Kisah Tabiat Ashabul Kahfi Dan Hikmahnya

Ashabul Kahfi yaitu para perjaka yang diberi taufik dan ide oleh Allah Swt sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keya-kinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala.

Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya sembari tetap menampakkan keimanan mereka dikala berkumpul sesama mereka, sebab khawatir akan gangguan masyarakatnya.

Ashabul Kahfi artinya pemilik Gua. Maksudnya ada tujuh perjaka yang tertidur di dalam Gua selama +- 300 tahun, untuk menghindari dari pemaksaan penyelewengan doktrin tauhid kepada kemusyrikan.

Ashabul Kahfi sesudah menyatakan pendiriannya di hadapan raja, mereka berembuk dan diantara mereka menyampaikan : “Kalau kita memang inginberpisah dengan berhala-hala, marilah kita mengungsi saja ke Gua. Allah Swt. Tuhan kita nanti akan memberi rahmat-Nya dan akan menunjukkan fasilitas terhadap apa yang menjadi keperluan kita”.

Perlu diketahui, bahwa orang-orang Katolik pengikut Injil, sesudah ditinggal Nabi Isa as makin usang makin bertambah durhakanya, sehingga mereka menyembah berhala. Di kala itu terjadi di negeri Rumania.

Ada rajanya yang berjulukan Diqyanus (Decius) yang populer kejamnya yang memerintah tahun 249-251 M. Dia menyembah berhala dan memerintahkan kepada rakyatnya untuk menyembah berhala dan memerintahkan kepada rakyatnya untuk menyembah berhala juga dengan cara yang kejam.

Raja yang kejam ini selalu keliling mencari orang-orang yang tidak mau menyembah berhala. Mereka yang tidak mau menyembah berhala akan dibunuh. Dikala itu ada pemuda-pemuda yang masih taat kepada agama yang dibawa oleh Nabi Isa as. Pemuda-pemuda itu akan ditangkap untuk dibunuh kalau tidak mengikuti ajalan raja. Menurut dongeng ini pemuda-pemuda itu jumlahnya 7 0rang, kemudian tertangkap, kemudian dihadapkan kepada raja.

Raja bertanya : “Hai pemuda-pemuda, mengapa kau tidak mau menyembah sesembahan ibarat pada umumnya penduduk ini?”

Selanjutnya raja berkata : “Saya tidak banyak berbicara. Tinggal pilih, apakah kau menyembah berhala, atau kau mati?”

Diantara mereka menjawab : “Aku sudah memiliki Tuhan yang menguasai langit dan bumi. Kami semua tidak akan menyembah selain Allah Swt, terserah raja, kami akan diapakan,” 

Mereka masing-masing menyatakan satu pendapat yang sama. Raja betul-betul mengendorkan marahnya, kemudian raja berkata : “Hai pemuda-pemuda, saya melihat kau, dan saya merasa sayang, sebab itu hendaknya kau berfikir dahulu, dan sekiranya hatimu sudah tenang, segeralah kau menghadap aku, akan tetapi kalau sudah batas waktu yang saya tentukan kau masih tetap bersikap keras (tetap tidak mau ikut agamaku), kau pasti akan disiksa.”

Pemuda-pemuda itu dibolehkan bubar dan Rajapun pergi meninggalkan kota. Kesempatan ini dipakai oleh 7 perjaka itu untuk berunding yang keputusannya hendak bersembunyi dalam gua di Gunung Yanjalus. Mereka masing-masing membawa bekal sekedarnya. Bekal itu sebagian disedekahkan dan sebagian dikumpulkan jadi satu dan dibawa oleh perjaka yang berjulukan Tamlikha.

Pemuda-pemuda itu berangkat, di tengah perjalanan diikuti oleh anjing. Anjing itu dihalau untuk menyingkir, beliau tetap mengikuti. Kemudian anjing itu berbicara ibarat manusia, ujarnya: “Aku ikut, saya senang kepada orangorang yang menjadi kekasih Allah Swt”. Nanti sewaktu kalian tidur, akulah yang menjaga kalian”.

Lalu anjing ikut, maka jumlahnya menjadi 8 (delapan). Tujuh perjaka beserta anjingnya menetap di gua itu.

Setiap hari Tamlikha turun pergi ke kota untuk membeli roti buat makan. Siang dan malam Ashabul Kahfi shalat, berpuasa dan membaca wirid. Setelah raja pulang dari luar kota, ia mencari 7 perjaka itu dan memerintahkan petugas dan polisi mengejarnya hingga ke gua.

Setelah polisi dan petugas raja hingga ke gua, Allah Swt. mengakibatkan 7 pemuda-pemuda itu tertidur nyenyak tidur kepati, akan tetapi nampaknya tidak tidur. Setelah raja mengetahui keadaan demikian, Raja resah dan diputuskan dibiarkan saja dan lubang gua itu ditutup rapat dengan batu-batu besar, supaya mereka mati di gua.

Diantara keluarga Raja Dicyanus, ada dua orang yang sayang kepada 7 perjaka itu, akan tetapi tidak berani terang-terangan, dua orang ini yang membuiat catatan sejarah, semenjak dari permulaan diancam, sehingga pergi ke gua dan hingga menetap di gua.

Sejarah itu ditulis di papan tulis yang terbuat dari timah. Papan tulis timah yang berisikan catatan sejarah ini, diletakkan di akrab pemuda-pemuda itu. Pemuda-pemuda ini yang disebut Ashabul Kahfi, dan dua perjaka itu yang mencatat sejarah dalam papan tulis timah itu disebut Aṣḥab ar-Raqim.

Setelah Allah Swt. membangunkan mereka dari tidurnya, seorang diantara mereka yang berjulukan Maksalmina bertanya; “Berapa usang kita ini tidur? “salah seorang menjawab : “Mungkin sehari, mungkin setengah hari”.

Yang lain agak ragu-ragu kemudian berkata: “Sesungguhnya Allah yang Maha Mengetahui, berapa usang kita berdiam di sini.”

Karena merasa lapar, Tamlikha menyuruh diantara mereka ke kota untuk membeli masakan yang berkah. Kisah tersebut termaktub dalam surat al-Kahfi Ayat. 20.

إِنَّهُمْ إِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا

“Sesungguhnya kalau mereka sanggup mengetahui tempatmu, pasti mereka akan melempar kau dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan kalau demikian pasti kau tidak akan beruntung selama lamanya”. (QS. al-Kahfi : 20 )

Allah Swt menyatakan kepada Ashabul Kahfi yang isinya : “Orang-orang kota nanti sesudah melihat kamu, mereka akan melemparkan kau hingga mati, atau memaksa kau mengikuti agama mereka. Kalau kau mengikuti agama mereka, kau tidak akan memperoleh kebahagiaan selama-lamanya.”

Demikianlah sahabat bacaan madani kisah dan adat Ashabul Kahfi. Adapun hikmah dari kisah Ashabul Kahfi diatas yaitu sebagai berikut :

1. Kita harus berani mempertahankan tetapnya doktrin yang kita miliki.
2. Membuktikan kemahakuasaan Allah Swt. dan makin percaya akan terjadinya hari kebangkitan.
3. Allah Swt. pasti akan memberi perlindungan, pertolongan serta jalan yang baik terhadap kesulitan yang dihadapi orang yang bertakwa dan bertawakal. Sumber Buku Akhlak Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015.
Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel