yang digandengkan dengan Allah Swt. dan rasul-Nya. Quraish Shihab, Mufassir Indonesia, memberi ulasan yang menarik: “Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi instruksi bahwa ketaatan kepada mereka tidak bangkit sendiri, tetapi berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Artinya, apabila perintah itu bertentangan dengan nilai-nilai pedoman Allah dan rasul-Nya, tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka."
Lebih lanjut Rasulullah Saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:
Artinya: “Dari Abi Abdurahman, dari Ali sebetulnya Rasulullah bersabda... Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, sebetulnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” (HR. Muslim)
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.
Aturan yang paling tinggi ialah aturan yang dibentuk oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibentuk oleh Nabi Muhammad Saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibentuk oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.
Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil hingga pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan gampang terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh lantaran itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin lantaran dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.
Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 59.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, bila kau berbeda pendapat perihal sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), bila kau beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)
Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 59.
Asbabu al-Nuzul atau alasannya ialah turunnya ayat ini berdasarkan Ibn Abbas ialah berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi saat Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah Saw.). As-Sady beropini bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid saat keduanya diangkat oleh Rasulullah Saw. sebagai pemimpin dalam sariyah.
Al-Qur'an Surat an-Nisa/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah Saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.
1. Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari.
Arti ulil amri ialah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqh (mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain beropini bahwa sahabat-sahabat Rasulullah Saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri.
2. Al-Mawardi.
Ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu: (1) umāra (para pemimpin yang konotasinya ialah pemimpin dilema keduniaan), (2) ulama dan fuqaha, (3) sahabat-sahabat Rasulullah Saw., (4) dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.
3. Ahmad Mustafa al-Maraghi.
Bahwa ulil amri itu ialah umara, andal hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya.
Kita memang diperintah oleh Allah Swt. untuk taat kepada ulil amri (apa pun pendapat yang kita pilih perihal makna ulil amri). Namun, perlu diperhatikan bahwa perintah taat kepada ulil amri tidak digandengkan dengan kata “taat”; sebagaimana kata “taat” yang digandengkan dengan Allah Swt. dan rasul-Nya. Quraish Shihab, Mufassir Indonesia, memberi ulasan yang menarik: “Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi instruksi bahwa ketaatan kepada mereka tidak bangkit sendiri, tetapi berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Artinya, apabila perintah itu bertentangan dengan nilai-nilai pedoman Allah dan rasul-Nya, tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka."
Lebih lanjut Rasulullah Saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:
Artinya: “Dari Abi Abdurahman, dari Ali sebetulnya Rasulullah bersabda... Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, sebetulnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” (HR. Muslim)
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa’ Ayat 59 perihal taat kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.