Ibadah Puasa Membentuk Langsung Yang Bertakwa

Salah satu tujuan penting Ibadah puasa yang merupakan salah satu rukun Islam yaitu untuk membentuk langsung yang bertakwa.

Kamu niscaya pernah mengalami betapa nikmatnya ketika sedang berbuka puasa. Seharian kita menahan lapar dan haus; nikmatnya, begitu tiba saatnya berbuka. Alhamdulillah lapar dan haus terobati.

Apa yang bisa kita rasakan pada ketika  menjalankan ibadah puasa? Puasa bukan hanya menahan makan dan minum. Banyak orang di sekeliling kita berpuasa. Mereka beramai-ramai sahur di waktu sebelum fajar tiba, kemudian menahan lapar dan haus di siang harinya. Seharian mereka tidak makan dan minum, begitu mendengar kumandang adzan Magrib, tuntas sudah puasa pada hari itu. Semudah itukah kita melaksanakan puasa? Selain menahan makan dan minum kita juga harus sanggup menahan diri dari segala perbuatan yang mengandung dosa. Lebih jauh lagi kita harus meninggalkan perkara-perkara yang sanggup merugikan orang lain, menyerupai mencuri, memfitnah, korupsi, atau mengambil setiap hak orang lain.

Ibadah puasa ialah momen yang paling tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Apalagi puasa di bulan Ramadhan, setiap pahala dilipatgandakan oleh Allah Swt. Apakah kita tidak rugi kalau tidak berpuasa? Bekerja pun bernilai ibadah manakala diniatkan dengan benar. Para petani yang mengayunkan cangkulnya di ketika berpuasa lebih baik daripada yang hanya tidur dari pagi hingga petang.

Jadi, melaksanakan puasa menawarkan kesempatan kepada kita untuk menambah amal ibadah. Kita juga memohon ampun atas dosa-dosa yang telah kita perbuat baik yang kita sengaja maupun yang tidak kita sengaja. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Puasa merupakan rukun Islam yang keempat. Puasa berasal dari kata “shaumu” yang artinya menahan diri dari segala sesuatu, seperti: menahan makan, minum, nafsu, dan menahan bicara yang tidak bermanfaat.

Sedangkan arti puasa berdasarkan istilah ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat tertentu, sesuai dengan firman Allah Swt. pada Q.S. al-Baqarah/2 :187 yang artinya: “Makan dan minumlah hingga terperinci bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar...”

Setiap muslim diwajibkan untuk berpuasa di bulan bulan puasa sebagaimana firman Allah yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kau berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kau biar kau bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah/2 : 183)

Dari ayat tersebut sudah terperinci bahwa puasa itu diwajibkan bagi orang-orang yang beriman dengan tujuan biar menjadi orang yang bertakwa.

1. Puasa Wajib

Puasa wajib ialah puasa yang harus dilaksanakan oleh setiap umat Islam yang sudah baligh, dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Adapun puasa wajib terbagi atas 4 macam yaitu:

a. Puasa Ramadan
Puasa bulan puasa ialah puasa yang dilaksanakan pada bulan bulan puasa yang merupakan rukun Islam yang keempat. Puasa wajib ini mulai diperintahkan pada tahun kedua hijrah, setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah. Hukum puasa Ramadhan ialah fardu ‘ain. Oleh alasannya ialah itu, jangan sekali-kali meninggalkan puasa bulan puasa tanpa adanya halangan yang dibenarkan berdasarkan syariat. Apabila sedang berhalangan melaksanakan puasa Ramadan, kita wajib menggantikannya pada hari lain. Agar puasa kita menjadi lebih tepat dan bermakna, marilah kita pelajari ketentuan-ketentuannya.

1) Syarat wajib puasa
Orang Islam berkewajiban untuk melaksanakan puasa apabila memenuhi syarat sebagai berikut: (1) berakal, (2) balig, (3) bisa berpuasa.

2) Syarat sahnya puasa
Di samping syarat wajib ada syarat lain biar puasa kita menjadi sah, antara lain: (1) Islam, (2) Mumayiz (sudah sanggup membedakan mana yang baik dan yang tidak baik), (3) Suci dari darah haid dan nifas, (4) Dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.

3) Rukun puasa
Orang yang akan melaksanakan puasa harus memenuhi rukun puasa antara lain yaitu:
(1) Niat untuk berpuasa
(2) Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

4) Hal-hal yang membatalkan puasa

Berpuasa merupakan bentuk ibadah kita kepada Allah Swt. Untuk itu kita harus berhati-hati terhadap hal-hal yang sanggup membatalkannya. Ada enam kasus yang bisa membatalkan puasa kita, yaitu:
a) Makan dan minum.
b) Muntah yang disengaja atau dibuat-buat.
c) Berhubungan suami istri.
d) Keluar darah haid atau nifas bagi perempuan,
e) Gila
f) Keluar cairan mani dengan sengaja.

5) Hal-hal yang disunnahkan dalam puasa
a) Berdoa ketika berbuka puasa,
b) Memperbanyak sedekah,
c) Shalat malam, termasuk shalat tarawih,
d) Tadarus atau membaca al-Qur’ān.

6) Hal-hal yang mengurangi pahala puasa
Hal yang sanggup mengurangi bahkan menghilangkan pahala puasa ialah semua perbuatan yang tidak boleh oleh Islam. Contohnya membicarakan kejelekkan orang lain, berbohong, berkelahi, mencaci maki orang lain, dan sebagainya.

7) Orang-orang yang boleh berbuka pada bulan Ramadan
Berpuasa ialah kewajiban bagi setiap muslim. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, kita boleh tidak berpuasa. Adapun orang-orang yang diperbolehkan meninggalkan puasa berdasarkan hukumnya adalah sebagai berikut:

1. Orang yang sedang sakit dan tidak berpengaruh untuk berpuasa atau kalau berpuasa sakitnya semakin parah. Namun, ia harus menggantikannya di hari lain apabila sudah sembuh nanti.
2. Orang yang sedang dalam menempuh perjalanan jauh. Ia pun wajib mengqada puasanya di hari lain.
3. Orang bau tanah yang sudah lemah sehingga tidak berpengaruh lagi untuk berpuasa. Ia wajib membayar fidyah (bersedekah) tiap hari 3⁄4 liter beras atau yang sama dengan itu kepada fakir miskin.
4. Orang yang sedang hamil atau menyusui anak. Kedua wanita ini kalau khawatir akan menjadi mudharat kepada dirinya sendiri atau beserta anaknya mereka wajib mengqada puasanya sebagaimana orang yang sedang sakit. Kalau hanya khawatir akan menyebabkan mudharat bagi anaknya, ia wajib mengqada puasanya dan membayar fidyah kepada fakir miskin.

b. Puasa Nazar
Puasa nazar ialah puasa yang dilakukan alasannya ialah mempunyai nazar (janji kebaikan yang pernah diucapkan). Puasa ini wajib dilaksanakan ketika keinginannya atau cita-citanya terpenuhi.

Misalnya, Amir ingin sekali lulus Sekolah Menengah Pertama dan memperoleh predikat 10 besar di sekolah. Jika keinginannya terwujud Amir berjanji untuk puasa 3 hari. Nah, ketika impian itu ternyata terpenuhi, maka kesepakatan (nazar) untuk berpuasa 3 hari tersebut harus segera dilaksanakan oleh Amir.

Nazar harus berupa amal kebaikan. Sesorang tidak boleh bernazar dengan amal keburukan atau maksiat. Jika seseorang kelepasan bernazar untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka hal tersebut tidak wajib bahkan tidak boleh dilakukan, bahkan ia harus beristigfar memohon ampun kepada Allah atas nazar berbuat maksiat tersebut.

c.Puasa Qada
Puasa qada ialah puasa yang diniatkan untuk mengganti kewajiban setelah lewat waktunya. Sebagai teladan orang yang meninggalkan puasa alasannya ialah sedang haid, berkewajiban mengganti puasa tersebut di bulan yang lainnya. Apabila meninggalkan puasanya enam hari, wajib baginya mengqada juga selama enam hari (sebanyak jumlah hari puasa yang ditinggalkan).

Batas waktu untuk mengqada puasanya ialah hingga tiba bulan puasa berikutnya. Apabila tidak dilakukan, ia wajib mengqada sekaligus membayar fidyah.

d. Puasa Kifarat
Puasa kifarat ialah puasa yang wajib dikerjakan alasannya ialah melanggar suatu aturan yang telah ditentukan. Puasa kifarat wajib dilaksanakan apabila terjadi hal-hal berikut:

1) Tidak bisa memenuhi nazar

Nazar merupakan kesepakatan yang wajib dipenuhi tetapi kadangkala kita tidak sanggup memenuhi kesepakatan tersebut alasannya ialah ada halangan. Contoh: Jika nanti saya naik pangkat, saya akan melaksanakan umrah. Apabila terkabul sanggup naik pangkat, yang bernazar wajib melaksanakan umrah. Namun, ketika itu kita belum mempunyai ongkos untuk pergi umrah. Maka, ia boleh menggantinya dengan membayar fidyah kepada sepuluh orang miskin. Jika tidak bisa membayar fidyah, ia wajib berpuasa selama tiga hari.

2) Berkumpul dengan istri di siang hari pada bulan puasa

3) Membunuh secara tidak sengaja

Dalam masalah semacam ini ia wajib melaksanakan puasa kifarat selama dua bulan berturut-turut. Membunuh merupakan perbuatan keji yang tidak boleh oleh Allah Swt. dan termasuk dosa besar. Namun, sering kali terjadi masalah pembunuhan yang terjadi walaupun pelakunya tidak menginginkannya. Contohnya: mengendarai kendaraan beroda empat dengan kecepatan yang tinggi sehingga terjadi kecelakaan yang menjadikan meninggalnya seseorang. Dalam masalah semacam ini penabrak wajib membayar kifarat berupa memerdekakan hamba sahaya sambil menawarkan tunjangan kepada pihak korban. Jika tidak mampu, ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut.

4) Melakukan zihar kepada istrinya (menyamakan istri dengan ibunya).

Seorang suami yang menyamakan istri dengan ibunya hukumnya haram. Contoh sikap menyamakan contohnya seorang suami tidak mau melaksanakan relasi suami istri alasannya ialah ketika melihat istrinya menyerupai ia melihat ibunya. Perlakuan suami menyerupai ini tentu akan sangat menyakiti hati dan perasaan istrinya. Hal ini sangat tidak boleh oleh Allah Swt. Apabila perbuatan ini sudah telanjur, maka suami tersebut harus membayar kifarat dengan memerdekaan hamba sahaya atau berpuasa dua bulan berturut-turut.

5) Mencukur rambut ketika ihram.

Ketika sedang melaksanakan ibadah haji, seorang jamaah haji sudah mencukur rambut sebelum tahalul. Maka, jamaah haji tersebut harus membayar kifarat berupa menawarkan sedekah kepada 6 orang fakir miskin atau berpuasa tiga hari.

6) Berburu ketika ihram.

Pada ketika seseorang melaksanakan haji, ia tidak boleh berburu binatang. Jika hal itu dilakukan, maka ia wajib membayar kifarat alasannya ialah berburu hewan merupakan salah yang tidak boleh ketika melaksanakan haji. Bentuk kifaratnya ditentukan oleh keputusan hakim yang dinilai jujur.

7) Mengerjakan haji dan umrah dengan cara tamattu’ atau qiran

Dalam hal ini ia wajib membayar denda sebagai berikut: menyembelih seekor kambing yang pantas untuk berqurban. Apabila ia tidak sanggup memotong kambing, ia wajib melaksanakan puasa selama 10 hari. 3 hari wajib ia kerjakan pada ketika ihram paling lambat pada hari raya Haji dan 7 harinya lagi wajib dilaksanakan setelah ia kembali ke tanah airnya.

2. Puasa Sunnah

Selain diperintahkan untuk melaksanakan puasa wajib, kita juga dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah. Cara mengerjakan puasa sunnah sama menyerupai melaksanakan puasa Ramadan, yaitu dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Dalam pelaksanaa puasa sunnah ini dikaitkan dengan bulan, hari, dan tanggal. Puasa sunnah ini apabila dikerjakan akan mendapat pahala, apabila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa.

Berikut ini akan diuraikan puasa sunnan untuk dilaksanakan selain puasa wajib, yaitu:

a. Puasa Syawal
Puasa ini dilaksanakan setelah tanggal 1 Syawal. Jumlahnya ada 6 hari. Cara mengerjakannya boleh dikerjakan 6 hari berturut-turut atau boleh juga dilaksanakan dengan cara berselang-seling. Misalnya sehari puasa sehari tidak. Hal ini berdasarkan hadis dari Rasulullah Saw. sebagai berikut yang artinya :“Dari Abu Ayub, dari Rasulullah saw. berkata : siapa berpuasa bulan puasa kemudian mengikutinya dengan berpuasa 6 hari di bulan Syawal, yang demikian itu (pahalanya) menyerupai puasa setahun.” (H.R. Jama’ah kecuali Bukhari dan Nasa’i).

b. Puasa Arafah (Tanggal 9 Zulhijjah)
Puasa ini dilaksanakan ketika orang yang berhaji sedang wukuf di Padang Arafah. Sedangkan orang yang menunaikan ibadah haji tidak disunnahkan melaksanakan puasa ini.
Keistimewaan puasa Arafah ini sanggup menghapus dosa selama 2 tahun, yaitu setahun yang kemudian dan setahun yang akan tiba sebagaimana tertuang dalam Hadis dari Rasulullah Saw. yang artinya: “ Dari Abu Qatadah, nabi saw., telah berkata,” puasa hari Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun: satu tahun yang telah lalu, dan satu tahun yang akan datang.”(H.R.Muslim)

c. Puasa Hari Senin dan Kamis
Puasa hari Senin dan Kamis ialah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Senin atau hari Kamis. Sebagaimana Hadis berikut: Artinya : “Rasulullah bersabda : Ditempakan amal-amal umatku pada hari Senin dan Kamis dan saya bahagia amalku ditempakan, maka saya berpuasa”. (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi)

3. Waktu yang diharamkan untuk berpuasa

Allah Swt. Maha Adil dan Maha Bijaksana. Kita tidak boleh berpuasa dalam waktu-waktu tertentu. Adapun waktu yang diharamkan untuk berpuasa adalah:
a. Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
b. Hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah
c. Hari yang diragukan (apakah sudah tanggal satu bulan puasa atau belum)

Rangkuman "Ibadah Puasa Membentuk Pribadi yang Bertakwa" :

1. Menurut istilah puasa ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat tertentu.
2. Puasa wajib ada empat yaitu: puasa di bulan Ramadan, puasa kifarat, puasa qada, dan puasa nazar.
3. Syarat wajib puasa ialah berakal, balig, dan bisa untuk melaksanakan puasa.
4. Syarat sahnya puasa ialah Islam, mumayiz, suci dari darah haid dan nifas, serta dalam waktu yang diperbolehkan untuk berpuasa.
5. Rukun puasa ialah niat untuk berpuasa dan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. 
6. Hal-hal yang membatalkan puasa ialah makan dan minum dengan sengaja, muntah yang disengaja, berafiliasi suami istri, keluar darah haid atau nifas bagi perempuan, gila, serta keluar cairan mani dengan sengaja.
7. Perbuatan yang disunnahkan dalam puasa ialah berdoa ketika berbuka puasa, memperbanyak sedekah, shalat malam serta tadarus atau membaca al-Qur’an.
8. Orang-orang yang boleh berbuka pada bulan bulan puasa ialah orang yang sedang sakit, orang yang sedang melaksanakan perjalanan jauh, orang bau tanah yang sudah lemah dan tidak berpengaruh lagi untuk berpuasa, orang yang sedang hamil atau menyusui anak.
9. Ketentuan Puasa sunnah, Puasa sunnah kalau dikerjakan akan mendapat pahala, tetapi kalau tidak dikerjakan tidak mendapat dosa. 
10. Waktu yang diharamkan untuk berpuasa. Adapun hari yang diharamkan untuk berpuasa adalah: hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah dan hari yang diragukan (apakah sudah tanggal 1 Ramadhan atau belum).

Hikmah Berpuasa

• Meningkatkan kepercayaan dan taqwa serta mendorong seseorang untuk rajin bersyukur kepada Allah yang merupakan tujuan utama orang yang berpuasa.
• Menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama insan terutama kasih sayang terhadap fakir miskin.
• Melatih dan mendidik kesabaran dalam kehidupan sehari-hari.
• Dapat mengendalikan hawa nafsu.
• Menjaga dan Meningkatkan kesehatan. 

Share this post