Pengertian Qishas (Balasan) Allah Swt Pada Hari Kiamat

Qisas yakni jawaban kesalahan / jawaban yang diberikan Allah Swt terhadap manusia. Orang yang mengikuti permintaan Rasul dan suka memperoleh petunjuk Allah Swt akan melaksanakan kebaikan dan rela berkorban untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sementara orang yang engkar dan tidak mau melaksanakan kebaikan tidak sanggup dipersamakan kedudukannya dengan orang yang berbuat baik, oleh alasannya yakni itu ada jawaban dari Allah Swt terhadap masing masingnya.

Qisas pada hari yang dijanjikan oleh Allah Swt dimana akan membuka segala macam rahasia, itu niscaya akan tiba dan pada hari itu pembalasan baik dan jelek niscaya akan dilaksanakan itulah yang dinamakan dengan qisas.

Pada hari simpulan zaman nanti, aturan yang adil akan menuntut qishas atas yang dzalim bagi yang didzaliminya, sehingga tidak ada lagi perbuatan dzalim. Dengan demikian aneka macam ketidak adilan yang dilakukan atau dirasakan oleh insan di dunia akan mendapat keadilan itu di darul abadi kelak.

Pada hari simpulan zaman kekayaan dan harta insan yakni kebaikannya, kalau ia menganiaya orang-orang di dunia dan hal itu belum terselesaikan maka orang-orang yang dianiaya itu akan mengambil kebaikannya sesuai dengan kedzalimannya, kalau ia tidak mempunyai kebaikan atau kebaikannya habis maka keburukan orang orang yang dianiaya itu akan diambil dari mereka dan dibebankan kepadanya.

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw. bersabda,

مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ

  “Barangsiapa tersangkut kezhaliman dengan saudaranya dalam kehormatan atau sesuatu maka hendaknya ia membebaskan diri darinya sebelum dinar dan dirham tidak berguna, kalau ia mempunyai amal shalih maka diambil darinya sesuai dengan kezhalimannya, kalau ia tidak mempunyai kebaikan maka keburukan kawannya diambil dan dibebankan kepadanya.” (HR. al-Bukhari).

Orang yang kebaikannya diambil oleh insan atau memikul beban keburukan mereka yakni muflis (pailit/bangkrut), demikian Rasulullah Saw. menamakannya, dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Rasulullah Saw. bersabda, “Tahukah kalian siapa muflis itu?”

Mereka menjawab, “Muflis dari kami yakni orang yang tidak mempunyai dirham dan barang.”

Beliau bersabda, “ Muflis dari umatku yakni orang yang hadir di hari simpulan zaman dengan salat, puasa dan zakat, ia hadir sementara ia telah mencela ini, menuduh ini, makan harta ini, membunuh ini dan memukul ini, maka kebaikannya diberikan kepada ini dan kepada ini, kalau kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan apa yang wajib ia tunaikan, maka keburukan mereka diambil dan ditimpakan kepadanya kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka.”

Dalam riwayat Muslim dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah Saw. bersabda,

Dari jabir Ra. Berkata, Rasululloh Saw. Bersabda : "Jauhilah kedzaliman lantaran kezdoliman merupakan kegelapan pada hari kiamat, dan jauhilah perilaku rakus lantaran kekikiran/kerakusan telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Kerakusan itu telah membawa mereka pada pertumpahan darah dan penghalalan yang diharamkan”. (HR. Muslim)

Semua kedzaliman yang tidak terselesaikan di dunia akan diselesaikan nanti pada hari kiamat. Ini berlaku untuk semua hak, hanya saja hak darah atau nyawa menempati rangking tertinggi dalam perkara ini, hal ini dibuktikan dengan dimulainya keputusan di antara insan dengan perkara darah.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi Saw. bersabda, “Perkara pertama yang diputuskan di antara insan yakni darah.” Ibnu Hajar berkata, “Hadits ini mengatakan besarnya perkara darah, lantaran yang terpenting selalu didahulukan, sebuah dosa menjadi besar berdasarkan besarnya kerusakan dan hilangnya kemaslahatan.

Dalam Shahih al-Bukhari dari Abu Said al-Khudri dari Rasulullah Saw. bersabda, “Jika orang-orang mukmin selamat dari neraka, mereka tertahan di jembatan di antara nirwana dan neraka, maka mereka menuntaskan perkara kedzaliman di antara mereka di dunia, sehingga dikala mereka telah higienis dan suci maka mereka diizinkan masuk surga, demi dhat yang jiwa Muhammad berada ditangannya, salah seorang dari kalian lebih mengetahui kawasan tinggalnya di nirwana daripada rumahnya di dunia.”

Jembatan yang ada di antara nirwana dan neraka ini untuk tujuan pencucian apa yang ada dalam hati, sehingga insan akan masuk nirwana dalam keadaan tidak ada kedengkian, dendam dalam hatinya, sebagaimana firman Allah Swt;

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ

“ dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS. al-Hijr: 47)

Jika telah dihilangkan dari hati hati mereka berupa permusuhan, kebencian dan dibersihkan darinya, maka mereka pun diijinkan masuk ke surga. Maka dikala mereka telah diijinkan masuk ke surga, mereka tidak mendapati pintu nirwana dalam keadaan terbuka. Akan tetapi Nabi meminta syafa’at kepada Allah semoga dibukakan pintu nirwana bagi mereka, lantaran Nabi Saw., yakni orang pertama yang masuk nirwana Allah.“Aku mendatangi pintu nirwana pada hari simpulan zaman kemudian saya minta dibukakan pintu, maka berkatalah penjaga surga : Siapakah engkau ? Maka saya menjawab : Muhammad. Maka ia berkata: Denganmu saya diperintahkan untuk membuka pintu, saya tidak akan membukakan untuk seorangpun sebelum engkau” (HR. Muslim)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian qishas (balasan) Allah Swt pada hari kiamat. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel