Akhlak Tercela : Pengertian Sikap Ananiah, Gadab, Hasad, Gibah, Dan Namimah Beserta Dalilnya
Saturday, September 22, 2018
Edit
Di dalam hidup bermasyarakat kita bergaul dengan banyak orang, ada yang mempunyai sopan santun baik dan ada yang jelek. Dalam bergaul hendaknya kita tidak terpengaruh dengan sopan santun yang buruk dan selalu berusaha berakhlak baik.
Akhlak baik dan mulia akan menghantarkan seseorang pada posisi tinggi dan terhormat. Sebaliknya sopan santun yang buruk akan membuat seseorang jatuh ke lembah kenistaan. Akhlak baik biasa disebut akhlakul mahmudah, sedangkan sopan santun yang buruk disebut sebagai akhlakul mazmumah. Pada kepingan ini kita akan membahas mengenai beberapa sopan santun tercela, menyerupai ananiah, gadab, hasad, gibah, dan namimah. Tahukah kalian apa saja kejelekan dari perbuatan itu? Mari kita mempelajarinya dengan impian kita bisa menghindarinya dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Budi tidak suka bila usulnya tidak diterima. Budi kemudian mengancam akan keluar dari susunan kepanitiaan apabil usulnya tetap tidak diterima. Budi mengambil risiko kehilangan teman-temannya hanya demi kepentingan eksklusif untuk mendapat uang sewa. Baik atau tidakkah berdasarkan kalian sifat Budi itu? Sikap Budi itu tergolong ke dalam salah satu sifat tercela, yaitu ananiah atau egois.
Sifat egois ialah perbuatan atau tingkah laris yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memerhatikan lingkungan sekelilingnya, dan kepentingan bersama. Perbuatan itu bertentangan dengan fatwa Islam dimana Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memerhatikan dan saling tolong-menolong antara satu dengan yang lain dalam hal kebaikan dan takwa.
Apa akhir negatif dari orang yang mempunyai sifat egois? Firman Allah swt. dalam Surah al-Maidah ayat 2 berikut ini:
Artinya: "Dan tolong-menolonglah kau dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan". Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaan-Nya (Q.S. al-Maidah/5: 2)
Sifat egois bila dibiarkan akan menjadi sifat sombong, kikir, dan takabur. Semua sifat itu tidak boleh oleh Allah swt. Dalam sejarah umat manusia, tidak ada insan yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bahkan kesempurnaan hidup seseorang terletak pada kesanggupan hidup bersama orang lain.
Sifat egois tumbuh dan berkembang dari bujukan nafsu, setan dan imbas orang yang bersikap egois. Benih tumbuhnya sifat egois ialah perasaan bisa hidup tanpa pertolongan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain. Firman Allah swt. dalam Surah Lukman ayat 18 berikut ini:
Artinya: "Dan janganlah kau memalingkan wajah dari insan (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong dan membanggakan diri." (Q.S. Luqman/31 : 18)
Manusia murka pada insan lain ialah wajar. Akan tetapi kemarahan yang berlarut-larut melanggar fatwa agama Islam. Islam mengajarkan apabila seorang muslim berselisih dengan sesamanya, tidak boleh lebih dari 3 hari. Bukankah dengan kesalahan orang lain, berarti kita sanggup berguru dari kesalahan itu?
Sabda Rasulullah saw.:
Artinya: "Tidak ada seorang muslim mendiamkan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari." (H.R. al-Bukhari Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Artinya: "Haram hukumnya bagi seorang muslim untuk bermarahan dengan saudara muslimnya lebih dari tiga hari, dan bila dua orang muslim bertemu, mereka saling berolok-olok dan saling menantang, dan yang terbaik antara keduanya ialah yang memulai dengan salam." (H.R. al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Kita wajib menjauhi rasa amarah. Apabila sesuatu terjadi dan membuat kita marah, maka diamlah sesaat, tarik nafas dan berdoa kepada Allah swt. semoga diberi kekuatan dan kesabaran. Orang yang besar lengan berkuasa bahu-membahu bukanlah orang yang perkasa dan gagah jasmaninya, tapi orang yang bisa mengendalikan rasa amarahnya. Jadi, sebelum terlambat dan kemudian menyesal, bijaksanalah dalam mengelola hati dan perasaan.
Artinya: "Tidak tepat kepercayaan seseorang di antara kamu, hingga ia merasa bahagia dengan kesenangan yang didapat oleh saudaranya, sesuai dengan impian hal itu terjadi pada dirinya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Atau juga perumpamaan menyerupai berikut ini:
Artinya: "Seorang mu'min terhadap mu'min lainnya bagai suatu bangunan yang menopang satu kepingan dengan kepingan lainnya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Sifat dengki menyebabkan buruk bagi eksklusif seseorang. Sifat dengki juga sanggup merusak tatanan hidup yang rukun dan serasi di masyarakat. Oleh karenanya, sifat dengki dicela dalam Islam. Bahkan Rasulullah saw. menegaskan kalau dengki ialah duri dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, serta racun dalam kehidupan beragama.
Sabda Rasulullah saw.:
Artinya: "Jauhkan dirimu dari dengki alasannya ialah dengki itu memakan kebaikan, tak ubahnya sebagaimana api memperabukan kayu kering." (H.R. Abu Dawud)
Firman Allah swt. dalam Surah al Hujurat ayat 12 berikut ini:
Artinya: "Dan janganlah kau mencari-cari kesalahan orang lain. Dan janganlah ada di antara kau yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kau yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kau merasa jijik." (Q.S. al-Hujurat/49: 12)
Tentu sangat menjijikkan makan daging bangkai, terutama bangkai manusia, terlebih lagi saudara kita sendiri. Gibah sangat menjijikkan sehingga sudah sepantasnya untuk dijauhi dan ditinggalkan. Balasan untuk orang-orang yang suka gibah, menyerupai diceritakan oleh Rasulullah saw., ialah di darul abadi nanti mereka akan menjadi kaum yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku mereka yang terbuat dari tembaga.
Akan tetapi, dengan alasan tertentu, ada gibah yang diperbolehkan. Gibah yang diperbolehkan antara lain:
Allah swt. berfirman dalam Surah al-Humazah ayat 1 berikut ini:
Artinya: "Celakalah untuk setiap pengumpat dan pencela." (Q.S. al-Humazah/104: 1)
Namimah juga sanggup berbentuk provokasi atau memanas- manasi situasi semoga terjadi perselisihan. Perilaku mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak dan membuat perselisihan semoga putus ikatan persaudaraan atau persahabatan.
Allah swt. berfirman dalam Surah al-Qalam:
Artinya: "Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari berbagi fitnah." (Q.S. al-Qalam/68: 10-11)
Dalam sebuah hadis disebutkan:
Artinya: "Diriwayatkan Huzaifah: Saya mendengar Rasulullah bersabda; Tidak akan masuk nirwana tukang berkelahi domba." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
1. Mementingkan diri sendiri.
2. Segala sesuatu diatasi dengan emosi.
3. Tidak bahagia temannya sanggup nilai baik.
4. Membicarakan orang yang tidak disukai.
5. Mengadu domba antara satu dengan yang lain.
6. Tidak mau bekerja sama dengan teman.
7. Jika diingatkan baik bahkan marah.
8. Senang jikalau temannya tidak berhasil.
9. Menceritakan malu temannya kepada yang lain.
10. Menyebarkan khabar semoga jadi kacau.
Sumber : Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII, Kemdikbud
Akhlak baik dan mulia akan menghantarkan seseorang pada posisi tinggi dan terhormat. Sebaliknya sopan santun yang buruk akan membuat seseorang jatuh ke lembah kenistaan. Akhlak baik biasa disebut akhlakul mahmudah, sedangkan sopan santun yang buruk disebut sebagai akhlakul mazmumah. Pada kepingan ini kita akan membahas mengenai beberapa sopan santun tercela, menyerupai ananiah, gadab, hasad, gibah, dan namimah. Tahukah kalian apa saja kejelekan dari perbuatan itu? Mari kita mempelajarinya dengan impian kita bisa menghindarinya dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Pengertian Ananiah (Egois)
Menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., Fahmi, ketua Remaja Masjid 'Al-Falah' mengumpulkan para pengurus dan anggotanya. Fahmi mengadakan rapat untuk membahas persiapan meng-hadapi peringatan hari besar Islam itu. Setelah ia memaparkan kiprah panitia dan susunan acara, seorang anggota berjulukan Budi menawarkan usul. Budi menyarankan untuk memakai sound system miliknya yang biasa dipakai dalam keperluan acara-acara umum. Akan tetapi sehabis dimusya-warahkan dan melihat anggaran dana yang ada, jadinya diputuskan untuk memakai sound system masjid.Budi tidak suka bila usulnya tidak diterima. Budi kemudian mengancam akan keluar dari susunan kepanitiaan apabil usulnya tetap tidak diterima. Budi mengambil risiko kehilangan teman-temannya hanya demi kepentingan eksklusif untuk mendapat uang sewa. Baik atau tidakkah berdasarkan kalian sifat Budi itu? Sikap Budi itu tergolong ke dalam salah satu sifat tercela, yaitu ananiah atau egois.
Sifat egois ialah perbuatan atau tingkah laris yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memerhatikan lingkungan sekelilingnya, dan kepentingan bersama. Perbuatan itu bertentangan dengan fatwa Islam dimana Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memerhatikan dan saling tolong-menolong antara satu dengan yang lain dalam hal kebaikan dan takwa.
Apa akhir negatif dari orang yang mempunyai sifat egois? Firman Allah swt. dalam Surah al-Maidah ayat 2 berikut ini:
Artinya: "Dan tolong-menolonglah kau dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan". Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaan-Nya (Q.S. al-Maidah/5: 2)
Sifat egois bila dibiarkan akan menjadi sifat sombong, kikir, dan takabur. Semua sifat itu tidak boleh oleh Allah swt. Dalam sejarah umat manusia, tidak ada insan yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bahkan kesempurnaan hidup seseorang terletak pada kesanggupan hidup bersama orang lain.
Sifat egois tumbuh dan berkembang dari bujukan nafsu, setan dan imbas orang yang bersikap egois. Benih tumbuhnya sifat egois ialah perasaan bisa hidup tanpa pertolongan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain. Firman Allah swt. dalam Surah Lukman ayat 18 berikut ini:
Artinya: "Dan janganlah kau memalingkan wajah dari insan (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong dan membanggakan diri." (Q.S. Luqman/31 : 18)
Pengertian Gadab (Marah)
Orang yang mempunyai sifat pemarah cenderung mengedepankan emosi. Orang dengan sifat pemarah biasanya akan mengalami penyesalan di waktu kemudian.Manusia murka pada insan lain ialah wajar. Akan tetapi kemarahan yang berlarut-larut melanggar fatwa agama Islam. Islam mengajarkan apabila seorang muslim berselisih dengan sesamanya, tidak boleh lebih dari 3 hari. Bukankah dengan kesalahan orang lain, berarti kita sanggup berguru dari kesalahan itu?
Sabda Rasulullah saw.:
Artinya: "Tidak ada seorang muslim mendiamkan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari." (H.R. al-Bukhari Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Artinya: "Haram hukumnya bagi seorang muslim untuk bermarahan dengan saudara muslimnya lebih dari tiga hari, dan bila dua orang muslim bertemu, mereka saling berolok-olok dan saling menantang, dan yang terbaik antara keduanya ialah yang memulai dengan salam." (H.R. al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Kita wajib menjauhi rasa amarah. Apabila sesuatu terjadi dan membuat kita marah, maka diamlah sesaat, tarik nafas dan berdoa kepada Allah swt. semoga diberi kekuatan dan kesabaran. Orang yang besar lengan berkuasa bahu-membahu bukanlah orang yang perkasa dan gagah jasmaninya, tapi orang yang bisa mengendalikan rasa amarahnya. Jadi, sebelum terlambat dan kemudian menyesal, bijaksanalah dalam mengelola hati dan perasaan.
Pengertian Pengertian Hasad (Dengki/Iri)
Hasad maknanya perasaan tidak bahagia yang terus menerus pada nasib baik/keberuntungan/kesenangan orang lain. Setiap muslim tidak boleh menunjukkan sifat iri dan dengki pada saudara-saudaranya. Sebaliknya, ia harus bersikap senang, bila seseorang mendapat apa yang juga menjadi harapannya. Sabda Rasulullah saw.:Artinya: "Tidak tepat kepercayaan seseorang di antara kamu, hingga ia merasa bahagia dengan kesenangan yang didapat oleh saudaranya, sesuai dengan impian hal itu terjadi pada dirinya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Atau juga perumpamaan menyerupai berikut ini:
Artinya: "Seorang mu'min terhadap mu'min lainnya bagai suatu bangunan yang menopang satu kepingan dengan kepingan lainnya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah saw.:
Artinya: "Jauhkan dirimu dari dengki alasannya ialah dengki itu memakan kebaikan, tak ubahnya sebagaimana api memperabukan kayu kering." (H.R. Abu Dawud)
Pengertian Gibah (Menggunjing)
Gibah maknanya menceritakan sesuatu yang tidak disukainya kepada orang lain. Mendengarkan orang yang sedang ghibah dengan sikap kagum dan menyetujui apa yang dikatakannya, maka hukumnya ialah sama dengan gibah.Firman Allah swt. dalam Surah al Hujurat ayat 12 berikut ini:
Artinya: "Dan janganlah kau mencari-cari kesalahan orang lain. Dan janganlah ada di antara kau yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kau yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kau merasa jijik." (Q.S. al-Hujurat/49: 12)
Tentu sangat menjijikkan makan daging bangkai, terutama bangkai manusia, terlebih lagi saudara kita sendiri. Gibah sangat menjijikkan sehingga sudah sepantasnya untuk dijauhi dan ditinggalkan. Balasan untuk orang-orang yang suka gibah, menyerupai diceritakan oleh Rasulullah saw., ialah di darul abadi nanti mereka akan menjadi kaum yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku mereka yang terbuat dari tembaga.
Akan tetapi, dengan alasan tertentu, ada gibah yang diperbolehkan. Gibah yang diperbolehkan antara lain:
- Orang yang dizalimi boleh menceritakan kepada hakim mengenai kezaliman yang dilakukan terhadapnya.
- Meminta dukungan untuk mengubah kemungkaran dengan menceritakan kepada orang yang bisa mengubah kemungkaran menjadi kebenaran.
- Bercerita kepada seorang mufti/ahli untuk meminta fatwa.
- Memperingatkan kaum muslimin dari kejahatan seseorang.
- Dengan cara meratapi perbuatan itu dan bertekad untuk tidak lagi mengulanginya.
- Bila gibah sudah terdengar pada orang yang bersangkutan, maka ia harus mengemukakan alasan dan meminta maaf.
Pengertian Namimah (Adu Domba/Provokasi)
Namimah mengandung arti mengadu domba antara pihak satu dengan pihak yang lain. Orang yang mempunyi penyakit hati namimah suka sekali berbagi khabar yang menyebabkan kekacauan antar manusia. Namimah termasuk dosa besar yang diharamkan.Allah swt. berfirman dalam Surah al-Humazah ayat 1 berikut ini:
Artinya: "Celakalah untuk setiap pengumpat dan pencela." (Q.S. al-Humazah/104: 1)
Namimah juga sanggup berbentuk provokasi atau memanas- manasi situasi semoga terjadi perselisihan. Perilaku mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak dan membuat perselisihan semoga putus ikatan persaudaraan atau persahabatan.
Allah swt. berfirman dalam Surah al-Qalam:
Artinya: "Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari berbagi fitnah." (Q.S. al-Qalam/68: 10-11)
Dalam sebuah hadis disebutkan:
Artinya: "Diriwayatkan Huzaifah: Saya mendengar Rasulullah bersabda; Tidak akan masuk nirwana tukang berkelahi domba." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Contoh Perilaku Ananiah, Gadab, Hasad, Gibah, dan Namimah
Tuliskan sikap pada apa yang dinyatakan-pernyataan berikut ini!1. Mementingkan diri sendiri.
2. Segala sesuatu diatasi dengan emosi.
3. Tidak bahagia temannya sanggup nilai baik.
4. Membicarakan orang yang tidak disukai.
5. Mengadu domba antara satu dengan yang lain.
6. Tidak mau bekerja sama dengan teman.
7. Jika diingatkan baik bahkan marah.
8. Senang jikalau temannya tidak berhasil.
9. Menceritakan malu temannya kepada yang lain.
10. Menyebarkan khabar semoga jadi kacau.
Menghindari Perilaku Ananiah, Gadab, Hasad, Gibah, dan Namimah
Cara menghindari sikap ananinah, gadab, hasad, gibah dan namimah ialah menyerupai berikut ini:- Menyadari segala sesuatu yang dimiliki ialah milik Allah swt.
- Menyadari pemasok akan mengalami penyesalan di kemudian hari.
- Keberhasilan yang kita raih semata-mata karunia dari Allah swt.
- Menceritakan kejelekan orang lain ialah perbuatan dosa.
- Menyadari mengadu domba di darul abadi nanti akan celaka.
Sumber : Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII, Kemdikbud