Sifat Rasul-Rasul Allah Swt


Rasul ialah utusan Allah Swt. Para Rasul mempunyai sifat-sifat yang menempel pada dirinya. Sifat-sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang rasul. Sifat-sifat tersebut ialah (1) sifat wajib,(2)  sifat mustahil, dan (3) sifat jaiz.

1. Sifat Wajib bagi Rasul-rasul Allah Swt.

Sifat wajib artinya sifat yang niscaya ada pada rasul. Tidak bisa disebut seorang rasul kalau ia tidak mempunyai sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu menyerupai berikut.

a. As-Siddiq
As-Siddiq, artinya rasul-rasul Allah Swt. selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as. kepada ayahknya ialah perkataan yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya ialah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada Q.S. Maryam/19: 41, yang artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’an), sebenarnya ia ialah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S. Maryam/19: 41)

b. Al-Amanah
Al-Amanah, artinya rasul-rasul Allah Swt. selalu sanggup dipercaya. Di ketika kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh as. kemudian Allah Swt. menegaskan bahwa Nuh as., ialah orang yang terpercaya (amanah). Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. asy-Syu’ara/26 106-107 yang artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kau tidak bertakwa? Sesungguhnya saya ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’ara/26: 106- 107)

c. At-Tablig
At-Tablig, artinya rasul-rasul Allah Swt. selalu meyampaikan wahyu. Tak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi Muhammad saw. dan tidak disampaikan kepada umatnya. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Ali bin Abi Talib ditanya ihwal wahyu yang tidak terdapat dalam al-Qur’an, Ali pun menegaskan bahwa “Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap al-Qur’an.” Penjelasan ini terkait dengan Q.S. al-Maidah/5: 67 yang artinya :“Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak memberikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Q.S. al-Maidah/5: 67)
sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang rasul Sifat Rasul-Rasul Allah Swt
d. Al-Fatanah
Al-Fatanah, artinya bahwa rasul-rasul Allah Swt. mempunyai kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok kabilah di Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan al-Hajar al-Aswad (batu hitam) di atas Ka’bah, kemudian Rasulullah saw. menengahinya dengan cara semua kelompok yang bersengketa semoga memegang ujung dari kain itu. Kemudian, Nabi meletakkan watu itu di tengahnya, dan mereka semua mengangkat hingga hingga di atas Ka’bah. Sungguh Rasulullah saw. ialah orang yang cerdas.

2. Sifat Mustahil bagi Rasul
-rasul Allah Swt.
Sifat tidak mungkin ialah sifat yang tidak mungkin ada pada rasul. Sifat tidak mungkin ini lawan dari sifat wajib, yaitu menyerupai berikut.

a. Al-Kizzibzzib
Al-Kizzib, yaitu tidak mungkin rasul itu berbohong atau dusta. Semua perkataan dan perbuatan rasul tidak pernah bohong atau dusta.

Allah Swt. berfirman yang artinya: “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’an) berdasarkan keinginannya tidak lain (al-Qur’an) ialah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S an-Najm/53: 2-4)

b. Al-Khianah
Al-Khianah, yaitu tidak mungkin rasul-rasul Allah Swt. itu bersifat khianat. Semua yang diamanatkan kepadanya niscaya dilaksanakan. Firman Allah Swt yang artinya: “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Q.S al-An’am/6: 106)

c. Al-Kitman
Al-Kitman, yaitu tidak mungkin rasul-rasul Allah Swt. menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang ia terima dari Allah Swt. niscaya ia sampaikan kepada umatnya.
Firman Allah Swt yang artinya: “Katakanlah (Muhammad), Aku tidak menyampaikan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan saya tidak mengetahui yang mistik dan saya tidak (pula) menyampaikan kepadamu bahwa saya malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kau tidak memikirkan(nya).” (Q.S. al-An’am/6: 50)

d. Al-Baladah
Al-Baladah yaitu tidak mungkin rasul-rasul Allah Swt. itu bodoh. Meskipun Rasulullah saw. tidak bersekolah, tetapi Rasulullah ialah orang yang cerdas dan pandai.
Allah swt. befirman yang artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Q.S al- A’raf/7: 199)

3. Sifat Jaiz bagi Rasul-rasul Allah Swt.
Sifat jaiz bagi rasul ialah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul mempunyai sifat-sifat sebagaimana insan biasa menyerupai merasa lapar, haus, tidur, sedih, senang, sakit, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal dunia sebagai mana makhluk lainnya.
sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang rasul Sifat Rasul-Rasul Allah Swt

Di samping rasul-rasul Allah Swt. mempunyai sifat wajib dan sifat mustahil, rasul juga mempunyai sifat jaiz, tentu saja sifat jaiz-nya rasul dengan sifat jaiznya Allah Swt. sangat berbeda.

Allah Swt. berfirman yang artinya: “...(orang) ini tidak lain hanyalah insan menyerupai kamu, ia makan menyerupai apa yang kau makan dan ia minum menyerupai apa yang kau minum.” (Q.S. al-Mu’minun/23: 33)

Selain sifat-sifat tersebut di atas, rasul-rasul Alah Swt. juga mempunyai sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu menyerupai berikut.
  1. Ishmaturrasul : yaitu orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan memberikan wahyu Allah Swt. sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan, keadaan dan kiprah apa pun.
  2. Iltizamurrasul : yaitu orang-orang yang selalu berkomitmen dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan isyarat dan perintah Allah Swt. meskipun untuk menjalankan perintah Allah Swt. itu mereka harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya maupun dari para musuhnya. Rasul tidak pernah sejengkal pun menghindar atau mundur dalam menjalankan perintah dari Allah Swt.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel