Kisah Kedermawanan Perempuan Renta Dan Seekor Kijangnya

Dermawan yakni memperlihatkan harta dengan bahagia hati dalam kondisi memang wajib memberi, sesuai kepantasannya dengan tanpa mengharap imbalan dari yang diberi. Baik imbalan berupa pujian, balasan, kedudukan, ataupun sekedar ucapan terima kasih.

Makara seseorang disebut gemar memberi jikalau memberi secara tulus ikhlas. Orang yang memberi sebab ingin tanggapan dari pihak yang diberi bukanlah gemar memberi tapi disebut berdagang. Sebab ia seperti membeli tanggapan berupa pujian, kedudukan, ucapan terima kasih dan lainnya dengan hartanya.

Alkisah- Suatu hari, seorang perempuan bau tanah kedatangan seorang tamu. Tamu tersebut tiba dengan menunggangi seekor kuda. Begitu perempuan itu menyadari ada tamu yang tiba ke rumahnya, perempuan tersebut eksklusif segera menghampiri tamunya tersebut, memegangi tali kendali kuda, dan membantu tamunya turun dari atas kuda.

Tidak usang kemudian, putra perempuan itu tiba dan dengan penuh rasa bangga menanyakan keadaan tamunya yang gres datang. Wanita bau tanah itu berkata kepada putranya,

"Bangun dan siapkan jamuan untuk menyambut kedatngan tamu kita; sembelih kijang itu dan masaklah." 

Anak lelaki itu menjawab, "Sekarang saya akan mencari kayu bakar." 

Wanita bau tanah itu berkata, "Jika menunggu keatanganmu dari padang pasir mencari kayu bakar akan memakan waktu lama. Sementara itu, tamu kita akan merasa lapar, ini tidak pantas bagi kita."

Dia segera menyembelih kijang, memasaknya dan menghidangkannya untuk tamunya.

Setelah itu, tamunya meneliti dan alhasil mengetahui bahwa perempuan bau tanah itu tidak mempunyai apapun selain kijang itu yang beliau sembelih untuk menjamu tamunya.

Lalu tamunya berkata kepadanya, "Apakah engkau mengenalku?" 

Dia menjawab, "Tidak." 

Tamunya berkata, "Aku yakni Hatim At-Tha'i (orang yang selama ini dikenal sebagai orang yang dermawan) dan kini engkau harus tiba ke kabilahku biar mereka melaksanakan penyambutan tepat atas kedatanganmu dan saya akan memperlihatkan aneka macam hadiah untukmu!"

Wanita bau tanah itu menjawab, "Kami tidak meminta upah dari para tamu dan tidak menjual apa yang kami berikan dengan uang."

Mendengar jawaban perempuan bau tanah itu, Hatim yang selama ini dikenal gemar memberi menyadari bahwa perempuan bau tanah itu lebih gemar memberi darinya. (Kisah ini diambil dari Ariany Syurfah, Multiple Intelligence for Islamic Teaching, 2007)

Baca Juga :


Demikianlah sahabat bacaan madani kisah wacana perempuan bau tanah dengan kedermawanannya. Wanita bau tanah tersebut begitu lapang dada memuliakan tamunya, padahal sebelumnya perempuan bau tanah tersebut tidak mengenal siapa bergotong-royong tamu yang tiba mengunjunginya. Semoga kita selalu dapat memuliakan tamu. Aamiin. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel