Keutamaan Sikap Jujur
Wednesday, September 19, 2018
Edit
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, jujur berarti kelurusan hati. Lawan dari jujur yakni curang. Curang berarti kotor atau tidak bersih. Yang dimaksud kotor tersebut yakni suatu kegiatan, perbuatan atau ucapan yang tidak keluar dari hati dan selalu ingin lebih, serta takut akan kebenaran.
Kejujuran yakni sebuah sikap yang menunjukkan jati diri seseorang yang sebenarnya. Seseorang yang selalu bersikap jujur baik dalam ucapan maupun tindakannya, meskipun terasa pahit, sanggup dipastikan orang itu mempunyai integritas moral yang baik.
Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. bersabda :
“Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga....” (HR. Bukhari)
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang sekaligus tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran mempunyai kedudukan yang tinggi baik di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan. Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang jujur akan dipermudah rezekinya, juga segala urusannya.
Contoh yang perlu diteladani, alasannya kejujurannya yakni Nabi Muhammad saw. Beliau dipercaya oleh Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak lagi dari yang sebelumnya. Ini artinya Nabi Muhammad saw. akan mendapat laba yang lebih besar lagi, dan tentu saja apa yang dilakukan Nabi akan mendapat kemudahan. Banyak teladan dalam kehidupan sehari-hari perihal hikmah sikap jujur.
Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau selalu berbohong akan dipersulit rezeki dan segala urusannya. Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong alasannya untuk menutupi kebohongan yang dilakukan sebelumnya, beliau harus berbuat kebohongan lagi. Bersyukurlah bagi orang yang pernah berbohong sekali kemudian sadar dan mengakui kebohongannya itu sehingga sanggup meputus mata rantai kebohongan.
Buah kejujuran yakni kepercayaan, sebaliknya buah dusta yakni ketidak percayaan. Jujur menciptakan hati kita tenang, sedangkan berbohong membat hati jadi was-was. Contoh seorang murid yang tidak jujur kepada orang renta dalam hal uang saku, niscaya nuraninya tidak akan hening jikalau bertemu orang tuanya. Apabila orang tuanya mengetahui ketidakjujuran anaknya, runtuhlah kepercayaan mereka terhadap anak tersebut. Kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tumpuk berisiko menjadi penyakit. Setelah memahami keutamaan sikap jujur, agar sikap jujur tersebut menempel pada diri kita, aamiin.
Secara etimologis kata shidq merupakan bentuk mashdar dari fi'il yang berarti: lawan dari bohong, awalnya ia dipergunakan untuk ucapan-ucapan informatif, yaitu kesesuaian antara informasi dengan kenyataan yang ada, atau kesesuaian antara pernyataan verbal dengan kenyataan.
Dalam kamus Arab dwi bahasa (Arab – Inggris) didadapatkan bahwa ash shidq dipadankan dengan kata-kata: truth (kebenaran), trueness (betul/ benar), sincerrity ( ketulusan, kesungguhan hati), truthfulness (keadaan yang sebenarnya), candor ( keterusterangan), veracity (kejujuran, ketelitian), truly (sungguh-sungguh), correctness ( cara yang benar/ kebenaran), realy (benar-benar, sungguh-sungguh)
Secara terminologis didapati bahwa ash shidq bermakna : 1) kesesuaian antara yang dipersepsi dengan kenyataan, 2) kesesuaian antara informasi yang disampaikan dengan kenyataan, 3) kesesuaian antara lisan, pikiran, dan perbuatan. As Shidq juga dimaknai sebagai : 1) ketegasan dan kemantapan hati, 2) sesuatu yang baik yang tidak dikotori oleh kebohongan dan pengurangan.
Dalam tasawuf ash shidq dimaknai sebagai : 1) kesesuaian antara yang nampak dan tidak nampak, 2) perkataan yang benar dalam situasi yang membahayakan sekalipun, 3) loyalitas kepada Allah melalui amal, 4) tidak adanya kotoran dalam hal (suasana ruhani), 5) tidak adanya keraguan dalam keyakinan dan tidak adanya cacat dalam amalan. Dalam perspektif tasawuf, ash shidq mencakup aspek mental dan moral, ash shidq merupakan pilar segala kebaikan dan merupakan perkembangan dari “al ma‟rifah (pencerahan ruhani)”
Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut di atas sanggup disimpulkan bahwa ash shidq (kejujuran) yakni sikap mental dan moral yang mengedepankan kebenaran, kesungguhan, keterusterangan, dan ketulusan. Seseorang dikatakan jujur apabila dalam menginformasikan sesuatu atau menyampaikan sesuatu, beliau senantiasa obyektif dan apa adanya sesuai dengan fakta. Seseorang dikatakan jujur dalam berbuat jikalau beliau melaksanakan perbuatan tersebut secara sungguh-sungguh dan lapang dada sesuai dengan kebenaran yang diyakininya. Sesorang dikatakan jujur dalam keyakinan jikalau loyalitasnya kepada kebenaran yang diyakininya benar-benar murni, sungguh-sungguh, dan tulus. Orang yang bersikap shidq (jujur) disebut shadiq atau shiddiq.
Ada beberapa pendapat perihal perbedaan antara shadiq dan shiddiq, shadiq maksudnya orang mempunyai sifat (berbuat) jujur/ benar dalam salah satu aspek kejujuran saja (seperti dalam ucapan saja, atau dalam perbuatan saja), sedangkan shiddiq jikalau orang tersebut jujur dalam seluruh aspek kehidupannya. Ada juga yang beropini bahwa shadiq apabila sikap jujur tersebut muncul secara temporal dan belum menjadi habit, artinya ia seringkali berlaku jujur, akan tetapi pada saat-saat tertentu beliau juga berlaku tidak jujur, sebaliknya shiddiq yakni orang selalu jujur dalam keadaan apapun, artinya kejujuran tersebut telah menjadi habitnya
Kejujuran yakni sebuah sikap yang menunjukkan jati diri seseorang yang sebenarnya. Seseorang yang selalu bersikap jujur baik dalam ucapan maupun tindakannya, meskipun terasa pahit, sanggup dipastikan orang itu mempunyai integritas moral yang baik.
Apa Keutamaan Perilaku Jujur ?
Nabi menganjurkan kepada kita selaku umatnya untuk selalu jujur. Karena kejujuran merupakan watak mulia yang akan sanggup mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw perihal keutamaan Perilaku Jujur.Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. bersabda :
“Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga....” (HR. Bukhari)
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang sekaligus tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran mempunyai kedudukan yang tinggi baik di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan. Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang jujur akan dipermudah rezekinya, juga segala urusannya.
Contoh yang perlu diteladani, alasannya kejujurannya yakni Nabi Muhammad saw. Beliau dipercaya oleh Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak lagi dari yang sebelumnya. Ini artinya Nabi Muhammad saw. akan mendapat laba yang lebih besar lagi, dan tentu saja apa yang dilakukan Nabi akan mendapat kemudahan. Banyak teladan dalam kehidupan sehari-hari perihal hikmah sikap jujur.
Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau selalu berbohong akan dipersulit rezeki dan segala urusannya. Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong alasannya untuk menutupi kebohongan yang dilakukan sebelumnya, beliau harus berbuat kebohongan lagi. Bersyukurlah bagi orang yang pernah berbohong sekali kemudian sadar dan mengakui kebohongannya itu sehingga sanggup meputus mata rantai kebohongan.
Buah kejujuran yakni kepercayaan, sebaliknya buah dusta yakni ketidak percayaan. Jujur menciptakan hati kita tenang, sedangkan berbohong membat hati jadi was-was. Contoh seorang murid yang tidak jujur kepada orang renta dalam hal uang saku, niscaya nuraninya tidak akan hening jikalau bertemu orang tuanya. Apabila orang tuanya mengetahui ketidakjujuran anaknya, runtuhlah kepercayaan mereka terhadap anak tersebut. Kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tumpuk berisiko menjadi penyakit. Setelah memahami keutamaan sikap jujur, agar sikap jujur tersebut menempel pada diri kita, aamiin.
Makna Kejujuran
Kejujuran yang dibicarakan dalam artikel ini merupakan terjemahan umum dari itilah bahasa Arab “ash shidq". Agar didapatkan pengertian yang tepat perihal kata ash shidq, maka pada bab ini perlu diuraikan pengertian dan gagasan dasar dari kata shidq tersebut, baik secara etimologis ataupun terminologis.Secara etimologis kata shidq merupakan bentuk mashdar dari fi'il yang berarti: lawan dari bohong, awalnya ia dipergunakan untuk ucapan-ucapan informatif, yaitu kesesuaian antara informasi dengan kenyataan yang ada, atau kesesuaian antara pernyataan verbal dengan kenyataan.
Dalam kamus Arab dwi bahasa (Arab – Inggris) didadapatkan bahwa ash shidq dipadankan dengan kata-kata: truth (kebenaran), trueness (betul/ benar), sincerrity ( ketulusan, kesungguhan hati), truthfulness (keadaan yang sebenarnya), candor ( keterusterangan), veracity (kejujuran, ketelitian), truly (sungguh-sungguh), correctness ( cara yang benar/ kebenaran), realy (benar-benar, sungguh-sungguh)
Secara terminologis didapati bahwa ash shidq bermakna : 1) kesesuaian antara yang dipersepsi dengan kenyataan, 2) kesesuaian antara informasi yang disampaikan dengan kenyataan, 3) kesesuaian antara lisan, pikiran, dan perbuatan. As Shidq juga dimaknai sebagai : 1) ketegasan dan kemantapan hati, 2) sesuatu yang baik yang tidak dikotori oleh kebohongan dan pengurangan.
Dalam tasawuf ash shidq dimaknai sebagai : 1) kesesuaian antara yang nampak dan tidak nampak, 2) perkataan yang benar dalam situasi yang membahayakan sekalipun, 3) loyalitas kepada Allah melalui amal, 4) tidak adanya kotoran dalam hal (suasana ruhani), 5) tidak adanya keraguan dalam keyakinan dan tidak adanya cacat dalam amalan. Dalam perspektif tasawuf, ash shidq mencakup aspek mental dan moral, ash shidq merupakan pilar segala kebaikan dan merupakan perkembangan dari “al ma‟rifah (pencerahan ruhani)”
Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut di atas sanggup disimpulkan bahwa ash shidq (kejujuran) yakni sikap mental dan moral yang mengedepankan kebenaran, kesungguhan, keterusterangan, dan ketulusan. Seseorang dikatakan jujur apabila dalam menginformasikan sesuatu atau menyampaikan sesuatu, beliau senantiasa obyektif dan apa adanya sesuai dengan fakta. Seseorang dikatakan jujur dalam berbuat jikalau beliau melaksanakan perbuatan tersebut secara sungguh-sungguh dan lapang dada sesuai dengan kebenaran yang diyakininya. Sesorang dikatakan jujur dalam keyakinan jikalau loyalitasnya kepada kebenaran yang diyakininya benar-benar murni, sungguh-sungguh, dan tulus. Orang yang bersikap shidq (jujur) disebut shadiq atau shiddiq.
Ada beberapa pendapat perihal perbedaan antara shadiq dan shiddiq, shadiq maksudnya orang mempunyai sifat (berbuat) jujur/ benar dalam salah satu aspek kejujuran saja (seperti dalam ucapan saja, atau dalam perbuatan saja), sedangkan shiddiq jikalau orang tersebut jujur dalam seluruh aspek kehidupannya. Ada juga yang beropini bahwa shadiq apabila sikap jujur tersebut muncul secara temporal dan belum menjadi habit, artinya ia seringkali berlaku jujur, akan tetapi pada saat-saat tertentu beliau juga berlaku tidak jujur, sebaliknya shiddiq yakni orang selalu jujur dalam keadaan apapun, artinya kejujuran tersebut telah menjadi habitnya