Menjaga Aurat Di Depan Kamera
Sunday, September 30, 2018
Edit
Pesatnya perkembangan teknologi di kala digital membawa perubahan sikap pada manusia, tidak terkecuali cukup umur dan kaum Muslimah umumnya. Sifat narsis misalnya, begitu menggejala. Mereka penuh percaya diri tampil gaya dan centil di depan kamera.
Remaja hingga ibu-ibu muda, hobi berpose di depan kamera dengan aneka desain busana Muslimah yang heboh oleh aksesoris di sana-sini. Ada komunitas para fashion bloger yang sengaja mengekspose kecantikan cara berbusana Muslimahnya di dunia maya.
Ada pula panduan buku-buku tutorial cara pemakaian busana Muslimah dengan foto-foto Muslimah modis dan stylish. Itu masih tidak seberapa, alasannya yang paling memprihatinkan yakni hobi cukup umur buka-bukaan aurat di depan kamera.
Ya, kenakalan cukup umur di kala digital ini agaknya semakin menjadi. Selain hobi main games yang menghabiskan waktu, bermedia-sosial yang menyebabkan mereka ‘setengah autis’ alias sibuk dengan dunianya sendiri,chatting tidak kenal waktu, pacaran dan mesum di dunia maya, pose seksi, hingga bergaya (maaf) tanpa busana di depan kamera.
Yang terakhir ini, mungkin hanya iseng, sekadar untuk seru-seruan. Toh hanya dilihat sendiri, disimpan di HP pribadi. Itu alasan mereka. Mereka tidak sadar bahwa hal itu berisiko tinggi. Sungguh ancaman bila gambar tidak layak itu balasannya jatuh ke tangan yang tidak berhak.
Pasalnya, tidak ada jaminan, gagdet yang menjadi media berfoto ria itu tak akan berpindah tangan. Bukankah sudah biasa di antara kita saling meminjam handphone dikala kehabisan pulsa, misalnya? Atau pinjam kamera digital atau handycam untuk keperluan dokumentasi. Saling meminjam tablet untuk sekadar ikut memainkan aplikasi, meminjam notebook atau laptop. Bagaimana bila memory card dalam perangkat HP, kamera atau handycam itu tersimpan foto-foto tidak senonoh dan disalahgunakan oleh yang meminjam?
Demikian pula bila suatu dikala terjadi keteledoran atas perangkat digital itu. Seperti tertinggal di kendaraan umum, jatuh di jalan, hilang alasannya dicuri, dirampas atau dirampok, dsb. Bukan mustahil pose-pose di perangkat itu akan tersebar luas. Kalau sudah begitu, yang ada hanyalah rasa aib luar biasa. Bahkan, seketika nama baik pun hancur berantakan.
Sungguh sangat disesalkan bila peningkatan kecanggihan teknologi, malah ditandai dengan hilangnya urat aib manusia. Padahal perangkat itu diciptakan untuk memudahkan acara insan dan mendongkrak kualitas hidup.
Karena itu, kita wajib bijak memanfaatkan perangkat digital itu hanya untuk yang mempunyai manfaat semata. Untuk hal-hal positif. Bukan dihentikan berfoto-ria, alasannya memang itu fungsi ditemukannya kamera. Bahkan, foto-foto menjadi pecahan penting dari dokumentasi sejarah. Foto atau rekaman video bahkan sanggup bercerita banyak hal.
Namun, satu poin penting dalam pemanfaatan perangkat digital ini adalah: jaga aurat di depan kamera. Laki-laki atau perempuan. Bukan hanya tidak bugil, tapi tidak juga berfoto seksi atau membuka aurat sekalipun bukan pecahan badan yang paling vital. Ya, bila aurat perempuan yakni seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapan tangan, maka cukup itu pula yang kita tampilkan di depan kamera. Ini untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Dunia ini penuh orang jahat. Apalagi kejahatan di dunia maya, tidak kalah kekejamannya.
Nah, mulai dikala ini, menjaga aurat bukan hanya di hadapan lawan jenis yang bukan mahram di dunia nyata. Juga, menjaga aurat dikala di depan kamera. Jadikan ‘kamera’ menyerupai lawan jenis yang membentuk rasa aib pada diri kita sehingga tidak bermain buka-bukaan.
Para orang tua, khususnya ibu-ibu (muda) wajib memberi teladan dan mengawasi putra-putrinya dalam pemakaian perangkat digital ini. Jangan hingga moral belum dewasa dan cukup umur semakin merosot di tengah gegap gempita kemajuan teknologi.
Sekalipun pemanfaatan perangkat digital mubah hukumnya, namun perlu dicamkan supaya jangan hingga menjadi lumbung dosa. Ya, jangan hingga perangkat digital yang kita beli mahal-mahal sebagai pujian di dunia ini, menjadi kehinaan di alam abadi kelak. Naúzubillahiminzalik.
Sumber : Tabloid MU edisi 115
Tidak sanggup dipungkiri bahwa sebagian besar kaum perempuan menyangka bila tidak menggunakan jilbab “hanyalah” dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini yakni cara berpikir yang salah wajib diluruskan. Kaum perempuan yang tidak menggunakan jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai suara surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya: “Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam setelah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di alam abadi ia termasuk orang-orang yang merugi.”
Sebagaimana kita ketahui, menggunakan jilbab untuk kaum perempuan yakni aturan syariat Islam yang digariskan Allah dalam surat An-Nur ayat 59. Kaprikornus kaum perempuan yang tidak memakainya, mereka telah mengingkari aturan syariat Islam dan untuk mereka berlaku ketentuan Allah yang tidak sanggup ditawar lagi, yaitu hapus pahala shalat, puasa, zakat dan haji mereka.
Sikap Allah di atas ini sama dengan sikap insan dalam kehidupan sehari-hari sebagai terlambang dari peribahasa seperti: “Rusak susu sebelanga, alasannya nila setitik”. Contohnya, segelas susu yakni lezat diminum. Tetapi bila dalam susu itu ada setetes kotoran manusia, kita tidak membuang kotoran itu kemudian meminum susu itu, tetapi kita membuang seluruh susu itu.
Begitulah sikap insan bila ada barang yang kotor mencampuri barang yang bersih. Kalau insan tidak mau meminum susu yang bercampur sedikit kotoran, begitu juga Allah tidak mau mendapatkan amal ibadah insan kalau satu saja perintah-Nya diingkari.
Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya pada perempuan yang tidak mau menggunakan jilbab, yang berbunyi, “Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tak akan diberi tanggapan selain dari apa yang telah mereka kerjakan?”
Kaum perempuan yang tidak menggunakan jilbab didalam hidupnya, mereka telah sesuai dengan suara ayat Allah diatas ini, hapuslah pahala shalat, puasa, zakat, haji.
Remaja hingga ibu-ibu muda, hobi berpose di depan kamera dengan aneka desain busana Muslimah yang heboh oleh aksesoris di sana-sini. Ada komunitas para fashion bloger yang sengaja mengekspose kecantikan cara berbusana Muslimahnya di dunia maya.
Ada pula panduan buku-buku tutorial cara pemakaian busana Muslimah dengan foto-foto Muslimah modis dan stylish. Itu masih tidak seberapa, alasannya yang paling memprihatinkan yakni hobi cukup umur buka-bukaan aurat di depan kamera.
Ya, kenakalan cukup umur di kala digital ini agaknya semakin menjadi. Selain hobi main games yang menghabiskan waktu, bermedia-sosial yang menyebabkan mereka ‘setengah autis’ alias sibuk dengan dunianya sendiri,chatting tidak kenal waktu, pacaran dan mesum di dunia maya, pose seksi, hingga bergaya (maaf) tanpa busana di depan kamera.
Yang terakhir ini, mungkin hanya iseng, sekadar untuk seru-seruan. Toh hanya dilihat sendiri, disimpan di HP pribadi. Itu alasan mereka. Mereka tidak sadar bahwa hal itu berisiko tinggi. Sungguh ancaman bila gambar tidak layak itu balasannya jatuh ke tangan yang tidak berhak.
Pasalnya, tidak ada jaminan, gagdet yang menjadi media berfoto ria itu tak akan berpindah tangan. Bukankah sudah biasa di antara kita saling meminjam handphone dikala kehabisan pulsa, misalnya? Atau pinjam kamera digital atau handycam untuk keperluan dokumentasi. Saling meminjam tablet untuk sekadar ikut memainkan aplikasi, meminjam notebook atau laptop. Bagaimana bila memory card dalam perangkat HP, kamera atau handycam itu tersimpan foto-foto tidak senonoh dan disalahgunakan oleh yang meminjam?
Demikian pula bila suatu dikala terjadi keteledoran atas perangkat digital itu. Seperti tertinggal di kendaraan umum, jatuh di jalan, hilang alasannya dicuri, dirampas atau dirampok, dsb. Bukan mustahil pose-pose di perangkat itu akan tersebar luas. Kalau sudah begitu, yang ada hanyalah rasa aib luar biasa. Bahkan, seketika nama baik pun hancur berantakan.
Sungguh sangat disesalkan bila peningkatan kecanggihan teknologi, malah ditandai dengan hilangnya urat aib manusia. Padahal perangkat itu diciptakan untuk memudahkan acara insan dan mendongkrak kualitas hidup.
Karena itu, kita wajib bijak memanfaatkan perangkat digital itu hanya untuk yang mempunyai manfaat semata. Untuk hal-hal positif. Bukan dihentikan berfoto-ria, alasannya memang itu fungsi ditemukannya kamera. Bahkan, foto-foto menjadi pecahan penting dari dokumentasi sejarah. Foto atau rekaman video bahkan sanggup bercerita banyak hal.
Namun, satu poin penting dalam pemanfaatan perangkat digital ini adalah: jaga aurat di depan kamera. Laki-laki atau perempuan. Bukan hanya tidak bugil, tapi tidak juga berfoto seksi atau membuka aurat sekalipun bukan pecahan badan yang paling vital. Ya, bila aurat perempuan yakni seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapan tangan, maka cukup itu pula yang kita tampilkan di depan kamera. Ini untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Dunia ini penuh orang jahat. Apalagi kejahatan di dunia maya, tidak kalah kekejamannya.
Nah, mulai dikala ini, menjaga aurat bukan hanya di hadapan lawan jenis yang bukan mahram di dunia nyata. Juga, menjaga aurat dikala di depan kamera. Jadikan ‘kamera’ menyerupai lawan jenis yang membentuk rasa aib pada diri kita sehingga tidak bermain buka-bukaan.
Para orang tua, khususnya ibu-ibu (muda) wajib memberi teladan dan mengawasi putra-putrinya dalam pemakaian perangkat digital ini. Jangan hingga moral belum dewasa dan cukup umur semakin merosot di tengah gegap gempita kemajuan teknologi.
Sekalipun pemanfaatan perangkat digital mubah hukumnya, namun perlu dicamkan supaya jangan hingga menjadi lumbung dosa. Ya, jangan hingga perangkat digital yang kita beli mahal-mahal sebagai pujian di dunia ini, menjadi kehinaan di alam abadi kelak. Naúzubillahiminzalik.
Sumber : Tabloid MU edisi 115
Menjaga Aurat
Bagi anda yang masih suka membuka-buka aurat di depan umum mungkin anda belum tahu betapa banyak manfaat yang sanggup anda dapatkan dengan menutup aurat anda. Menutup aurat baik yakni dengan menggunakan pakaian yang tidak mengatakan kulit pecahan aurat, tidak mengatakan betuk badan yang menarik untuk lawan jenis, tidak tembus pandang.Tidak sanggup dipungkiri bahwa sebagian besar kaum perempuan menyangka bila tidak menggunakan jilbab “hanyalah” dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini yakni cara berpikir yang salah wajib diluruskan. Kaum perempuan yang tidak menggunakan jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai suara surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya: “Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam setelah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di alam abadi ia termasuk orang-orang yang merugi.”
Sebagaimana kita ketahui, menggunakan jilbab untuk kaum perempuan yakni aturan syariat Islam yang digariskan Allah dalam surat An-Nur ayat 59. Kaprikornus kaum perempuan yang tidak memakainya, mereka telah mengingkari aturan syariat Islam dan untuk mereka berlaku ketentuan Allah yang tidak sanggup ditawar lagi, yaitu hapus pahala shalat, puasa, zakat dan haji mereka.
Sikap Allah di atas ini sama dengan sikap insan dalam kehidupan sehari-hari sebagai terlambang dari peribahasa seperti: “Rusak susu sebelanga, alasannya nila setitik”. Contohnya, segelas susu yakni lezat diminum. Tetapi bila dalam susu itu ada setetes kotoran manusia, kita tidak membuang kotoran itu kemudian meminum susu itu, tetapi kita membuang seluruh susu itu.
Begitulah sikap insan bila ada barang yang kotor mencampuri barang yang bersih. Kalau insan tidak mau meminum susu yang bercampur sedikit kotoran, begitu juga Allah tidak mau mendapatkan amal ibadah insan kalau satu saja perintah-Nya diingkari.
Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya pada perempuan yang tidak mau menggunakan jilbab, yang berbunyi, “Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tak akan diberi tanggapan selain dari apa yang telah mereka kerjakan?”
Kaum perempuan yang tidak menggunakan jilbab didalam hidupnya, mereka telah sesuai dengan suara ayat Allah diatas ini, hapuslah pahala shalat, puasa, zakat, haji.