Mengingat Mati Dalam Agama Islam
Wednesday, September 19, 2018
Edit
Mengingat mati sangat disarankan dalam agama Islam. Hidup di dunia ini tidaklah selamanya, jarang sekali kita melihat insan yang hidup di atas 100 tahun, bahkan banyak yang sudah meninggal dunia disaat muda. Akan tiba juga masanya kita akan berpisah dengan dunia fana berikut isinya ini. Perpisahan itu akan terjadi ketika janjkematian menjemput kita. Kematian kolam sebuah pintu dan setiap insan akan memasuki pintu itu, tanpa ada seorang pun yang sanggup menghindarinya. Sebagai seorang muslim yang taat, janganlah kita selalu terpesona dan karam dengan kenikmatan duniawi, terkadang kita memang lupa bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, ada kehidupan baka yang menunggu dihadapan kita, yaitu kehidupan sesudah mati, itulah sebabnya mengapa mengingat mati dalam Islam sangat ditekankan dalam Agama Islam.
Allah SWT berfirman perihal janjkematian yang artinya : Tiap-tiap yang bernyawa akan mencicipi mati. (QS. Ali ‘Imran/3:185)
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap yang bernyawa niscaya akan mati. Kita juga akan mati lantaran kita ini insan yang mempunyai nyawa. Kematian niscaya akan tiba dan tidak pernah tebas pilih. Apabila janjkematian datang, tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup mempercepat atau memperlambatnya. Adakalanya janjkematian itu menjemput ketika masih bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, apalagi orang yang sudah bau tanah renta.
Kadang kala janjkematian menjemput ketika insan sedang tidur, terjaga, sedang sedih, sedang sendiri, sedang bahagia, atau sedang bersama-sama. Waktu kapan janjkematian tiba juga tak pernah ada yang tahu. Oleh lantaran itu, mengingat mati harus terus dilakukan biar insan menyadari bahwa hidupnya tidaklah akan hidup kekal. Tentu saja di samping kita mengingat mati, kita juga harus mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan sesudah mati, yaitu segera bertobat dan memperbanyak amal saleh.
Salah satu cara untuk mengingat mati dalam Islam ialah dengan sering ber-ta’ziyyah (mendatangi keluarga yang terkena tragedi alam meninggal dunia), mengurus jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menyalati, hingga menguburnya.
Sesungguhnya, hanya orang-orang yang cerdaslah yang akan banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk kematiannya. Hal itu menurut sabda Rasulullah SAW pada riwayat berikut ini.
Seorang putra dari seorang sahabat Nabi, Abdullah bin ‘Umar ra. bercerita, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah saw. ketika tiba seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah saw., kemudian berkata, “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?”.
Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” “Mukmin manakah yang paling cerdas?” tanya lelaki itu lagi.
Beliau menjawab: “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan sesudah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
Allah SWT berfirman perihal janjkematian yang artinya : Tiap-tiap yang bernyawa akan mencicipi mati. (QS. Ali ‘Imran/3:185)
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap yang bernyawa niscaya akan mati. Kita juga akan mati lantaran kita ini insan yang mempunyai nyawa. Kematian niscaya akan tiba dan tidak pernah tebas pilih. Apabila janjkematian datang, tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup mempercepat atau memperlambatnya. Adakalanya janjkematian itu menjemput ketika masih bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, apalagi orang yang sudah bau tanah renta.
Kadang kala janjkematian menjemput ketika insan sedang tidur, terjaga, sedang sedih, sedang sendiri, sedang bahagia, atau sedang bersama-sama. Waktu kapan janjkematian tiba juga tak pernah ada yang tahu. Oleh lantaran itu, mengingat mati harus terus dilakukan biar insan menyadari bahwa hidupnya tidaklah akan hidup kekal. Tentu saja di samping kita mengingat mati, kita juga harus mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan sesudah mati, yaitu segera bertobat dan memperbanyak amal saleh.
Salah satu cara untuk mengingat mati dalam Islam ialah dengan sering ber-ta’ziyyah (mendatangi keluarga yang terkena tragedi alam meninggal dunia), mengurus jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menyalati, hingga menguburnya.
Sesungguhnya, hanya orang-orang yang cerdaslah yang akan banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk kematiannya. Hal itu menurut sabda Rasulullah SAW pada riwayat berikut ini.
Seorang putra dari seorang sahabat Nabi, Abdullah bin ‘Umar ra. bercerita, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah saw. ketika tiba seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah saw., kemudian berkata, “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?”.
Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” “Mukmin manakah yang paling cerdas?” tanya lelaki itu lagi.
Beliau menjawab: “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan sesudah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah).