Sifat-Sifat Dewa Berdasarkan Pedoman Asy'ariyah Dan Maturidiyah

Sifat-sifat Allah Menurut Aliran Asy'ariyah.
Menurut pedoman Asy'ariyah, yang kuasa mempunyai sifat lantaran perbuatan-perbuatannya. Mereka juga menyampaikan bahwa yang kuasa mengetahui, berkuasa, menghendaki dan sebagainya serta mempunyai pengetahuan, kemauan dan daya. Asy'ariyah beropini bahwa sifat-sifat yang kuasa itu tidak sanggup dibandingkan dengan sifat-sifat manusia. Pendapat Asy'ariyah ini berlawanan dengan paham mu’tazilah yang menyatakan bahwatuhan tidak mempunyai sifat.

Asy'ariyah memberi daya yang kecil pada nalar dan menolak paham yang kuasa mempunyai sifat-sifat jasmani, bila sifat jasmani dianggap sama dengan sifat manusia. Ayat-ayat al-Qur’an yang menggambarkan yang kuasa mempunyai sifat jasmani, dilarang ditakwilkan tetapi harus diterima sebagaimana makna harfiahnya. Oleh alasannya yaitu itu, yang kuasa dalam pandangan Asy'ariyah mempunyai mata, wajah, tangan serta bersemayam di singgasana. Tetapi, semua dikatakan la yukayyaf wa la yuhadd (tanpa diketahui bagaimana cara dan batasnya).

Asy’ari beropini bahwa yang kuasa sanggup dilihat dengan mata kepala kelak di akhirat. Hal ini didasarkan pada pendapat keyakinan asy’ari yang menjelaskan bahwa sesuatu yang sanggup dilihat yaitu sesuatu yang mempunyai wujud. Karena yang kuasa mempunyai wujud, yang kuasa sanggup dilihat, lebih jauh dikatakan yang kuasa melihat apa yang ada. Dengan demikian, yang kuasa melihat diriNya juga. Jika yang kuasa melihat diriNya, tentu yang kuasa sanggup menciptakan insan mempunyai kemampuan melihat diriNya. Ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sandaran dalam menopang pendapatnya adalah;

Al-Qur'an Surat al-Qiyamah ayat 22-23:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ . إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Artinya: "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. kepada tuhannyalah mereka melihat." (QS. al-Qiyamah : 22-23)

Al-Qur'an Surat al-A’raaf ayat 143:

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ

Artinya: "Dan tatkala Musa tiba untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan yang kuasa telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: 'Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku supaya saya sanggup melihat kepada Engkau'. Tuhan berfirman: 'Kamu sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi lihatlahke bukit itu, maka bila ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) pasti kau sanggup melihatKu'. Tatkala tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka sehabis Musa sadar kembali, beliau berkata: 'Maha suci Engkau, saya bertaubat kepada Engkau dan saya orang yang pertama-tama beriman'." (QS. al-A’raaf : 143)

Al-Qur'an Surat Yunus ayat 26:

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Artinya: "Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. dan muka mereka tidak ditutupi bubuk hitam dan tidak (pula) kehinaan. mereka itulah penghuni surga, mereka abadi di dalamnya." (QS. Yunus : 26)

Sifat-sifat Allah Menurut Aliran Maturidiyah.
Pendapat pedoman Maturidiyah mengenai sifat yang kuasa sama dengan pendapat Asy'ariyah yang menyatakan bahwa yang kuasa mempunyai sifat. Maturidiyah beropini bahwa sifat sifat yang kuasa itu mulazamah (ada bersama; inhern) zat tanpa terpisah (innaha lam takun ain al-zat wa la hiya ghairuhu). Maturidiyah tetapkan sifat bagi Allah Swt tidak harus membawa kepada pengertian anthropomorphisme, lantaran sifat tidak berwujud yang terpisah dari zat, sehingga berbilang sifat tidak akan membawa pada berbilangnya yang qadim (taaddud al-qudama). Tampaknya paham Maturidiyah perihal makna sifat yang kuasa cenderung mendekati paham mu’tazilah. Perbedaannya, al-Maturidi mengakui adanya sifat-sifat tuhan, sedangkan mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat tuhan.

Menurut maturidi samarkand, dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi citra yang kuasa mempunyai sifat jasmani, mereka menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata dan kaki yaitu kekuasaan tuhan. Pendapat pedoman samarkand ini kelihatannya tidak sepaham dengan mu’tazilah lantaran al-Maturidi menyampaikan bahwa sifat bukanlah tuhan, akan tetapi juga tidak lain dari tuhan.

Aliran Maturidiyah bukhara sependapat dengan Asy'ariyah dan maturidi samarkand bahwa yang kuasa sanggup dilihat dengan mata kepala. Al-Bazdawi tokoh Maturidiyah bukhara menyampaikan bahwa yang kuasa kelak memperlihatkan diriNya untuk kita lihat dengan mata kepala, sesuai dengan apa yang yang kuasa kehendaki.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal sifat-sifat yang kuasa berdasarkan pedoman Asy'ariyah dan Maturidiyah. Sumber buku Siswa Kelas XII MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel