Kemajuan Bidang Sosial, Ekonomi Dan Budaya Dinasty Abbasiyah
Saturday, August 15, 2020
Edit
Perkembangan peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami masa keemasan dan dikenang sebagai masa golden age atau peradaban emas kebudayaan dan peradaban Islam. Diantara kemajuan-kemajuan- tersebut mencakup banyak sekali bidang, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari kemajuan di bidang politik dan pemerintahan, kemajuan di bidang sosial budaya, kemajuan ekonomi dan kemajuan ilmu-ilmu keagamaan. Kemajuan-kemajuan tersebut melahirkan banyak sekali bentuk-bentuk wujud kebudayaan yang kemudian menjadi bukti pencapaian kemajuan kebudayaan/peradaban Islam.
Sistem Sosial.
George Zaydan dalam bukunya Tamaddun al-Islam menggambarkan pada masa Bani Abbasiyah, masyarakat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas khusus dan kelas umum.
1. Kelas khusus terdiri dari:
a. Khalifah.
b. Keluarga Khalifah, Bani Hasyim.
c. Para pejabat negara.
d. Para ningrat yang bukan Bani Hasyim, yaitu Bani Quraisy.
e. Para petugas khusus menyerupai anggota tentara dan para pegawai istana.
2. Kelas Umum.
a. Para seniman.
b. Para ulama, fuqaha dan pujangga.
c. Para saudagar dan pengusaha.
d. Para tukang dan petani.
Namun demikian, untuk membuat keadilan sosial kekhalifahan Dinasti Abbasiyah membuat kebijakan membentuk Badan Negara yang anggotanya terdiri dari wakil semua golongan. Tugasnya untuk melayani masyarakat dari banyak sekali golongan. Tidak ada perbedaan suku, kelas sosial dan agama. Di dalamnya para wakil golongan bebas beropini di depan khalifah.
Baca Juga :
Dalam lindungan kebijakan ini pula, masyarakat non muslim dilindungi dan diberikan hak-haknya sebagai warga negara. Mereka bebas melakukan banyak sekali acara keagamaannya. Bahkan beberapa orang non muslim pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan, menyerupai Gabriel bin Bakhtishu.
Sistem Ekonomi.
Perekonomian Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan dan pertanian. Di banyak sekali wilayah kekuasaan Abbasiyah terdapat kegiatan-kegiatan industri diantaranya, Industri kain linen di Mesir, sutra di Syiria dan irak, kertas di Samarkand, serta banyak sekali produk pertanian menyerupai gandum dari Mesir dan Kurma dari Irak Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke banyak sekali wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga kekerabatan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia. Hubungan dagang dengan dunia luar jazirah Arab telah menandakan bahwa masa Abbasiah kekerabatan diplomatik dalam bidang ekonomi perdagangan sudah dibangun sebelum orang Arab terjun ke dunia perdagangan. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat semakin melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Untuk mendukung kegiatan perdagangan banyak sekali sarana pendukung didirikan seperti: membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang, membangun armada-armada dagang, membangun armada pertahanan maritim untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak laut, dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri, sebab para kafilah-kafilah dagang dapat leluasa melintasi segala negeri, bahkan kapal-kapal dagang Abbasiyah dikenal bisa mengarungi tujuh lautan.
Dalam bidang pengembangan perdagangan Khalifah membela dan menghormati kaum petani, bahkan meringankan pajak hasil bumi dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali. Pertanian berkembang pesat sebab pemerintahannya berada pada pemerintahan yang subur di tepi sungai Sawad. Tanaman orisinil terdiri dari gandum, padi, kurma, wijen kapas dan rami. Sayuran segar sepert, kacang, jeruk,terong, tebu dan anek ragam bunga.
Dinasti Abbasiyah juga sudah mengenal mata uang dinar. Khalifah Abbasiyah yang pertama menerbitkan dinar yaitu Abu Al-Abbas Abdullah bin Muhammad, pada 749 M. Ia mengganti corak koin, kalimat Muhammad Rasulullah digunakan mengganti Allah Ahad, Allah Al-Samad, lam Yalid wa lam yulad, pada sisi belakang koin.
Selama masa Abbasiyah dinar emas juga diterbitkan di Mesir dan Damaskus dengan memakai kata-kata yang sama dengan gambar dan cetakan yang ditulis dalam dinar Bani Umayyah, kecuali tanggal penerbitan. Selama masa Abu Jafar Al-Mansur, koin gres diterbitkan di Teheran dan Provinsi-provinsi lain (145 H). Pada koin-koin tersebut terlihat nama dan gelar putra Mahkota (diperintahkan oleh Al-Mahdi Muhammad bin Amir Al-Mukminin).
Sistem Budaya.
Di masa Bani Abbassiyah terjadinya asimilasi Arab dengan non Arab dan ekspansi wilayah telah melahirkan kemajemukan warga negara. Warga negara terdiri dari banyak sekali suku bangsa, dan agama. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam perkembangan kebudayaan, berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Ada empat unsur kebudayaan yang mensugesti bangunan kebudayaan pada masa Abbasiyah, yaitu:
1. Kebudayaan Persia; efek kebudayaan Persia terjadi diantaranya sebab 2 faktor :
a.Pembentukan forum wizarah.
b.Pemindahan ibukota.
2. Kebudayaan India; efek India dalam membentuk kebudayaan Islam terjadi dengan dua cara:
a.Secara langsung, kaum muslimin berafiliasi dengan orang-orang India.
diantaranya melalui perdagangan.
b.Secara tidak langsung, kebudayaan India masuk ke dalam kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.
3. Kebudayaan Yunani; pusat-pusat kebudayaan Yunani sehabis berada di tangan kaum muslimin dilakukan perubahan dan pengembangan diantaranya:
a. Jundaisabur, perguruan kedokteran berbahasa Yunani.
b. Harran, sentra pertemuan banyak sekali peradaban.
c. Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani,
4. Kebudayaan Arab; efek kebudayaan Arab masuk melalui penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan bahasa agama.
Demikianlah sobat bacaan madani ulasan perihal kemajuan atau perkembangan Kemajuan Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya zaman keemasan Dinasty Abbasiyah. Sumber Buku SKI MTS Kelas VIII. Kementerian Agama Republik Indonesia. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Sistem Sosial.
George Zaydan dalam bukunya Tamaddun al-Islam menggambarkan pada masa Bani Abbasiyah, masyarakat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas khusus dan kelas umum.
1. Kelas khusus terdiri dari:
a. Khalifah.
b. Keluarga Khalifah, Bani Hasyim.
c. Para pejabat negara.
d. Para ningrat yang bukan Bani Hasyim, yaitu Bani Quraisy.
e. Para petugas khusus menyerupai anggota tentara dan para pegawai istana.
2. Kelas Umum.
a. Para seniman.
b. Para ulama, fuqaha dan pujangga.
c. Para saudagar dan pengusaha.
d. Para tukang dan petani.
Namun demikian, untuk membuat keadilan sosial kekhalifahan Dinasti Abbasiyah membuat kebijakan membentuk Badan Negara yang anggotanya terdiri dari wakil semua golongan. Tugasnya untuk melayani masyarakat dari banyak sekali golongan. Tidak ada perbedaan suku, kelas sosial dan agama. Di dalamnya para wakil golongan bebas beropini di depan khalifah.
Baca Juga :
- Kemajuan Administrasi Pemerintahan, Militer dan Kebijakan Politik Dinasty Abbasiyah
- Sejarah Perkembangan Islam di Benua Eropa
- Sejarah Perkembangan Islam di Benua Amerika
- Sejarah Perkembangan Islam di Benua Australia dan Pasifik
Dalam lindungan kebijakan ini pula, masyarakat non muslim dilindungi dan diberikan hak-haknya sebagai warga negara. Mereka bebas melakukan banyak sekali acara keagamaannya. Bahkan beberapa orang non muslim pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan, menyerupai Gabriel bin Bakhtishu.
Sistem Ekonomi.
Perekonomian Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan dan pertanian. Di banyak sekali wilayah kekuasaan Abbasiyah terdapat kegiatan-kegiatan industri diantaranya, Industri kain linen di Mesir, sutra di Syiria dan irak, kertas di Samarkand, serta banyak sekali produk pertanian menyerupai gandum dari Mesir dan Kurma dari Irak Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke banyak sekali wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga kekerabatan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia. Hubungan dagang dengan dunia luar jazirah Arab telah menandakan bahwa masa Abbasiah kekerabatan diplomatik dalam bidang ekonomi perdagangan sudah dibangun sebelum orang Arab terjun ke dunia perdagangan. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat semakin melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Untuk mendukung kegiatan perdagangan banyak sekali sarana pendukung didirikan seperti: membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati kafilah dagang, membangun armada-armada dagang, membangun armada pertahanan maritim untuk melindungi parta-partai negara dari serangan bajak laut, dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri, sebab para kafilah-kafilah dagang dapat leluasa melintasi segala negeri, bahkan kapal-kapal dagang Abbasiyah dikenal bisa mengarungi tujuh lautan.
Dalam bidang pengembangan perdagangan Khalifah membela dan menghormati kaum petani, bahkan meringankan pajak hasil bumi dan ada beberapa yang dihapuskan sama sekali. Pertanian berkembang pesat sebab pemerintahannya berada pada pemerintahan yang subur di tepi sungai Sawad. Tanaman orisinil terdiri dari gandum, padi, kurma, wijen kapas dan rami. Sayuran segar sepert, kacang, jeruk,terong, tebu dan anek ragam bunga.
Dinasti Abbasiyah juga sudah mengenal mata uang dinar. Khalifah Abbasiyah yang pertama menerbitkan dinar yaitu Abu Al-Abbas Abdullah bin Muhammad, pada 749 M. Ia mengganti corak koin, kalimat Muhammad Rasulullah digunakan mengganti Allah Ahad, Allah Al-Samad, lam Yalid wa lam yulad, pada sisi belakang koin.
Selama masa Abbasiyah dinar emas juga diterbitkan di Mesir dan Damaskus dengan memakai kata-kata yang sama dengan gambar dan cetakan yang ditulis dalam dinar Bani Umayyah, kecuali tanggal penerbitan. Selama masa Abu Jafar Al-Mansur, koin gres diterbitkan di Teheran dan Provinsi-provinsi lain (145 H). Pada koin-koin tersebut terlihat nama dan gelar putra Mahkota (diperintahkan oleh Al-Mahdi Muhammad bin Amir Al-Mukminin).
Sistem Budaya.
Di masa Bani Abbassiyah terjadinya asimilasi Arab dengan non Arab dan ekspansi wilayah telah melahirkan kemajemukan warga negara. Warga negara terdiri dari banyak sekali suku bangsa, dan agama. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam perkembangan kebudayaan, berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Ada empat unsur kebudayaan yang mensugesti bangunan kebudayaan pada masa Abbasiyah, yaitu:
1. Kebudayaan Persia; efek kebudayaan Persia terjadi diantaranya sebab 2 faktor :
a.Pembentukan forum wizarah.
b.Pemindahan ibukota.
2. Kebudayaan India; efek India dalam membentuk kebudayaan Islam terjadi dengan dua cara:
a.Secara langsung, kaum muslimin berafiliasi dengan orang-orang India.
diantaranya melalui perdagangan.
b.Secara tidak langsung, kebudayaan India masuk ke dalam kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.
3. Kebudayaan Yunani; pusat-pusat kebudayaan Yunani sehabis berada di tangan kaum muslimin dilakukan perubahan dan pengembangan diantaranya:
a. Jundaisabur, perguruan kedokteran berbahasa Yunani.
b. Harran, sentra pertemuan banyak sekali peradaban.
c. Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani,
4. Kebudayaan Arab; efek kebudayaan Arab masuk melalui penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan bahasa agama.
Demikianlah sobat bacaan madani ulasan perihal kemajuan atau perkembangan Kemajuan Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya zaman keemasan Dinasty Abbasiyah. Sumber Buku SKI MTS Kelas VIII. Kementerian Agama Republik Indonesia. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.