Pengertian Mauqif (Masa Penantian) Dan Lamanya Di Padang Mahsyar


Mahsyar yaitu masa transisi kebangkitan dari alam kubur ke masa penentuan nasib (hisab) umat manusia, sehingga diputuskan masuk syurga atau neraka. Masa penantian di mahsyar ini diistilahkan dengan mauqif.

Mauqif secara bahasa berarti daerah berhenti. Manusia akan dibangunkan dari kuburnya (dari kematian) pada hari final zaman sebagaimana tubuh kita sekarang, tetapi tidak berpakaian, tidak menggunakan sandal, alam ini dinamakan alam makhsyar. Alam ini tidak berlantai tanah, tetapi lantainya bagaikan perak yang berkilau, dan matahari hanya 7 hasta diatas kepala dan tidak ada daerah berteduh, pohon atau bangunan apa pun.

Manusia berdesak-desakkan, untuk menginjakkan kaki ke lantai mereka berebut lantaran terlalu banyaknya manusia, dengan panasnya berdesakan dan panasnya terik matahari diatas kepala, maka insan akan terendam oleh keringatnya masing-masing tergantung amal berbuatan insan di dunia. Ada yang sebatas tungkak, sebatas leher, bahkan ada yang tenggelam.

Dalam keadaan hiruk pikuk insan ibarat ini, Allah Swt memerintahkan kepada api untuk menggiring insan menuju mauqif. Mauqif ini daerah pengadilan Allah Swt yang sangat adil, untuk menimbang amal perbuatan insan dan memilih tujuan daerah akhir, nirwana atau neraka.

Dalam masa penantian, seluruh insan dikumpulkan dalam keadaan telanjang kaki, tidak berpakaian, dan juga tidak dikhitan. Dalam hadis diriwayatkan bahwa ketika Aisyah ra mendengar Rasulullah Saw. bersabda “Manusia dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan, dan tidak dikhitan, Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah, semua pria dan perempuan saling melihat satu sama yang lain?”. Rasulullah menjawab : “Wahai Aisyah, urusan pada ketika itu lebih penting ketimbang sekedar memandang satu sama lain.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maksud Aisyah, lantaran semua insan telanjang apa tidak aib lantaran auratnya kelihatan.

Keadaan matahari di mahsyar nanti yaitu didekatkan terhadap kepala makhluk, sehingga semakin memberatkan dan angker mereka. Itulah di antara insiden yang amat dahsyat di padang mahsyar. Maka, keluarlah keringat mereka yang akan menyiksa pemiliknya sesuai dosadosa mereka ketika hidup di dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,

“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadis ini) berkata:”Demi Allah, saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang digunakan untuk bercelak mata.” Beliau bersabda:”Maka insan tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Maka, di antara mereka ada yang keringatnya hingga kedua mata kakinya. Ada yang hingga kedua betisnya.Adapula yang hingga pinggangnya. Ada juga yang keringatnya sungguh-sungguh menyiksanya.” –Perawi berkata:”Rasulullah menunjuk dengan tangannya ke mulutnya.” (HR. Muslim)

Situasi dahsyat di Mahsyar itu menyebabkab insan tidak sempat lagi melihat aurat orang lain atau terlintas rasa aib lantaran aurat kita terlihat. Bahkan orang bau tanah tidak ingat anaknya, suami tidak ingat istrinya dan sebaliknya. Semua sibuk dengan urusan masing-masing, memikirkan keputusan Allah Swt. yang akan diterimanya.

Demikian itu dilukiskan dalam QS. ‘Abasa (80) : 34-37,

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ . وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ . وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ . لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

"Pada hari ketika insan lari dari saudaranya. dari ibu dan bapaknya. dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu memiliki urusan yang cukup menyibukkannya."

Dalam masa penantian nasib itu, Allah Swt dengan rahmat dan keutamaanNya akana menunjukkan naungan kepada sebagian hamba-Nya, pada hari yang sangat panas. Tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya, yaitu di padang mahsyar tatkala mereka menghadap Allah Swt. Beberapa golongan yang akan mendapat naungan-Nya, yaitu naungan ArsyNya, yaitu sebagaimana yang Rasulullah Saw., sebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Beliau bersabda :

“Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka di bawah naungan Arsy-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Arsy-Nya. Mereka yaitu (1) imam (pemimpin) yang adil, (2) cowok yang tumbuh dalam peribadahan kepada Rabbnya, (3) orang yang hatinya terkait di masjid, (4) orang yang saling mengasihi lantaran Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang perempuan yang berkedudukan lagi cantik, namun beliau berkata: ‘Sesungguhnya saya takut kepada Allah’, (6) orang yang beramal namuan merahasiakannya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan (7) orang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian hingga berlinang air matanya.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Riwayat yang lain menyebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : "Tiga golongan, barang siapa yang ada di dalamnya, Allah akan melindunginya dibawah arsy-Nya pada hari dimana tidak ada pemberian kecuali pemberian Allah. 1). Oarng yang menyempurnakan (air) wudlu’nya ketampat yang ia tidak menyukainya, 2). Orang yang berjalan ke masjid di malam yang gelap gulita, 3).Orang yang menunjukkan makan kepada orang yang lapar." (HR., Ashbahanim dari Jabir).

Di Mahsyar dengan suhu yang sangat panas di hari hisab, tentulah para insan menjadi resah dan panik ingin mencari daerah perlindungan. Dan pada hari itulah insan akan berkata: “Ke mana daerah lari?”. Dalam al-Quran disingkapkan dengan tegas dan terang sekali perihal keadaan itu sebagaimana firman Allah dalam surah al-Qiyamah: 10-11:

يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ . كَلَّا لَا وَزَرَ

"Pada hari itu insan berkata: ”Ke mana daerah berlari?”. sekalikali tidak! tidak ada daerah berlindung"

Pada ketika itu matahari di dekatkan oleh Allah Swt hingga begitu erat dengan kepala insan hingga jarak antara insan dan matahari tidak hingga satu mil dan suhu panasnya juga di tambah padahal ketika itu insan dalam keadaan telanjang kaki, dan telanjang bulat, mereka terbakar tetapi tidak meninggal. Berkeringat berdasarkan kadar dosanya.

Diantara mereka ada yang berkeringat pada telapak kaki, ada yang berkeringat pada kedua bahunya, ada yang berkeringat pada perutnya, ada yang berkeringat pada dadanya dan ada yang berkeringat pada wajahnya, keringat itu disebabkan lantaran lamanya mereka berdiri.

Lamanya di Padang Mahsyar yaitu satu hari berbanding 50.000 tahun di dunia. Allah Swt berfirman:

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun”. (QS. al-Maarij: 4).

Di Mahsyar dengan suhu yang sangat panas seluruh mahluk berdiri selama 50 ribu tahun dalam keadaan tanpa ganjal kaki, telanjang dan kehausan tidak makan dan tidak minum tetapi tidak mati hingga mereka mencicipi lehernya tercekik lantaran kehausan, perutnya terkoyak lantaran kelaparan, tetapi kata Nabi Saw. keadaan ibarat itu bagi orang muslim di lalui dengan gampang tidak ubahnya ibarat shalat dua rakaat.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal pengertian mauqif (masa penantian) dan lamanya di padang mahsyar. Sumber buku Siswa Kelas XI MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel