Kisah Bubuk Nawas : Berbincang Dengan Joko Widodo Ihwal Maritim Indonesia
Wednesday, September 19, 2018
Edit
Syahdan, sehari sesudah pengumuman capres dari KPU, ketika tidur malam, Jokowi bermimpi bertemu dengan Abu Nawas. Walaupun Jokowi tidak pernah bertemu eksklusif dengan sang lagenda alasannya yaitu perbedaan jaman kehidupan, Jokowi sangat tahu akan kepintaran dan kearifan Abu Nawas. "Ini yaitu kesempatan baik untuk bertanya kepada Abu Nawas", kata Jokowi dalam hatinya.
"Mengapa anda mengunjungiku dalam mimpi wahai Abu Nawas ?", tanya Jokowi.
"Wahai Jokowi, dijamanku, Raja Harun Arrasyid dikenal dengan raja yang bijaksana, saya ingin engkau memimpin Indonesia nanti dengan bijaksana ibarat beliau".
Jokowi juga sangat mengenal kearifan dan kecerdikan Raja Harun Arrasyid dari buku-buku yang pernah dibacanya tapi Jokowi merasa kecerdikan Raja Harun Arrasyid sangat luar biasa, masih jauh di atasnya. Jokowi ingin melihat kepintaran Abu Nawas, dia mencoba menciptakan alasan walaupun tidak ada hubungannya, "Tapi.... dia itu badannya gemuk, sedangkan badanku kurus... bagaimana dapat saya ibarat beliau".
Abu Nawas berkata "Benar katamu wahai Jokowi, tapi tahukah kau apa perbedaan utama dari orang gemuk dan kurus ? Orang kurus itu makan hati, sedangkan orang gemuk makan tempat"
Jokowi tertawa mendengar tanggapan Abu Nawas, dia kemudian bertanya "Wahai Abunawas, Indonesia yaitu negara maritim yang kaya dengan laut, saya ingin menciptakan semua air bahari di Indonesia yang asin menjadi tawar sampai dapat diminum oleh rakyatku, tahukan engkau bagaimana caranya ?"
Abu Nawas berfikir sejenak, dia tahu pertanyaan itu yaitu pertanyaan untuk mengujinya alasannya yaitu hal itu memang mustahil, "Itu gampang, Buatlah undang-undang untuk melarang nelayan menangkap ikan di laut". Jokowi bingung, "Apa hubungannya ?".
"Air bahari menjadi asin alasannya yaitu ikan-ikan berkeringatan ketika berusaha lari dari tangkapan para nelayan", jawab Abu Nawas sambil tersenyum.
"Mengapa anda mengunjungiku dalam mimpi wahai Abu Nawas ?", tanya Jokowi.
"Wahai Jokowi, dijamanku, Raja Harun Arrasyid dikenal dengan raja yang bijaksana, saya ingin engkau memimpin Indonesia nanti dengan bijaksana ibarat beliau".
Jokowi juga sangat mengenal kearifan dan kecerdikan Raja Harun Arrasyid dari buku-buku yang pernah dibacanya tapi Jokowi merasa kecerdikan Raja Harun Arrasyid sangat luar biasa, masih jauh di atasnya. Jokowi ingin melihat kepintaran Abu Nawas, dia mencoba menciptakan alasan walaupun tidak ada hubungannya, "Tapi.... dia itu badannya gemuk, sedangkan badanku kurus... bagaimana dapat saya ibarat beliau".
Abu Nawas berkata "Benar katamu wahai Jokowi, tapi tahukah kau apa perbedaan utama dari orang gemuk dan kurus ? Orang kurus itu makan hati, sedangkan orang gemuk makan tempat"
Jokowi tertawa mendengar tanggapan Abu Nawas, dia kemudian bertanya "Wahai Abunawas, Indonesia yaitu negara maritim yang kaya dengan laut, saya ingin menciptakan semua air bahari di Indonesia yang asin menjadi tawar sampai dapat diminum oleh rakyatku, tahukan engkau bagaimana caranya ?"
Abu Nawas berfikir sejenak, dia tahu pertanyaan itu yaitu pertanyaan untuk mengujinya alasannya yaitu hal itu memang mustahil, "Itu gampang, Buatlah undang-undang untuk melarang nelayan menangkap ikan di laut". Jokowi bingung, "Apa hubungannya ?".
"Air bahari menjadi asin alasannya yaitu ikan-ikan berkeringatan ketika berusaha lari dari tangkapan para nelayan", jawab Abu Nawas sambil tersenyum.