Kisah Bebek Bertelur Emas
Wednesday, September 19, 2018
Edit
Ini yakni suatu dongeng perihal belibis yang bertelur emas. Pada masa lalu, Pak Madur, seorang petani yang hidup di sebuah desa mempunyai seekor belibis yang sangatlah cantik, dimana setiap hari dikala Pak Madur mendatangi sangkar angsa, sang Angsa telah menelurkan sebuah telur emas yang indah dan berkilauan.
Pak Madun mengambil dan membawa telur-telur emas tersebut ke pasar, kemudian ia menjualnya sehingga dalam waktu yang singkat Pak Madun menjadi kaya raya. Tetapi tidak usang kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran Pak Madun terhadap sang Angsa muncul alasannya sang Angsa hanya memperlihatkan sebutir telur setiap hari. Pak Madun merasa ia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Suatu hari, sehabis menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala Pak Madun, gagasan bahwa ia akan mendapat semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan cara memotong sang Angsa. Kemudian Pak Madun mengambil belibis tersebut dan memotongnya dengan kejam. Akan tetapi, tidak ada sebuah telurpun yang sanggup ia temukan, sedangkan angsanya yang sangat berharga terlanjur mati dipotong.
Pak Madun sangat menyesal dengan keserakahannya, tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur, semua telah terjadi. Setiap hari Pak Madun hanya duduk termangu memikirkan kesalahannya memotong belibis itu. Hartanya bertahap pun habis dan Pak Madun kembali miskin menyerupai dulu lagi.
Pak Madun mengambil dan membawa telur-telur emas tersebut ke pasar, kemudian ia menjualnya sehingga dalam waktu yang singkat Pak Madun menjadi kaya raya. Tetapi tidak usang kemudian keserakahan dan ketidak-sabaran Pak Madun terhadap sang Angsa muncul alasannya sang Angsa hanya memperlihatkan sebutir telur setiap hari. Pak Madun merasa ia tidak akan cepat menjadi kaya dengan cara begitu.
Suatu hari, sehabis menghitung uangnya, sebuah gagasan muncul di kepala Pak Madun, gagasan bahwa ia akan mendapat semua telur emas sang Angsa sekaligus dengan cara memotong sang Angsa. Kemudian Pak Madun mengambil belibis tersebut dan memotongnya dengan kejam. Akan tetapi, tidak ada sebuah telurpun yang sanggup ia temukan, sedangkan angsanya yang sangat berharga terlanjur mati dipotong.
Pak Madun sangat menyesal dengan keserakahannya, tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur, semua telah terjadi. Setiap hari Pak Madun hanya duduk termangu memikirkan kesalahannya memotong belibis itu. Hartanya bertahap pun habis dan Pak Madun kembali miskin menyerupai dulu lagi.