Pengertian Iffah (Menjaga Kehormatan Diri) Dan Keutamaan Iffah

Secara etimologis, ‘iffah ialah bentuk masdar dari affa-ya’iffu-Iffah yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik, iffah juga berarti kesucian tubuh. Secara terminologis, iffah ialah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya.

Iffah juga sanggup dimaknai sebagai perjuangan untuk memelihara kesucian diri (al-iffah) ialah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan.

Iffah dalam Kehidupan.
iffah hendaklah dilakukan setiap waktu biar tetap berada dalam keadaan kesucian. Hal ini sanggup dilakukan dimulai memelihara hati (qalb) untuk tidak menciptakan rencana dan angan-angan yang buruk. Sedangkan kesucian diri terbagi ke dalam beberapa bagian:

a) Kesucian Panca Indra;

وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ

“Dan orang-orang yang tidak bisa kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya”. (QS. An-Nur: 33)

b) Kesucian Jasad.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

"Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, belum dewasa perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh badan mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih gampang untuk dikenal, lantaran itu mereka tidak di ganggu. dan Allah ialah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Aḥzab: 59)

c)Ke sucian dari Memakan Harta Orang Lain;

وَابْتَلُوا الْيَتَامَىٰ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُمْ مِنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ ۖ وَلَا تَأْكُلُوهَا إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَنْ يَكْبَرُوا ۚ وَمَنْ كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۖ وَمَنْ كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهِدُوا عَلَيْهِمْ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا

"Dan ujilah anak yatim itu hingga mereka dewasa untuk kawin. kemudian jikalau berdasarkan pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kau makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia Makan harta itu berdasarkan yang patut. kemudian apabila kau menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kau adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai pengawas (atas persaksian itu)." (QS. An-Nisa’ : 6)

d). Kesucian Lisan.

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kau jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kau berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jikalau salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya hingga berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kau menyampaikan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kau membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia." (QS. Al Isra’  : 23)

Keutamaan Iffah.
Dengan demikian, seorang yang ‘arif ialah orang yang bisa menahan diri dari perkara-perkara yang dihalalkan ataupun diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada masalah tersebut dan menginginkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:.

“Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang saya simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari memintaminta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, dan siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya maka Allah akan memperlihatkan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu pinjaman yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Agar seorang mukmin mempunyai perilaku iffah, maka harus melaksanakan usaha-usaha untuk membimbing jiwanya dengan melaksanakan dua hal berikut:

1. Memalingkan jiwanya dari ketergantungan kepada makhluk dengan menjaga kehormatan diri sehingga tidak berharap mendapat apa yang ada di tangan mereka, hingga ia tidak meminta kepada makhluk, baik secara ekspresi (lisan al-maqal) maupun keadaan (lisan al-ḥal).

2. Merasacukupdengan Allah Swt, percaya dengan pencukupan-Nya.Siapa yang bertawakal kepada Allah Swt, niscaya Allah Swt akan mencukupinya. Allah Swt itu mengikuti persangkaan baik hamba-Nya. Bila hamba menyangka baik, ia akan beroleh kebaikan. Sebaliknya, bila ia bersangka selain kebaikan, ia pun akan memperoleh apa yang disangkanya.

Untuk membuatkan perilaku ‘iffah ini, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh seorang muslim untuk menjaga kehormatan diri, di antaranya:

1. Selalu mengendalikan dan membawa diri biar tetap menegakan sunnah Rasulullah,

2. Senantiasa mempertimbangkan sobat bergaul dengan sobat yang terperinci akhlaknya,

3. Selalau mengontrol diri dalam urusan makan, minum dan berpakaian secara Islami,

4. Selalu menjaga kehalalan makanan, minuman dan rizki yang diperolehnya,

5. Menundukkan pandangan mata (gaḍḍ al-baṣhar) dan menjaga kemaluannya,

6. Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki atau wanita yang bukan mahramnya,

7. Senantiasa menjauh diri dari hal-hal yang sanggup mengundang fitnah.

'Iffah merupakan budbahasa paling tinggi dan dicintai Allah Swt. Oleh alasannya itulah sifat ini perlu dilatih semenjak belum dewasa masih kecil, sehingga mempunyai kemampuan dan daya tahan terhadap keinginan- impian yang tidak semua harus dituruti lantaran akan membahayakan dikala telah dewasa. Dari sifat 'iffah akan lahir sifat-sifat mulia seperti: sabar, qana’ah, jujur, santun, dan budbahasa terpuji lainnya.

Ketika sifat 'iffah ini sudah hilang dari dalam diri seseorang, akan membawa imbas jelek dalam diri seseorang, nalar sehat akan tertutup oleh nafsu syahwatnya, ia sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dan salah, mana baik dan buruk, yang halal dan haram.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal pengertian iffah dan keutamaan iffah. Sumber Buku Akhlak Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel