Teori Dan Sejarah Awal Mula Masuknya Islam Di Indonesia
Tuesday, September 18, 2018
Edit
Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Menurut pakar sejarah, pada masa ke-13 Masehi Islam sudah mulai masuk ke nusantara yang dibawa oleh pedagang-pedagang muslim. Walaupun masih terdapat perbedaan pendapat dari para mahir sejarah, akan tetapi setidaknya ada tiga teori ihwal masuknya Islam ke Indonesia1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh mahir sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat pada masa ke-13 masehi.
2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.
3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pribadi dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah gosip dari China yang menyatakan jikalau pada masa ke-7 sudah terdapat perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Sejarah Awal Mula Masuknya Islam di Indonesia
Sumatera
Wilayah nusantara yang mula-mula dimasuki Islam yakni pantai barat pulau Sumatera dan tempat Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua tempat tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudera Pasai. Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama yakni Sultan Malik Al-Saleh.
Samudera Pasai semakin berkembang dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan. Pengembangan agama Islam pun menerima perhatian dan pertolongan penuh. Para ulama dan mubalignya menyebar ke seluruh nusantara, ke pedalaman Sumatera, pesisir barat dan utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulau-pulauan di Kepulauan Maluku. Itulah sebabnya di kemudian hari Samudera Pasai populer dengan sebutan Serambi Makkah.
Munculnya kerajaan gres di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka lantaran pendudukan Portugis. Kerajaan Aceh ini mempunyai tugas penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para dai, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha memberikan fatwa Islam ke seluruh Nusantara.
Jawa
Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di tempat Leran/Gresik yang wafat tahun 1101 M sanggup dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga pertengahan masa ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita absurd ihwal masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru semenjak masa ke-13 M hingga abad-abad berikutnya, terutama semenjak Majapahit mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi.
Adanya proses penyebaran Islam di kerajaan terbukti dengan ditemukannya nisan makam muslim di Trowulan yang letaknya berdekatan dengan kompleks makam para aristokrat Majapahit
Pertumbuhan masyarakat muslim di sekitar Majapahit sangat erat kaitannya dengan perkembangan kekerabatan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Islam yang telah mempunyai kekuatan politik dan ekonomi di kerajaan Samudera Pasai dan Malaka. Untuk masa-masa selanjutnya pengembangan Islam di tanah Jawa di lakukan oleh para ulama dan mubalig yang kemudian populer dengan sebutan Wali Songo (sembilan wali).
Kalimantan
Di pulau ini, fatwa Islam masuk dari dua pintu. Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo yakni jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam. Jalur lain yang dipakai berbagi dakwah Islam yakni para mubalig yang dikirim dari Tanah Jawa.
Di Kalimantan Selatan terutama semenjak masa ke-14 hingga awal masa ke-16 yakni sebelum terbentuknya Kerajaan Banjar yang berorientasikan Islam, telah terjadi proses pembentukan negara dalam dua fase. Fase pertama yang disebut Negara Suku yang diwakili oleh Negara Nan Serunai milik orang Maanyan. Fase kedua yakni negara awal yang diwakili oleh Negara Dipa dan Negara Daha. Negara Daha balasannya lenyap seiring dengan terjadinya pergolakan istana, zaman gres beralih ke periode negara kerajaan dengan lahirnya Kerajaan Banjar pada tahun 1526 yang mengakibatkan Islam sebagai dasar dan agama resmi kerajaan.
Sulawesi
Kabupaten Palopo yang juga dikenal dengan sebutan Luwu' di Sulawesi Selatan, mempunyai jejak sejarah sebagai sentra penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan. Diperkirakan agama Islam berkembang di Kedatuan Luwu', sekitar masa ke-17. Setidaknya ada tiga situs utama yang menggambarkan Islam pernah berkembang pesat di tempat ini.
Bangunan Masjid Jami'toa diperkirakan berdiri tahun 1604. Sekilas, bangunan religius ini tampak sederhana, namun sebenarnya sarat dengan simbol-simbol penting yang menggambarkan eksistensi Kedatuan Islam Luwu' pada masanya.
Selain itu pula terdapat makam berbentuk kubah, tempat peristirahatan terakhir raja-raja Luwu', bangsawan, atau orang-orang yang dituakan di Luwu', yaitu orang yang bergelar Opu Daeng Bau. Orang pertama yang dikubur di dalam makam renta ini yakni Datu' Labaso' Langit, Raja Luwu' ke-17, dan dinamai juga Martin Roi Goa.
Kedatuan Islam Luwu' sanggup dibilang saling terkait dengan 2 kerajaan besar lainnya di Sulawesi, yakni Gowa dan Bone. Hubungan yang terkait secara emosional ini pula yang memungkinkan Islam masuk ke wilayah Sulawesi.
Maluku
Kerajaan Ternate yakni kerajaan terbesar di Kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah ini semenjak tahun 1440. Sehingga, ketika Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja Ternate yakni seorang Muslim, yakni Bayang Allah. Kerajaan lain yang juga menjadi representasi Islam di Kepulauan ini yakni Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup luas mencakup sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat Kepulauan Papua dan sebagian Kepulauan Seram. Ada juga Kerajaan Bacandan dan Kerajaan Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam pemerintahannya.
Papua
Beberapa kerajaan di Kepulauan Maluku yang wilayah teritorialnya hingga di pulau Papua mengakibatkan Islam masuk pula di pulau Cendrawasih ini. Banyak kepala-kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa tempat lain yang di bawah manajemen pemerintahan kerajaan Bacan. Pada periode ini pula, berkat dakwah yang dilakukan kerajaan Bacan, banyak kepala-kepala suku di Pulau Papua memeluk Islam. Namun, dibanding wilayah lain, perkembangan Islam di pulau hitam ini sanggup dibilang tak terlalu besar.
Peranan Wali Songo
Wali Songo mempunyai peranan yang sangat besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Bahkan mereka yakni perintis utama dalam bidang dakwah Islam di Indonesia, sekaligus penggagas penyiaran Islam di nusantara.
‘Wali’ yakni abreviasi dari bahasa Arab, Waliyullah yang berarti ‘orang yang mengasihi dan dicintai Allah’ dan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘sembilan’, sehingga Wali Songo merujuk pada wali sembilan yaitu Sembilan orang yang mengasihi dan dicintai Allah. Mereka diberi gelar ibarat itu lantaran mereka dianggap penyiar-penyiar agama Islam dan yang terpenting yakni lantaran kesungguhan mereka dalam mengajarkan dan berbagi Islam. Wali Songo atau Wali Sanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada masa ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Wali Songo yakni era berakhirnya dominasi Hindu Buddha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka yakni simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa.
Dari nama para Wali Songo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Wali Songo atau sembilan wali tersebut adaah :
- Sunan Gresik
- Sunan Ampel
- Sunan Giri
- Sunan Bonang
- Sunan Kalijaga
- Sunan Drajat
- Sunan Gunung Jati
- Sunan Kudus
- Sunan Muria
Hikmah yang Dapat Diambil dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Manfaat yang sanggup ambil dari sejarah perkembangan islam di Indonesia:
Kehadiran pedagang Islam dari luar Indonesia yang telah berdakwah menyiarkan fatwa Islam di bumi nusantara menunjukkan nuansa gres bagi perkembangan suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkembang dan tatanan kehidupan menjadi baik pula.
Hasil karya para ulama berupa karangan buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
Meneladani kesuksesan mereka dalam berkarya dan menciptakan masyarakat Islam gemar membaca dan mempelajari Al Quran. Memperkaya dalam bentuk (arsitektur) bangunan, ibarat masjid sebagai tempat ibadah. Mengajarkan ihwal Islam harus dengan keramahan dan bijaksana serta membiasakan masyarakat Islam bersikap konsisten.
Memanfaatkan peninggalan sejarah, baik berupa, makam, masjid, dan peninggalan lainnya untuk dijadikan tempat ziarah (pembelajaran) demi mengingat usaha mereka. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktekkan tingkah laris yang penuh keteladanan sebagai ulama pendahulu di nusantara ini dalam mempertahankan harga diri serta tanah air dari penjajahan.
Mengajarkan perilaku tetap bersatu, rukun, dan bantu-membantu mempertahankan negara Indonesia dari bahaya luar maupun dalam negeri.
Menyadari bahwa perjalanan sejarah perlu dijadikan sebagai pemikiran dan peneladanan orang-orang yang beriman terutama keteladanan dan usaha para ulama untuk dipraktekkan oleh generasi mendatang dalam memilih masa depan umat dan masyarakat.