Pengertian Dan Pola Taat Dalam Kehidupan Sehari-Hari

1. Pengertian dan Contoh Taat

Kata taat berasal dari bahasa Arab Ta’at. Kata ini memiliki makna mengikuti atau menuruti. Secara istilah taat berarti mengikuti dan menuruti impian atau perintah dari luar diri kita. Dengan kata lain, taat artinya tunduk, patuh ketika kita memperoleh perintah atau larangan untuk dihindari.


Contoh sikap taat sanggup ditemukan dalam uraian berikut. Rizki duduk di kelas VII Sekolah Menengah Pertama Bina Utama. Sebagai seorang muslim, Rizki menunaikan salat sempurna waktu, menunaikan puasa Ramadan, dan puasa sunah. Tidak lupa setiap hari Jumat Rizki memiliki agenda rutin yaitu bersedekah. Rizki melakukannya dengan tulus tanpa menginginkan kebanggaan dari sahabat atau orang tuanya.

Sikap yang ditunjukkan oleh Rizki termasuk kategori sikap taat. Rizki menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya. Perilaku Rizki hendaknya diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara menerapkan sikap taat dalam keseharian? Simaklah uraian berikut untuk mengetahuinya.


2. Berperilaku Taat dalam Keseharian

Memiliki sifat taat akan menawarkan jawaban baik untuk pemiliknya. Jika setiap orang telah memahami maksud sikap ini, dia akan menerapkan- nya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, sanggup dipastikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.

Dalam Islam terdapat tiga tingkatan objek ketaatan. Ketiganya ialah Allah Swt., Rasulullah saw., dan ulil amri. Hal ini tertera dalam Al-Qur’an Surah an-Nisa’  ayat 59.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul (Muhammad saw), dan ulil amri di antara kau . . . (Q.S. an-Nis-a’ [4]: 59)

Dalam ayat di atas dengan terang Allah Swt. memberitahukan tiga objek ketaatan manusia. Islam menuntut untuk ketaatan kepada ketiganya dengan model yang berbeda. Penerapan ketaatan dalam kehidupan sanggup dilakukan dengan mengacu pada kandungan ayat di atas.

a. Ketaatan kepada Allah Swt.

Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi. Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang sanggup mengalahkan ketaatan kita kepada Allah Swt. Saat Allah Swt. menginginkan sesuatu dari kita, kita wajib menaati-Nya. Inilah makna keislaman kita kepada Allah Swt. Menunaikan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya ialah cara memperlihatkan ketaatan kepada Allah Swt. Misalnya, menunaikan salat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji.

b. Ketaatan kepada Nabi Muhammad saw.

Ketaatan kepada rasul memiliki posisi sejajar dengan ketaatan kepada Allah Swt. Mengapa demikian? Hal ini alasannya apa pun yang disampaikan, dilakukan, serta diinginkan Rasulullah saw. ialah wahyu dari Allah Swt. Pada ketika yang sama, Allah Swt. senantiasa menjaga kehidupan rasul berikut segala gerak-gerik yang dilakukan beliau. Sedikit saja ia bergeser dari kebenaran, Allah Swt. segera mengingatkannya. Dengan adanya penjagaan Allah Swt. ini Rasulullah menjadi seorang yang maksum atau terjaga dari kesalahan.

Dengan kedudukannya yang sedemikian istimewa, Allah Swt. menempatkan Rasulullah saw. dalam posisi yang terhormat dalam ketaatan seorang muslim. Allah menyatakan bahwa menaati Rasulullah sama dengan menaati Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Rasulullah saw. ialah prioritas yang sama dengan ketaatan kepada Allah Swt. Meskipun begitu, kita dilarang menganggap Rasulullah saw. sejajar dengan kedudukan Allah Swt. sebagai Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dengan Allah Swt. sebagai Tuhan ialah tindakan kemusyrikan alasannya Rasulullah hanyalah insan biasa yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Menaati perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya berarti menaati rasul- Nya. Hal ini alasannya perintah rasul berarti perintah Allah Swt.

c. Ketaatan kepada Ulil Amri

Ketaatan tingkat ketiga ialah taat kepada ulil amri. Sebagian ulama menafsirkan kata ulil amri di sini terbatas pada pemerintah di negara kita berada. Oleh alasannya itu, kita juga wajib taat pada banyak sekali peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua peraturan itu disusun untuk menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian ulama yang lain meluaskan makna ulil amri ini. Mereka tidak membatasi makna ulil amri sebatas pemerintah saja, tetapi segala hal atau ketentuan atau sistem yang ada di sekitar dan terkait dengan kita. Oleh alasannya itu, taat kepada ulil amri sanggup diartikan sebagai taat pada orang tua, taat pada ketentuan masyarakat, taat pada norma yang berlaku hingga taat pada kesepakatan kita kepada teman.

Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat tertentu itu ialah dilarang bertentangan dengan ketentuan Allah Swt. dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan ketentuan Allah Swt. dan rasul-Nya, perintah ulil amri wajib kita tinggalkan. Kita juga dianjurkan untuk bersikap taat kepada guru. Ketaatan kepada guru ditunjukkan dengan mematuhi perintahnya, meng- hormati, dan bersikap peduli. Kita patuhi perintah dan kiprah yang guru berikan kepada kita, baik itu kiprah sekolah atau kiprah luar. Kita juga wajib menghormatinya, contohnya dengan berkata dan bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli kepada guru sanggup ditunjukkan dengan selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya, dan berbuat sesuatu yang menyenangkan hatinya.

Sumber : Pendidikan Agama Islam Kelas VII, Husni Thoyar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel