Kemajuan Manajemen Pemerintahan, Militer Dan Kebijakan Politik Dinasty Abbasiyah
Saturday, August 15, 2020
Edit
Perkembangan kebudayaan/peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami masa keemasan dan dikenang sebagai masa golden age atau peradaban emas kebudayaan dan peradaban Islam. Diantara kemajuan-kemajuan- tersebut mencakup banyak sekali bidang, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari Administrasi pemerintahan, militer, kebijakan Politik dan lain sebagainya.
Administrasi Pemerintahan dan Militer.
Agar semua kebijakan pemerintahan berjalan dengan baik dan lancar, kekhalifahan Dinasti Abbasiyah memperbaharui manajemen pemerintahan, sistem politik dan tatanan kemiliteran. Kalifah Al-Mansur, melaksanakan perbaikan manajemen pemerintahan guna meningkatkan pelayanan publik melalui sistem koordinasi dan kolaborasi lintas sektoral, contohnya kerjasama antara Qadhi dengan polisi rahasia, dewan pajak dan kepala jawatan pos.
Baca Juga :
Khalifah Al-Mahdi, menciptakan dewan korespondensi/kearsipan (dewan at-tawqi) yang menangani surat menyurat dan ketetapan khalifah, dewan pengawas (dewan az-zimani), dewan penyelidik kekuasaan, depertemen kepolisian dan pos, dan pengadilan tingkat tinggi. Khalifah Harun Ar-Rasyid melengkapi dengan melaksanakan perbaikan pengelolaan Baitul Maal untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan.
Pada masanya juga membentuk departemen pertahanan dan keamanan, disebut diwanul jundi untuk mengatur organisasi militer dan banyak sekali hal yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Organisasi militer terdiri dari pengawal khalifah (haras), pasukan tetap (jund), pasukan sukarela (thawwi’ah), dan pasukan reguler yang terdiri dari pasukan infanteri (harbiyyah), pasukan pemanah (ramiyah), dan pasukan kavaleri (fursan).
Semua pasukan ini didominasi oleh orang-orang Persia, bukan bangsa Arab. Ada juga dari para relawan yang direkrut dari orang Badui, para petani, dan orang kota melalui disiplin tinggi dan training militer. Karenanya pada masa Ar-Rasyid kekuatan militernya sangat dikagumi dan disegani, mengakibatkan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah membentang dari Afrika Utara hingga Hindukush, India. Afrika disebelah barat gurun Libya bersama dengan Sisilia, Mesir, Suriah, palestina, Hijaz dan Yamamah, Yaman dan Arab Selatan, Bahrain dan Oman, Sawat atau Irak.
Adapun secara keseluruhan wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah masa kekhalifahan Baghdad mencakup Saudi Arabia, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Libia, Turki, Armenia, Tunisia, Al-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan dan sekitar kawasan bahari Kospra.
Namun seluruh kawasan kekuasaan di atas tidak seluruhnya di bawah kekuasaan Abbasiyah, ibarat Andalusia (Spanyol), Afrika Utara, Syam, dan India, dan lainnya. Hal ini dikarenakan dinasti ini menerapkan sistim demokrasi yang merata, bukan dipegang oleh bangsa Arab sendiri. Sehingga setiap kawasan mempunyai wewenang untuk memimpin wilayahnya masing-masing.
Sistem Politik.
Sebagaimana telah disebutkan pada tema silsilah kekhalifahan Dinasti Bani Abbasiyah, dimana sejarawan membagi kepada 4 (empat) periode, maka sistem pemerintahan Dinasti Abbasiyah pun berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial,dan budaya.
1. Pada Periode I atau periode efek Arab dan Persia I, pada tahun 132-232 H/750-847 (seiring meninggalnya khalifah Al-Wasiq), sebagai berikut:
1) Khalifah dibantu oleh wazir, gubernur, menteri, dan para panglima memegang penuh kekuasaan.
2) Kegiatan politik, sosial, ilmu pengetahuan dan kebudayaan berpusat di ibu kota negara, Baghdad.
3) Ilmu pengetahuan dijadikan sebagai suatu hal yang sangat penting.
4) Kebebasan berpikir dijunjung tinggi dan diakui sepenuhnya.
5) Para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga mereka mempunyai peranan yang penting dalam membina peradaban Islam.
2. Periode II atau periode pegaruh Turki I, ialah tahun 232-334 H/847-945 M dimana Khalifah Al-Mutawakkil memegang kekhalifahan; Periode III atau periode pengaruh Persia II (334-447 H/945-1055 M), ialah kekuasaan dinasti Bani Buwaihi dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; Periode IV atau periode efek Turki II(447-590 H/1055-1194 M), ialah masa kekuasaan daulat Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah hingga datangnya efek lain ibarat invasi dari bangsa Tar-Tar dan perluasan bani Utsmani, sebagai berikut:
1) Kekuasaan khalifah mulai melemah, bahkan hanya sebatas lambang (formalitas) saja.
2) Berdirinya daulah Umayyah II di Andalusia yang mengangkat Abdurrahman Al-Nasir.
3) Afrika Utara terbagi menjadi daulah Idrisiyyah di Maroko, Aghlabiyah di Tunisia, dan Ikhsyidiyah di Mesir.
4) Kota Baghdad tidak lagi menjadi sentra peradaban dan kota internasional
5) Ilmu pengetahuan semakin melesit dan berkembang seiring dengan keadaan politik dan militer merosot.
6) Golongan Syiah Ismailiyah mendirikan daulah Fatimiyyah dan mengangkat Ubaidillah al-Mahdi.
Demikianlah bacaan madani madani ulasan wacana kemajuan atau perkembangan manajemen pemerintahan, militer dan kebijakan politik zaman keemasan Dinasty Abbasiyah. Sumber Buku SKI MTS Kelas VIII. Kemneterian Agama Republik Indonesia. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Administrasi Pemerintahan dan Militer.
Agar semua kebijakan pemerintahan berjalan dengan baik dan lancar, kekhalifahan Dinasti Abbasiyah memperbaharui manajemen pemerintahan, sistem politik dan tatanan kemiliteran. Kalifah Al-Mansur, melaksanakan perbaikan manajemen pemerintahan guna meningkatkan pelayanan publik melalui sistem koordinasi dan kolaborasi lintas sektoral, contohnya kerjasama antara Qadhi dengan polisi rahasia, dewan pajak dan kepala jawatan pos.
Baca Juga :
- Sejarah Perkembangan Islam di Benua Amerika
- Sejarah Perkembangan Islam di Benua Australia dan Pasifik
- Sejarah Perkembangan Islam di Benua Afrika
- Sejarah Perkembangan Islam di Benua Eropa
Khalifah Al-Mahdi, menciptakan dewan korespondensi/kearsipan (dewan at-tawqi) yang menangani surat menyurat dan ketetapan khalifah, dewan pengawas (dewan az-zimani), dewan penyelidik kekuasaan, depertemen kepolisian dan pos, dan pengadilan tingkat tinggi. Khalifah Harun Ar-Rasyid melengkapi dengan melaksanakan perbaikan pengelolaan Baitul Maal untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan.
Pada masanya juga membentuk departemen pertahanan dan keamanan, disebut diwanul jundi untuk mengatur organisasi militer dan banyak sekali hal yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Organisasi militer terdiri dari pengawal khalifah (haras), pasukan tetap (jund), pasukan sukarela (thawwi’ah), dan pasukan reguler yang terdiri dari pasukan infanteri (harbiyyah), pasukan pemanah (ramiyah), dan pasukan kavaleri (fursan).
Semua pasukan ini didominasi oleh orang-orang Persia, bukan bangsa Arab. Ada juga dari para relawan yang direkrut dari orang Badui, para petani, dan orang kota melalui disiplin tinggi dan training militer. Karenanya pada masa Ar-Rasyid kekuatan militernya sangat dikagumi dan disegani, mengakibatkan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah membentang dari Afrika Utara hingga Hindukush, India. Afrika disebelah barat gurun Libya bersama dengan Sisilia, Mesir, Suriah, palestina, Hijaz dan Yamamah, Yaman dan Arab Selatan, Bahrain dan Oman, Sawat atau Irak.
Adapun secara keseluruhan wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah masa kekhalifahan Baghdad mencakup Saudi Arabia, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Quait, Iraq, Iran, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Libia, Turki, Armenia, Tunisia, Al-Zajair, Maroko, Spanyol, Afganistan, Pakistan dan sekitar kawasan bahari Kospra.
Namun seluruh kawasan kekuasaan di atas tidak seluruhnya di bawah kekuasaan Abbasiyah, ibarat Andalusia (Spanyol), Afrika Utara, Syam, dan India, dan lainnya. Hal ini dikarenakan dinasti ini menerapkan sistim demokrasi yang merata, bukan dipegang oleh bangsa Arab sendiri. Sehingga setiap kawasan mempunyai wewenang untuk memimpin wilayahnya masing-masing.
Sistem Politik.
Sebagaimana telah disebutkan pada tema silsilah kekhalifahan Dinasti Bani Abbasiyah, dimana sejarawan membagi kepada 4 (empat) periode, maka sistem pemerintahan Dinasti Abbasiyah pun berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial,dan budaya.
1. Pada Periode I atau periode efek Arab dan Persia I, pada tahun 132-232 H/750-847 (seiring meninggalnya khalifah Al-Wasiq), sebagai berikut:
1) Khalifah dibantu oleh wazir, gubernur, menteri, dan para panglima memegang penuh kekuasaan.
2) Kegiatan politik, sosial, ilmu pengetahuan dan kebudayaan berpusat di ibu kota negara, Baghdad.
3) Ilmu pengetahuan dijadikan sebagai suatu hal yang sangat penting.
4) Kebebasan berpikir dijunjung tinggi dan diakui sepenuhnya.
5) Para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga mereka mempunyai peranan yang penting dalam membina peradaban Islam.
2. Periode II atau periode pegaruh Turki I, ialah tahun 232-334 H/847-945 M dimana Khalifah Al-Mutawakkil memegang kekhalifahan; Periode III atau periode pengaruh Persia II (334-447 H/945-1055 M), ialah kekuasaan dinasti Bani Buwaihi dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; Periode IV atau periode efek Turki II(447-590 H/1055-1194 M), ialah masa kekuasaan daulat Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah hingga datangnya efek lain ibarat invasi dari bangsa Tar-Tar dan perluasan bani Utsmani, sebagai berikut:
1) Kekuasaan khalifah mulai melemah, bahkan hanya sebatas lambang (formalitas) saja.
2) Berdirinya daulah Umayyah II di Andalusia yang mengangkat Abdurrahman Al-Nasir.
3) Afrika Utara terbagi menjadi daulah Idrisiyyah di Maroko, Aghlabiyah di Tunisia, dan Ikhsyidiyah di Mesir.
4) Kota Baghdad tidak lagi menjadi sentra peradaban dan kota internasional
5) Ilmu pengetahuan semakin melesit dan berkembang seiring dengan keadaan politik dan militer merosot.
6) Golongan Syiah Ismailiyah mendirikan daulah Fatimiyyah dan mengangkat Ubaidillah al-Mahdi.
Demikianlah bacaan madani madani ulasan wacana kemajuan atau perkembangan manajemen pemerintahan, militer dan kebijakan politik zaman keemasan Dinasty Abbasiyah. Sumber Buku SKI MTS Kelas VIII. Kemneterian Agama Republik Indonesia. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.